Langsung ke konten utama

Postingan

Angkot dan Kenangan Masa Sekolah

  Punya kenangan apa pada masa sekolah? Dihukum guru dengan menghormat bendera saat siang bolong? Cabut bersama? Cinta pertama, atau apa lagi? Umumnya, kenangan masa sekolah selalu berkisar pada guru dan teman-teman. Jarang ada yang membahas objek lain. Bagi yang berangkat sekolah naik angkutan kota (angkot), pengalaman menggunakan transportasi umum ini ikut meramaikan kenangan masa lampau. Perjuangan menumpang kendaraan tersebut tak boleh dipandang sebelah mata, apalagi banyak sopir angkot menolak membawa anak sekolah. Biasanya ini terjadi pagi hari ongkos siswa-siswi lebih murah daripada orang dewasa. Rugilah kalau membawa banyak anak sekolah. Bersama keluarga, saya sudah naik angkot sejak kecil. Karena dulu tinggal di kota kecil, saat duduk di bangku SD saya masih jalan kaki ke sekolah. Lokasinya lumayan dekat dari rumah. Nah, setelah SMP harus ikut les dan kemudian pindah ke kota besar, saya mulai naik angkot sendirian. Selama ini biasa ditemani, sekarang harus mandiri. Di sini kis
Postingan terbaru

Pahlawan Literasi dan Generasi Muda Gemar Membaca

  Toko buku ternama itu sedang ramai saat saya datang. Maklumlah, akhir pekan. Banyak orang mengisi waktu luang di luar rumah, termasuk di tempat ini. Meskipun gawai sedang naik daun, peminat buku masih tetap ada. Saat sedang membaca sinopsis novel, seorang anak muncul tepat di samping saya. Usianya sekitar 10 tahun. Dengan wajah ceria, dia menatap sekumpulan komik anak yang tersusun rapi di meja depannya. Kemudian, tangan mungil itu meraih sebuah buku bersampul salah satu tokoh kartun. “Ma, boleh beli buku ini?” Dia bertanya pada seorang wanita muda yang berdiri di belakangnya. Di luar dugaan saya, wanita itu mengambil paksa buku tersebut dari tangan anaknya dan mengembalikannya ke meja. Seketika air muka bocah itu berubah seperti bingung, apalagi ketika dia diajak menjauh dari komik favoritnya. “Jangan pegang buku itu! Ayo, ikut!” Mamanya menarik tangan bocah yang segera ikut beranjak dengan wajah cemberut. Adegan itu sempat membuyarkan konsentrasi saya membaca. Karena saya tidak men

Premanwati dari Balik Tembok Sekolah

Semasa kecil, sudah biasa kalau kita mempunyai teman yang baik, manis, lucu, menggemaskan, dan humoris di sekolah. Hampir semua anak pernah memiliki kawan berkarakter demikian. Tetapi, bagaimana kalau ada teman yang keras kepala dan sulit diatur? Perempuan pula. Saking dominan, siswa pria pun kecut melihatnya. Saya sebut saja namanya Xeni, supaya mirip tokoh puteri perang yang populer zaman televisi dulu. Karakter teman sekelas saya ini memang gempal seperti pemain film itu. Bedanya, Xeni berpostur pendek dan agak gemuk, tidak seperti tokoh asli yang tinggi, besar, dan tangguh. Bodi   mungil Xeni memang berbanding terbalik dengan nyalinya. Bahasa tubuh gadis cilik itu jauh dari kesan gemulai. Model rambut pun cepak persis pria. Baju Xeni lusuh, kesempitan dan tipis, sehingga singlet yang menempel di tubuh ikut mengintip. Pada roknya ada sedikit robekan. Hmm, apa dia berasal dari keluarga susah, sehingga  berpenampilan demikian? Tunggu dulu. Jangan menghakimi seseorang hanya dari penamp

Taman Hewan Pem. Siantar, Dongeng Fabel dalam Dunia Nyata

  Saat masih kanak-kanak, dongeng fabel atau kisah tentang hewan, adalah jenis bacaan terakhir yang saya pilih. Alasannya simpel, rasanya aneh membaca cerita  binatang yang bisa berbicara dan bertingkah laku persis manusia. S eperti anak perempuan lain, saya lebih suka menyimak kisah puteri-puterian atau petualangan seru. Namun, sudut pandang saya berubah setelah sering dibawa orang tua ke taman hewan setiap akhir pekan. Para binatang itu mungkin aneh kalau dilihat dalam buku cerita, tapi ternyata lucu di alam nyata. Hewan yang bertingkah sesuai kodratnya lebih menggemaskan, daripada hanya membaca kisah mereka pada buku-buku. Bertahun-tahun kemudian, saya kembali ke tempat yang sama, yaitu Taman Hewan Pem. Siantar (Sumut). Kalau dulu cuma seorang anak kecil yang dituntun orang tua, sekarang tentu sudah dewasa. Banyak yang  berubah dari tempat ini setelah beribu-ribu purnama berlalu. Jika pada masa lampau situasinya sederhana, saat ini lokasinya nyaman sebagai tempat wisata. Seperti apa