Punya kenangan apa pada masa sekolah? Dihukum guru dengan menghormat bendera saat siang bolong? Cabut bersama? Cinta pertama, atau apa lagi? Umumnya, kenangan masa sekolah selalu berkisar pada guru dan teman-teman. Jarang ada yang membahas objek lain. Bagi yang berangkat sekolah naik angkutan kota (angkot), pengalaman menggunakan transportasi umum ini ikut meramaikan kenangan masa lampau. Perjuangan menumpang kendaraan tersebut tak boleh dipandang sebelah mata, apalagi banyak sopir angkot menolak membawa anak sekolah. Biasanya ini terjadi pagi hari ongkos siswa-siswi lebih murah daripada orang dewasa. Rugilah kalau membawa banyak anak sekolah. Bersama keluarga, saya sudah naik angkot sejak kecil. Karena dulu tinggal di kota kecil, saat duduk di bangku SD saya masih jalan kaki ke sekolah. Lokasinya lumayan dekat dari rumah. Nah, setelah SMP harus ikut les dan kemudian pindah ke kota besar, saya mulai naik angkot sendirian. Selama ini biasa ditemani, sekarang harus mandiri. Di sini kis
Toko buku ternama itu sedang ramai saat saya datang. Maklumlah, akhir pekan. Banyak orang mengisi waktu luang di luar rumah, termasuk di tempat ini. Meskipun gawai sedang naik daun, peminat buku masih tetap ada. Saat sedang membaca sinopsis novel, seorang anak muncul tepat di samping saya. Usianya sekitar 10 tahun. Dengan wajah ceria, dia menatap sekumpulan komik anak yang tersusun rapi di meja depannya. Kemudian, tangan mungil itu meraih sebuah buku bersampul salah satu tokoh kartun. “Ma, boleh beli buku ini?” Dia bertanya pada seorang wanita muda yang berdiri di belakangnya. Di luar dugaan saya, wanita itu mengambil paksa buku tersebut dari tangan anaknya dan mengembalikannya ke meja. Seketika air muka bocah itu berubah seperti bingung, apalagi ketika dia diajak menjauh dari komik favoritnya. “Jangan pegang buku itu! Ayo, ikut!” Mamanya menarik tangan bocah yang segera ikut beranjak dengan wajah cemberut. Adegan itu sempat membuyarkan konsentrasi saya membaca. Karena saya tidak men