Langsung ke konten utama

Festival Pasar Rakyat

 Pasar Rakyat Sebagai Penggerak Roda Ekonomi



   

Sumber  :  Istockphoto.com


    "Tomat hari ini enggak dibeli? Biasanya bawa tomat juga. "

    "Masih ada, Kak."

    "Jadi, cuma cabe sama bawang saja?"

    "Iya, Kak, hari ini itu dulu.  Besok-besok aku belanja ke sini lagi."

    "Ah, kok sedikit belanjamu hari ini?"

  Begitulah percakapan yang lumrah terdengar di pasar rakyat. Akrab, apalagi kalau kita sudah berlangganan. Terkadang si penjual hapal jenis belanjaan yang sering kita beli.  Mereka akan protes kalau kita belanja tak sebanyak biasanya. Namun, bukan dengan suara marah, tapi dengan nada yang santai.



Sumber : Istockphoto.com

       Saat ini di wilayah Indonesia terdapat 13.450 pasar tradisional (rakyat) yang tersebar di seluruh penjuru tanah air, dari jumlah tersebut menampung sebanyak 12,6 juta pedagang belum termasuk para pemasok dan pengelola pasar.

(Sumber:  bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Laporan_Akhir_Analisis_Arah_Pengembangan_Pasar_Rakyat_Printed_.pdf


    Pasar rakyat. Tempat ini menjadi penyambung ekonomi berbagai golongan masyarakat. Di tengah menjamurnya pusat perbelanjaan modern, pasar rakyat masih jadi primadona masyarakat. Harganya terjangkau, komoditasnya juga beragam. Tinggal pilih sesuai isi kantong.

    Keakraban dan saling sapa antara penjual dan pembeli sudah jadi kebiasaan di sini.  Sesuatu yang mustahil terjadi di mall. Walaupun bolak-balik belanja di supermarket, namun tetap ada jarak antara penjual dan pembeli. Berbeda dengan pasar rakyat. Jika suatu saat kita lewat toko langganan tanpa membeli, lumrah menyapa "hari ini nggak belanja dulu" sambil melintas.  Si penjual akan mengangguk sambil tersenyum maklum.

Berbagai jenis kebutuhan ada di sana.  Mulai dari sayuran, buah-buahan, ikan, daging, hingga pakaian baru dan bekas.  Belum lagi berbagai keperluan alat dapur.  Berkeliling-keliling sambil cuci mata melihat barang yang diperdagangkan, bisa jadi waktu yang menyenangkan.  Asal pandai memilih dan menawar, barang kebutuhan dapat diperoleh dengan harga terjangkau.

Pasar rakyat ibarat nusantara mungil. Berbagai suku berbaur di dalamnya.  Demikian juga dengan status sosial.  Jangan berpikir barang-barang di pasar rakyat hanya untuk lapisan menengah ke bawah. Banyak pembeli yang datang berasal dari kalangan menengah atas. Tujuannya apalagi kalau bukan berburu barang murah meriah.  Misalnya, baju-baju bekas bertebaran dengan aneka mode dan harga. Tinggal kejelian para pembeli melihat kualitas barang, maka diperolehlah pakaian bagus dengan harga miring.

   Semua tempat memiliki sisi positif dan negatif. Begitu juga dengan pasar rakyat.  Bagi pengidap Musophobia alias takut pada tikus, sebaiknya selalu waspada karena hewan mungil ini kerap berkeliaran.  Lokasi pasar semrawut dengan tanah becek, udara pengap, hingga sayur-mayur busuk yang berserakan. Situasi kurang nyaman membuat pasar tradisional kalah bersaing dengan pasar modern dari sisi kebersihan.  


Sumber  :  Istockphoto.com

  

    Namun, sekarang pasar tradisional (rakyat) telah mendapat perhatian dari pemerintah melalui revitalisasi agar bersih, sehat, aman, dan terawat. Pemerintah, diwakili Menteri Perdagangan, memberikan edukasi pada pedagang pasar agar tidak kalah higienis dari pasar modern. 


        Pasar rakyat telah mendapat perhatian. Ada perbaikan pada bangunan fisik yang mulai kumuh. Tembok yang rapuh diganti dengan yang baru.  Atap-atap kokoh dipasang.  Petugas kebersihan berkeliling mengangkut sampah yang berserakan. Pasar rakyat mulai berhias untuk menarik perhatian para pembeli. Pada tahun 2018 sebanyak 4.211 unit pasar tradisional mulai direvitalisasi menggunakan dana alokasi khusus dan tugas pembantuan.  Program ini disebut telah meningkatkan omzet pasar hingga 20%.(Sumber www.kontan.co.id Dorong Ekonomi Pasar Tradisional, Revitalisasi Perlu Lebih Ditingkatkan, Selasa 12 Maret 2019, Pukul 17.58 WIB)

       Pasar rakyat itu tangguh karena tetap berjalan dalam berbagai situasi. Ketika terjadi pandemi Covid19, saat mall banyak ditutup, pasar rakyat tetap  buka. Diberbagai surat kabar muncul berita ada pedagang pasar yang terpapar virus, namun pasar ini  bertahan  Orang banyak selalu datang berbelanja.  Mereka seperti kebal dengan berbagai kabar yang muncul.

    Ada pendapat sebaiknya pasar rakyat ditutup juga selama masa pandemi.  Namun, apa jadinya kalau tempat ini ikut tutup? Tentu akan sulit memperoleh barang keperluan sehari-hari. Jika ada permintaan tapi barang tersedia dalam jumlah terbatas, maka harga-harga akan naik. Barang kebutuhan semakin sulit dijangkau masyarakat. Walaupun beresiko, namun ketangguhan pasar tradisional untuk tetap berjualan di masa pandemi, sangat membantu. Yang penting para pengunjungnya tetap disiplin protokol kesehatan.

    Melalui Festival Pasar Rakyat ini, mari kita uraikan keunggulan pasar rakyat ke khalayak ramai. Sebarkan keunikannya melalui digitalisasi, seperti membuat tulisan di website. Jangan kita abaikan potensi pasar rakyat.  

    Sesekali, luangkanlah waktu untuk belanja ke pasar rakyat. Ibarat bangkit bersama sahabat, kita juga ikut bangkit bersama pasar rakyat. Berbelanja di sana berarti ikut menggerakkan roda ekonomi berbagai lapisan masyarakat.

      

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Prioritaskan Kesehatan Mata Sebagai Investasi Seumur Hidup

Kaca mata identik dengan orang tua dan kakek nenek lansia. Penglihatan yang mulai mengabur karena faktor usia ataupun penyakit, membuat para warga senior banyak yang bermata empat. Namun, apa jadinya kalau anak-anak sudah menggunakan kaca mata? Berkaca mata sejak usia 12 tahun, saya paham bagaimana risihnya dulu pertama kali memakai benda bening berbingkai ini. Saat masuk ke kelas, ada beragam tatapan dari teman-teman, mulai dari yang bingung, merasa kasihan, sampai yang meledek.  "Ih, seperti Betet!" Begitu gurauan seorang anak diiringi senyum geli. Hah, Betet? Sejak kapan ada burung Betet yang memakai kaca mata.  Cerita beginian cuma ada di kisah dongeng. Terlalu berlebihan. Candaannya diabaikan saja Waktu itu,  bukan perkara mudah menjadi penderita rabun jauh atau miopia. Apalagi di sekolah saya tidak banyak anak yang memakai kaca mata. Kalau kita beda sendiri, jadi kelihatan aneh.  Padahal, siapa juga yang mau terkena rabun jauh? Walaupun risih, keluhan mata tidak boleh

Konservasi Hutan untuk Ekonomi Hijau bersama APRIL Group

Gerakan ekonomi hijau atau Green Ekonomy mulai disosialisaikan oleh United Nation Environment Program (UNEP) pada tahun 2008. Konsep ini menitikberatkan pada kegiatan ekonomi untuk kemajuan negara, dengan memperoleh keuntungan bersama antara produsen dan konsumen, tanpa merusak lingkungan. Salah satu lingkungan yang dipantau adalah hutan. Sebagai salah satu pabrik pulp dan kertas terbesar di dunia,  pengalaman APRIL Group , melalui anak perusahaannya PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) di Pangkalan Kerinci, Riau, Indonesia, dapat menjadi referensi untuk pelestarian lingkungan. Perusahaan tetap konsisten mengelola pabrik, tanpa mengabaikan alam, bahkan  melalui program APRIL2030 , ikut meningkatkan  kesejahtearaan masyarakat  dan turut mengurangi emisi karbon . Yuk, kita simak aktivitas ekonomi hijau bersama perusahaan ini. Ekonomi Hijau untuk Menjaga Keanekaragaman Hayati  Sumber : Pixabay  Konservasi Hutan untuk Mencegah Deforestasi Setiap tahun, perusahaan mampu memproduksi 2,8 jut

Kolaborasi #SuamiIstriMasak dari Kacamata Seorang Pejuang Mandiri

    Berstatus sebagai pejuang mandiri, atau lajang, alias jomblo, di usia yang tak lagi muda agak menakutkan terutama bagi wanita. Berbagai tudingan ditujukan pada individu yang masih betah melajang. Ada yang mengatakan karena tidak pandai bergaul, kurang menarik, hingga omongan lain yang cukup menggigit. Hadeh!   “Sudahlah, asal ada yang mau langsung menikah aja. Nggak usah tanya ini itu segala macam. Mau tunggu apalagi? Daripada kelamaan sendirian.”   Omongan pedas seperti ini sudah sering hinggap di telinga saya. Biasanya, kalau ketemu yang beginian, saya cuma bisa menghela napas sambil berlalu.  Dalam hidup, ada hal yang tak perlu ditanggapi serius.   Walaupun banyak omongan pedas berseliweran, banyak kok para pejuang mandiri yang tetap kalem.  Biasanya, kicauan ramai justru datang dari orang-orang yang tidak berkepentingan. Repotnya, kalau ada keluarga yang terprovokasi dan langsung kepanasan, hingga mendesak untuk segera menikah. Padahal, keputusan menikah sebaikn