Langsung ke konten utama

PPKM Diperlonggar, Percut Menanti Kunjungan

Perkampungan Nelayan Percut Sei Tuan, Deli Serdang



Akhirnya, Bisa Jalan-Jalan Lagi

    Yessss!  Itu yang terlontar ketika mendengar PPKM mulai dipelonggar.  Setelah hampir dua tahun dikepung pandemi dan dua bulan terkena PPKM level 4 kemudian level 3, pemerintah sudah mulai memperlonggar ke level 2.  Ruang-ruang publik sudah dibuka. Berwisata ke luar kota mulai diizinkan.

    Bersama beberapa teman, yang hanya bisa berkomunikasi secara digital selama masa karantina massal, dibuat rencana untuk menarik napas sejenak. Berwisata bersama! Tentu setelah divaksin dan mentaati prokes. Enggak usah jauh-jauh, cukup di pinggir kota saja.  Pilihan kami jatuh pada kecamatan Percut Sei Tuan, kabupaten Deli Serdang, Sumut.

    Dari kota tercinta, Medan, perjalanan menempuh 1,5 jam melalui tol Helvetia menuju tempat ini.  Letaknya berdekatan dekat muara laut.  tentu senang sekali bisa menghirup napas segar ke pinggiran kota. Berwisata sambil melihat rumah-rumah penduduk nan asri, karena masih banyak pepohonan, jadi hiburan tersendiri apalagi setelah lama tinggal di rumah.

    Mengapa dipilih Percut?  Sesekali perlu mencari suasana berbeda dari suasana kota.  Medan, sebagai kota besar,  ikut dalam jajaran kota macet.  Sudah lebih banyak hutan beton di tengah kota daripada pepohonan.  Percut, menawarkan suasana baru yang tentu tak ada di perkotaan. Apalagi kalau bukan perkampungan nelayan beserta hidangan laut yang menggoyang lidah.


Rumah Makan di  Perkampungan Nelayan

    Begitu tiba, yang pertama kami cari tentu pengisi perut dulu.  Tentu beda menikmati hidangan laut di dekat muara, dengan restoran seafood di tengah kota besar.  Dari tempat parkir, kami dibawa menyeberang pakai sampan ke tempat makan yang sudah dipilih.  Kami tak perlu menunggu lama, karena hidangan bisa dipesan ketika kami masih dalam perjalanan.

    Berbagai hidangan langsung tersaji mulai dari ikan nila panggang, cumi tepung goreng, kerang saos padang, udang, ikan kerapu goreng, hingga sayur kangkung dan capcai bunga kol.  Nyam ... nyam ... nyam ....

    Setelah melewati perjalanan cukup melelahkan, hidangan di meja jadi menyalakan semangat kembali.  Sambal kecapnya oke juga, apalagi ketika dipadu dengan gurami bakar dan cumi tepung.  Enak sekali.  Kalau ingin jus buah, juga tersedia sesuai dengan selera.



 




 



    Aneka Hidangan Laut


    Selain makanan ada lagi yang menjadi sensasi tersendiri ketika menikmati hidangan di dekat muara laut.  Sebelum mencapai restoran, kita sempat merasakan menyeberang dengan menggunakan perahu.  Jarang-jarang nih, dapat pengalaman beginian. Kalau belum pernah naik perahu apalagi enggak bisa berenang, awalnya takut juga.  Ternyata, setelah di atas , asyik lho meluncur di atas perahu.  Kok kurang lama ya?  He ... he ... he .....

    Pas makan, kita juga bisa mendengar live music dengan berbagai jenis lagu.  Mungkin biasa kalau di restoran begitu, yang tidak biasa kalau kita makan sambil melihat bangau yang beterbangan.  Tentunya aman dari kotorannya yang mungkin berjatuhan, karena atap rumah makan melindungi para pengunjung.

    Suasana cuaca di Percut juga unik. Udara yang terik jadi tidak terlalu menyengat karena tiupan angin.  Yaps, angin laut senantiasa berhembus membuat udara siang jadi tidak terlalu panas.

    Kapan-kapan ke Sumut, singgahlah ke Percut untuk menikmati hidangan laut.  Di perkampungan nelayan ini, kita bisa menyantap hidangan siang sambil menatap bangau yang berhamburan.  Tak lupa ada angin laut yang senantiasa berkelana.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Prioritaskan Kesehatan Mata Sebagai Investasi Seumur Hidup

Kaca mata identik dengan orang tua dan kakek nenek lansia. Penglihatan yang mulai mengabur karena faktor usia ataupun penyakit, membuat para warga senior banyak yang bermata empat. Namun, apa jadinya kalau anak-anak sudah menggunakan kaca mata? Berkaca mata sejak usia 12 tahun, saya paham bagaimana risihnya dulu pertama kali memakai benda bening berbingkai ini. Saat masuk ke kelas, ada beragam tatapan dari teman-teman, mulai dari yang bingung, merasa kasihan, sampai yang meledek.  "Ih, seperti Betet!" Begitu gurauan seorang anak diiringi senyum geli. Hah, Betet? Sejak kapan ada burung Betet yang memakai kaca mata.  Cerita beginian cuma ada di kisah dongeng. Terlalu berlebihan. Candaannya diabaikan saja Waktu itu,  bukan perkara mudah menjadi penderita rabun jauh atau miopia. Apalagi di sekolah saya tidak banyak anak yang memakai kaca mata. Kalau kita beda sendiri, jadi kelihatan aneh.  Padahal, siapa juga yang mau terkena rabun jauh? Walaupun risih, keluhan mata tidak boleh

Konservasi Hutan untuk Ekonomi Hijau bersama APRIL Group

Gerakan ekonomi hijau atau Green Ekonomy mulai disosialisaikan oleh United Nation Environment Program (UNEP) pada tahun 2008. Konsep ini menitikberatkan pada kegiatan ekonomi untuk kemajuan negara, dengan memperoleh keuntungan bersama antara produsen dan konsumen, tanpa merusak lingkungan. Salah satu lingkungan yang dipantau adalah hutan. Sebagai salah satu pabrik pulp dan kertas terbesar di dunia,  pengalaman APRIL Group , melalui anak perusahaannya PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) di Pangkalan Kerinci, Riau, Indonesia, dapat menjadi referensi untuk pelestarian lingkungan. Perusahaan tetap konsisten mengelola pabrik, tanpa mengabaikan alam, bahkan  melalui program APRIL2030 , ikut meningkatkan  kesejahtearaan masyarakat  dan turut mengurangi emisi karbon . Yuk, kita simak aktivitas ekonomi hijau bersama perusahaan ini. Ekonomi Hijau untuk Menjaga Keanekaragaman Hayati  Sumber : Pixabay  Konservasi Hutan untuk Mencegah Deforestasi Setiap tahun, perusahaan mampu memproduksi 2,8 jut

Dicari, Pemain Bola Berkarakter Kuat dan Tangguh bersama Inner Strength BISKUAT ACADEMY 2022

Pemukiman padat identik dengan anak-anak bermain pada sore hari cerah.  Pekik riang mereka tak bisa diredam oleh situasi yang tak stabil.  Harga-harga barang boleh melonjak, resesi mengancam, politik bisa bergejolak.  Namun tiada yang bisa menghentikan tawa riang mereka.   Mungkin hanya pandemi kemarin yang sempat membuat suasana senyap sementara.  Setelah virus mulai mereda, kegembiraan mereka kembali menyeruak di antara tembok-tembok perumahan. Pemukiman menjadi sunyi jika tak ada bocah seliweran. Permainan yang paling sering dilakoni anak-anak, terutama pria, adalah sepak bola. Entah itu di gang sempit atau perumahan dengan lapangan luas, si bundar selalu mampu menerobos lingkungan warga. Melalui tendangan kaki atau sundulan bola, para bocah itu menunjukkan kreativitasnya mengiring bola hingga sulit direbut lawan. Sepak bola sudah menjadi olahraga favorit di tanah air. Setiap pertandingan kejuaraan mulai dari kelas lokal hingga global, dipenuhi penggemar fanatik. Klub-klubnya berteb