Berstatus
sebagai pejuang mandiri, atau lajang, alias jomblo, di usia yang tak lagi muda
agak menakutkan terutama bagi wanita. Berbagai tudingan ditujukan pada individu
yang masih betah melajang. Ada yang mengatakan karena tidak pandai bergaul,
kurang menarik, hingga omongan lain yang cukup menggigit. Hadeh!
“Sudahlah, asal
ada yang mau langsung menikah aja. Nggak usah tanya ini itu segala macam. Mau
tunggu apalagi? Daripada kelamaan sendirian.”
Omongan pedas seperti
ini sudah sering hinggap di telinga saya. Biasanya, kalau ketemu yang beginian,
saya cuma bisa menghela napas sambil berlalu.
Dalam hidup, ada hal yang tak perlu ditanggapi serius.
Walaupun banyak
omongan pedas berseliweran, banyak kok para pejuang mandiri yang tetap kalem.
Biasanya, kicauan ramai justru datang dari orang-orang yang tidak
berkepentingan. Repotnya, kalau ada keluarga yang terprovokasi dan langsung kepanasan,
hingga mendesak untuk segera menikah. Padahal, keputusan menikah sebaiknya
jangan dipilih karena keterdesakan. Ini menyangkut masa depan pribadi bukan
kolektif.
Ribet, kan.
Kita nggak punya masalah, tapi orang lain yang heboh.
Namun, ada saja
lajang yang menyerah pada tekanan dan mau mengikuti permintaan keluarga. Mungkin
mereka capek didesak dan terus menerus jadi bahan omongan. Daripada puyeng,
sudahlah tancap gas saja kayak mobil.
Dari beberapa
orang saya kenal yang mengambil keputusan demikian, ada pernikahannya memang
baik-baik saja. Akan tetapi, ada juga
yang menghadapi masalah rumit.
Pejuang mandiri
Sebaliknya, ada
pejuang mandiri yang tetap bertahan dengan prinsipnya. Menikah itu urusan
pribadi, bukan musyawarah untuk mufakat. Menikah bukan masalah kompromi
sekadar mengikuti desakan dari orang lain.
Kalau
dipaksakan menikah dan kemudian muncul masalah pelik dalam keluarga, apakah orang
yang mendesak tadi mau ikut bertanggung jawab? Hayo!
Memilih
keputusan yang tepat nggak mudah apalagi di tengah gunjingan. Supaya para
lajang nggak resah, berikut ada tips untuk menghindari cuitan menjengkelkan.
· Menjauhi Lingkungan Toxic
Pernah, kan,
mengobrol dengan orang-orang yang sibuk mempertanyakan status kita?
Walaupun kita menjawab dengan sabar sambil tersenyum, eh, dia tetap mendesak
agar kita segera menghalalkan diri. Padahal, status kita sekarang nggak mengganggu
siapapun.
Repotnya,
lingkungan begini kebanyakan dari keluarga dan pas acara kumpul bareng.
Mau nggak datang ke acara ke, nanti dibilang sombong. Sebaliknya, kalau datang
telinga seperti berdenging-denging mendengar obrolan mereka.
Sebaiknya, bergaul
seperlunya saja dengan mereka. Tarik garis tegas antara obrolan yang patut
ditanggapi dan yang nggak perlu dimasukkan ke hati. Kalau sudah nggak
nyaman dengan topik pembahasan, pamit saja dan katakan ada kegiatan penting
yang harus dihadiri.
· Menemukan Kegiatan Sesuai Passion
Sebelum kita
meminta dihargai oleh orang lain, cobalah belajar menghargai diri sendiri.
Salah satu cara untuk menghargai diri adalah memiliki kegiatan baru yang sesuai
passion. Kegiatan yang membuat hati gembira dan lupa waktu.
Hidup sendirian
rentan dengan kesepian, apalagi jika melihat teman-teman lain sibuk dengan
keluarga masing-masing. Mau mengajak kawan nongkrong di luar, eh, dia ada
acara dengan keluarga mertuanya. Kesal, kan.
Cara terbaik
supaya tidak suntuk, temukanlah aktivitas yang sesuai minat. Lebih pas lagi
kalau ketemu aktivitas baru yang ternyata cocok untuk kita. Percaya diri
bakalan bertambah. Wah, ternyata ada
bakat terpendam, nih. Siapa tahu jadi cuan. Mengerjakan sesuatu yang membuat
bahagia, bisa menghindari kita dari mengeluhkan masalah.
Kegiatan sesuai passion
Orang yang suka
mengeluh agak menjengkelkan, karena itu janganlah menjadi sosok yang dihindari
orang lain. Walaupun belum ketemu orang yang membuat bahagia, setidaknya kita
masih bisa membahagiakan diri sendiri.
· Memperluas jaringan pertemanan
Jaringan
pertemanan membuat kita belajar banyak dari pengalaman orang lain, terutama
dengan teman yang memiliki status yang sama.
Selain untuk menemukan kandidat yang tepat (Hihihi), jaringan pergaulan mudah-mudahan
membuat kita mampu berhenti mengkhawatirkan nasib sendiri.
Banyak lho,
teman-teman yang produktif walaupun masih berstatus sendirian. Menurut mereka, melajang justru membuat kita
memiliki banyak waktu luang untuk beraktivitas.
Kita nggak perlu bergegas pulang ke rumah karena tak ada kewajiban sebagai
orang tua. Pikiran juga lebih fokus pada pekerjaan tanpa terdistraksi dengan urusan
lain.
Oya, saran ini
bukan ajakan untuk betah melajang, lho. Walaupun sendirian, senantiasa
buka mata lebar-lebar untuk menemukan pasangan yang tepat. Jangan pasrah pada
nasib dan tetaplah berusaha memiliki kepribadian menarik. Siapa tahu, kan?
Sambil menunggu
pasangan yang tepat datang, sebagai pejuang mandiri tak ada salahnya jika kita
rajin menyimak kegiatan rumah tangga suami istri. Kita bisa mengetahuinya
melalui bahan bacaan atau melihat video-video yang banyak beredar di internet.
Sekarang Kecap
ABC sedang menyelenggarakan kampanye #SuamiIstriMasak. Kampanye Kecap ABC
menyampaikan pesan, bahwa kesetaraan di keluarga dapat diwujudkan saat memasak
bersama pasangan. Dari kegiatan ini kita bisa belajar tentang cara
berkomunikasi dan kesetaraan dalam rumah tangga melalui dapur.
Pandangan Masyarakat pada Kolaborasi Suami Istri di Dapur
Berdomisili di
keluarga dengan latar budaya patriarki, peran pria sangat berpengaruh
di masyarakat kami. Pria adalah tonggak keluarga, mulai dari penerus
keturunan (marga), warisan, sampai pengetua adat. Begitu penting peran kaum
Adam, hingga sebuah keluarga tak lengkap jika belum memiliki anak lelaki.
Peran pria
sebagai kepala keluarga cukup dominan. Istri melayani suami dan
menanyakan setiap kebutuhannya, mulai dari makanan, menyediakan pakaian dan
keperluan lainnya. Apakah ini petanda kelemahan? Menurut saya
tidak.
Saya pernah
melihat seorang teman wanita menanyakan tentang makan malam suaminya di tengah
acara keramaian. Dia meninggalkan kumpulan koleganya hanya untuk
menyiapkan hidangan bagi pendampingnya. Ini bukan petanda kelemahan, tapi
kelembutan seorang wanita.
Suami istri memasak
Namun, berbeda
lagi kalau berbicara masalah dapur. Saya jarang melihat ada pria yang mau
membantu istrinya memasak. Pria masuk dapur seperti menurunkan nilai
kebapakannya. Kepala keluarga hanya bertugas mencari uang dan jangan diganggu
tentang urusan domestik. Mereka sudah kelelahan
saat tiba di rumah.
Sebenarnya,
belum tentu juga suaminya enggan membantu karena sudah capek sepulang
kerja. Boleh jadi karena istrinya sendiri yang menolak dibantu.
Menurut sebagian Ibu, keberadaan suami mereka di dapur hanya menambah
keribetan.
Pria yang
jarang memasak mungkin kurang hapal bumbu dapur. Mereka bingung
membedakan antara jahe dengan lengkuas. Mengajari suami mengenali bumbu sambil
memasak? Repot, kata ibu-ibu. Waktu keburu kesiangan dan makanan belum matang.
Tapi, kalau
bukan sekarang, kapan lagi ya mengajari suami memasak. Jika ditolak
terus, sampai kapanpun mereka tidak kenal dengan daun salam, rimbang,
kunyit, serai, hingga perbedaan antara merica dan ketumbar.
Bersama pasangan meramu bumbu dapur
Kalau istri
yang melarang, sebenarnya masih petanda baik karena suami berkemauan untuk
membantu. Lain persoalannya jika disebabkan oleh budaya partriaki yang
menganggap fungsi wanita hanya sebatas dapur, kasur, dan sumur. Mengiris cabai
dan bawang dianggap merendahkan posisi pria sebagai kepala keluarga.
Beda dengan
chef atau koki di hotel berbintang. Kalau profesi ini dinilai bergengsi
dengan nominal gaji berkilau. Sementara kalau memasak di rumah, suami
dianggap takut istri. Nggak jarang suami yang membantu istri di dapur menjadi
omongan miring keluarga besar.
Benarkah
demikian?
Pernikahan dan Kolaborasi
Psikolog Chaterine
Aponte menulis di psychologytoday,
bahwa pernikahan bisa membuat dua individu menjadi lebih baik. Hubungan suami
istri memerlukan kolaborasi untuk berproses dan bekerja sama, bukan hanya
mencari hasil akhir, demi rumah tangga harmonis.
Chaterine telah
menikah dengan suaminya seorang psikolog analis, Joseph F. Aponte sejak tahun
1960. Walaupun mereka berprofesi sebagai
psikolog profesional, menjalani pernikahan demikian lama bukanlah perkara mudah.
Ada banyak ombak dan riak-riak yang menghantam
bahtera mereka. Namun, pasangan ini mampu melewati pasang surut rumah
tangga dengan baik.
Menurut
Chaterine, walaupun berstatus menikah bukan berarti individu kehilangan
identitas diri. Sebagai individu, suami
atau istri tetap punya keinginan, cita-cita, dan impian yang perlu dikomunikasikan
dengan pasangan. Kolaborasi merupakan cara agar identitas pribadi bisa
diselaraskan dengan tujuan pernikahan.
Beliau menekankan
rumah tangga sebaiknya menerapkan kolaborasi seimbang antara suami istri. Salah satu cara berkolaborasi yang tepat
adalah pembagian tugas rumah tangga tanpa memandang gender. Sebagai kepala
keluarga bukan berarti suami tidak boleh melakukan aktivitas bersih-bersih,
atau memasak di rumah. Saling bekerja sama mengurus rumah tangga bisa menjaga
keharmonisan.
Cincin pernikahan
Dalam
berkolaborasi kedua belah pihak saling mendengarkan, mau mengerti, menghargai pasangannya.
Mencari solusi masalah rumah tangga dilakukan dengan kepala dingin, bukan
mencari siapa yang benar atau salah. Menunjukkan
keakuan masing-masing hanya membuat suasana semakin memanas.
Kedengarannya
mudah ya, tapi mungkin sulit untuk dijalani. Seperti tema tulisan ini, memasak
bersama di dapur boleh menjadi langkah awal berkolaborasi. Ajaklah suami memasak bersama. Sambil meracik bumbu, istri bisa mengobrol
ringan dengan pasangannya. Komunikasi
untuk kolaborasi yang dimulai dari dapur.
Beragam Kisah tentang Kolaborasi #SuamiIstriMasak di Dapur
Selama ini saya hanya mendengar kisah orang lain
tentang acara memasak bareng pasangan di dapur. Ada yang bilang seru,
tapi ada juga yang mengatakan kalau memasak bareng itu agak merepotkan.
Mengajak suami ke dapur bisa menjadi ide menarik, Moms.
Pernah nggak mendengar cerita suami yang kesal sepulang dari kantor saat
menemukan rumah masih berantakan? Letih karena pekerjaan, dia masih melihat
kekacauan setiba di kediaman, termasuk dapur yang seperti dihantam badai.
Kalau sudah begini, biasanya sering terjadi
kesalahpahaman. Suami mengatakan istrinya tidak gesit membereskan rumah. Istri
tersinggung dan menganggap suami tidak mengerti dengan kesibukannya mengurus
rumah.
Jadi, penting juga membawa suami sesekali ikut repot
di dapur. Ajak dia mengupas bawang merah dan merasakan pedihnya mengiris
bumbu dapur tersebut. Atau merasakan panasnya minyak goreng yang berkecipratan saat
menumis bumbu.
Dapur berantakan
Kemudian ajak lagi suami memikirkan mau memasak apa
hari ini. Memilih resep kelihatannya saja remeh, tapi sedikit
membingungkan. Bukan mudah menemukan masakan yang digemari oleh semua anggota
keluarga. Umumnya ada yang suka hidangan tertentu, tapi anggota keluarga
lain enggan menyantapnya.
Nah, kalau sudah begini, biasanya harus menyiapkan
lebih dari satu hidangan, Repot, kan? Belum lagi setelah masak harus
membersihkan dapur dan seluruh rumah.
Mudah-mudahan suami bisa paham keletihan istrinya
bekerja di dapur, sekaligus membersihkan rumah. Jadi, dia nggak cepat
emosi ketika melihat rumah masih berantakan sepulang kerja. Minimal, bisa
membicarakannya baik-baik dengan istri tercinta.
Rangkaian Kampanye #SuamiIstriMasak 2018 -2022
Kecap ABC telah
beberapa tahun menyelenggarakan kegiatan kampanye yang mendukung suami istri
untuk berkolaborasi di dapur. Kegiatan ini diikuti oleh pasangan suami
istri dari berbagai kota, organisani non pemerintah, hingga
selebritas.
Diharapkan
aktivitas ini dapat menularkan virus kesadaran bagi suami untuk ikut membantu
istrinya, sang ratu rumah tangga, bertahta di dapur sambil merebus makanan.
Soal rasa, ada kecap ABC yang menjadi resep rahasia untuk menghadirkan hidangan
menggoyang lidah.
2018
Pada tahun ini, kecap ABC mulai memperkenalkan
kampanye Suami Sejati Mau Masak, Terima Kasih Perasan Pertama, pada
publik. Tema kampanye ini dipilih berdasarkan fakta yang dikutip dari
studi HILL ASEAN, tahun 2018 tentang kesetaraan gender.
Data dari HILL ASEAN menjadi acuan perlu dikampanyekan
persamaan gender di tanah air. Dari data tersebut diketahui bahwa di Indonesia
secara umum tingkat kesetaraan gender sudah memuaskan. Namun, kesetaraan
tersebut tidak berlaku pada aktivitas domestik, yaitu kegiatan dapur.
Diteliti dari 10 orang suami, hanya 3 yang mau membantu istrinya repot-repot di
dapur.
Kemana bapak-bapak yang lain?
Dulu, sewaktu masih kecil dan Ibu saya sakit, Bapak
pernah turun ke dapur. Waktu itu, saya
bingung melihat Bapak menggiling cabai dan bawang. Itu kan pekerjaan perempuan,
begitu saya berpikir. Geli juga melihat
laki-laki bisa menumis bumbu. Terus, gimana
rasanya nanti?
Bumbu-bumbu dapur
Tapi, setelah masakannya matang? Wuih,
enak! Ternyata Bapak saya punya
bakat terpendam yang belum disalurkan.
Kesibukan di kantor menyita waktunya untuk berkutat di dapur. Sekali turun gunung, boleh juga racikannya.
Jadi, jangan pandang sebelah mata kemampuan pria. Siapa tahu mereka bisa membuat kejutan. Memasak di dapur bersama pasangan, bisa jadi
kesempatan suami menunjukkan kebolehannya.
Untuk menggiring suami ke dapur, perlu ada kampanye
mengajak mereka ikut mengurus rumah tangga.
Kecap ABC melihat peluang ini dan memulainya sejak 2018. Kampanye ini
mengajak pria nggak perlu malu, apalagi gengsi bersama istri mengolah makanan
di dapur. Aroma bawang tidak mengurangi tingkat ke-maco-an.
Kecap ABC pun berinisiatif mengajak suami untuk
bergabung dengan Akademi Suami Sejati, sebagai dukungan kesetaraan
dengan istri. Dari dapur, mereka berkolaborasi menghidangkan sajian lezat
dan bergizi untuk keluarga bersama kecap ABC.
Bapak-bapak yang tergerak hatinya mendukung istri
memasak, jangan kuatir bakalan berjalan sendirian. Kampanye ini didukung
oleh Aliansi Laki-laki Baru, yaitu organisasi independen yang
melibatkan para pria untuk menularkan gerakan kesetaraan gender. Kegiatan
tersebut dimulai pada tiga kota, yaitu Bandung, Semarang, dan Malang.
2019
Bertepatan dengan Hari Kesetaraan Perempuan pada Senin
26 Agustus 2019, Kecap ABC kembali mengusung kampanye yang bertajuk kesetaraan
gender. Melalui kampanye ini, masyarakat diajak mendukung kesetaraan yang dimulai
dari dapur.
Bertema Koki
Muda Sejati, kegiatan ini dilaksanakan bersama remaja pria yang berasal
dari 50 SMA. Mereka belajar memasak berbagai hidangan dengan menggunakan
kecap ABC.
Melalui program tersebut diharapkan para pria muda
tidak alergi turun ke dapur. Di rumah pun mereka mau membantu Ibu atau
saudara perempuan untuk menghidangkan sajian untuk keluarga.
Pria muda memasak
Terus, apa keuntungan pria muda belajar masak untuk
masa depan?
Jika suatu saat nanti berkunjung ke rumah calon
mertua, ada nilai lebih yang bisa mencuri perhatian keluarga kekasih. Ketika sudah sukses nanti, adalah hal biasa
membelikan bunga dan coklat untuk pujaan hati, atau oleh-oleh lain untuk keluarganya. Catat sekali lagi, b-i-a-s-a.
Tapi, coba kalau pria tersebut datang sambil membawa
rendang olahan dari rumah, terus ngomong begini.
“Malam, Om dan Tante, ini saya bawakan rendang ayam hasil
masakan saya sendiri. Saya dengar Om dan
Tante senang dengan rendang ayam. Jadi,
saya sediakan waktu untuk memasaknya.
Semoga rasanya cocok, ya.”
Nah, kalau begini unik, kan. Buah tangan hasil racikan dari dapur. Jarang-jarang,
lho. Mudah-mudahan bisa menjadi nilai tambah di mata calon mertua.
Tidak berhenti pada pria muda, Kecap ABC terus
mempopulerkan kampanye ini. Pada Hari Ibu dan Bulan Ramadan, kegiatan
tetap digelar agar semakin dikenal masyarakat.
Diselenggarakan pada bulan Ramadan, diharapkan kampanye
Kecap ABC mampu mempererat keharmonisan keluarga. Suami berkesempatan turun ke
dapur pada bulan suci dan bisa membantu meringankan beban istri.
Bayangkan kalau ada suami ngomong begini.
“Ma, selama bulan Ramadan kita gantian masak Sahur. Hari ini Papa, besok giliran Mama. Supaya Mama nggak terlalu capek dan waktu
tidurnya cukup, yuk Papa bantuin
menyediakan makanan.”
Istri mana yang klepek-klepek mendengar ucapan begini?
Pasti langsung mengucek-ngucek mata untuk meyakinkan diri kalau memang berada
di dunia nyata.
Pria Memasak
Begitu juga pas Hari Ibu, para istri cuti masak dan
menikmati hidangan racikan suaminya. Wow!
Soal rasa jangan khawatir, Moms. Sediakan saja Kecap ABC di dapur untuk resep masakan tertentu, agar hidangan kaya rasa dan digemari keluarga.
2020
Tahun 2020, Kecap ABC kembali mengadakan program yang
mendukung kesetaraan gender di tanah air. Isu kesetaraan masih menjadi
perdebatan hangat, mengingat masyarakat cenderung mengkotak-kotakkan pekerjaan rumah
tangga menurut jenis kelamin.
Berlatar dari situasi tersebut, Kecap ABC mengadakan
program suami memasak bersama istri dengan tema baru. Tahun ini mengambil
tema Koki Muda Sejati, yaitu mengajak pria sejak usia muda peduli pada kegiatan
dapur.
Pandemi menyebabkan program diselenggarakan secara daring
melalui platform Ruang Guru. Dalam program ini, ada berbagai macam konten yang
bisa disimak oleh generasi muda.
2021
Dilansir dari data Global
Gender Gap Index 2020 yang dipublikasikan oleh World Economic Forum, negara kita belum memperoleh pemahaman
kesetaraan gender. Kaum muda menjadi target yang pas dari program
ini. Edukasi sejak dini dibutuhkan untuk membangun mindset yang tepat
tentang kesetaraan.
Dalam kampanye tahun 2021, Kecap ABC menggandeng
selebritis Titi Kamal dan Christian Sugiono. Sejak masih berstatus sepasang
kekasih, pasangan ini sudah mencuri perhatian media. Keharmonisan mereka
menjalin hubungan, menjadi acuan bagi pasangan lain yang sedang membina kasih.
Kini setelah menikah dan mempunyai dua putera,
pasangan ini masih kerap disorot karena kekompakan mereka membangun keluarga
harmonis. Keduanya pantas diusung sebagai bintang dan influencer Kecap ABC tentang kesetaraan gender. Dalam
kampanye ini, Christian diperlihatkan tidak sungkan membantu istrinya memasak.
Inspirasi Tulisan dari Video #SuamiIstriMasak Bersama Kecap ABC 2022
Tahun ini Kecap ABC tetap menggelar kampanye
kesetaraan gender. Kampanye ini membawa pesan kalau tugas memasak tidak hanya tanggung
jawab Ibu, tapi juga kolaborasi bersama suami termasuk anak.
Kecap ABC kembali mengusung pasangan Titi Kamal dan
Christian Sugiono. Program #SuamiIstriMasak kali ini bertemakan Together at The Table (Bersama di
Meja).
Apa pengertian bersama di meja?
Bersama di meja bukan hanya duduk sambil saling
bertatapan. Bersama di meja berarti menyiapkan isi (hidangan) di meja
secara berbarengan, sekaligus menyantapnya sambil mengobrol santai. Mengobrol bukan
menggunakan emosi seperti ketika membahas masalah penting, tapi dengan kepala
dingin untuk kepentingan bersama. Dari meja keluarga, pasangan menemukan
titik komunikasi antara mereka.
Untuk mendukung kampanye tahun ini, Kecap ABC telah
meluncurkan video bertemakan #SuamiIstriMasak beberapa waktu yang lalu. Ada
perasaan lucu saat menyaksikan video tersebut. Ternyata ada istri yang
risih masak di dapur bersama suaminya sendiri. Kebayang ribetnya,
alasan mereka.
Nah, tulisan ini terinspirasi dari video
#SuamiIstriMasak Kecap ABC seperti yang tertera di atas. Yuk, para Ibu,
ajaklah suami masak bersama dan harap menerima kecanggungan pria di
dapur. Bayangkan saja kalau wanita disuruh memperbaiki mesin mobil, mungkin
seperti itu juga kekakuan mereka selama mengulek bumbu.
Tapi, salut juga melihat usaha para suami yang mau berusaha membantu istri di dapur. Tidak mudah lho, memilah-milih bumbu segitu banyak, kemudian harus mengolahnya menjadi masakan. Apalagi kalau jarang terjun ke dapur. Perlu kesabaran dari kedua belah pihak untuk berkolaborasi menyelesaikan masakan.
Supaya acara masaknya lebih seru, kenapa nggak
sediakan resep yang mudah dan sudah banyak dipraktekkan orang, misalnya ayam
semur. Bumbu resep ini banyak tersedia di dapur, yaitu bawang merah, bawang
putih, jahe, merica, serta jahe. Jadi,
masaknya bisa langsung spontan tanpa bela-beli dulu.
Resep ayam semur
Selain semur ayam, ada resep rumahan lain yang oke
dicoba bareng suami. Resep ini sudah familiar dan cocok untuk lidah
kita. Yuk, memasak nasi goreng, mie
goreng, dan semur daging. Bahannya cukup
mudah diperoleh dan umumnya para Ibu pun sudah hapal.
Nasi goreng, mie goreng, dan semur daging
Soal rasa, jangan cemas. Bersama Kecap ABC, semua
resep di atas bisa diolah hingga menggugah selera di meja makan.
Yuk, Masak bareng Suami
Berasal dari lingkungan yang menjunjung pria sebagai
pemimpin, saya jarang melihat ada suami yang mau membantu pasangannya di dapur.
Bagi sebagian warga, nggak pantas suami bekerja di dapur. Membantu istri seperti mengancam wibawa
kepala keluarga.
Kalau menurut saya, pria yang berani berkotor-kotor
berarti punya pribadi unik. Dia berani
menyenangkan pasangannya serta mengabaikan omongan miring orang lain. Pria demikian
termasuk Limited Edition, kata orang sekarang. Dipesan langsung
pun belum tentu ada.
Pasangan suami istri yang kompak di dapur jadi
pemandangan menarik bagi seorang lajang.
Menarik melihat keduanya saling bahu-membahu menyelesaikan tugas rumah
tangga. Dari urusan dapur saja, mereka kompak. Mudah-mudahan pasangan demikian tetap
kompak menyelesaikan problem apa pun yang timbul dalam keluarga.
Nah, untuk para pejuang mandiri yang masih nyaman
dengan kesendiriannya, jangan sampai lupa mencari pasangan. Yuk, masing-masing
dari kita mau berusaha menemukan teman hidup terbaik. Syukur-syukur yang bisa
diajak kompakan mengolah hidangan semur ayam.
Kata orang, pernikahan terdiri dari beribu macam
problematika, sekaligus sukacita dari dua orang yang sepakat menua bersama.
Segala sesuatu bisa dikelola berbarengan termasuk, mengolah makanan dan beragam
bumbunya. Memasak bersama mampu menjadi jalur komunikasi untuk mempererat
jalinan kasih di rumah tangga.
Untuk pasangan suami istri, ayo berkolaborasi melalui
masakan. Dapur pun boleh menjadi tempat yang serasi untuk berdiskusi tanpa
memancing emosi. Jadi, jangan segan-segan memasak bersama.
- Cara Kecap ABC Mendukung Kesetaraan Gender di Dapur. Penulis : KumparanFOOD, 26 Agustus 2019. https://kumparan.com/kumparanfood/cara-kecap-abc-dalam-mendukung-kesetaraan-gender-di-dapur-1rk2i94pH5M
- Dukung Kesetaraan Gender, Kecap ABC Hadirkan Koki Muda Sejati 2020. Penulis : Inkana Putri, 02 September 2020. https://news.detik.com/berita/d-5156485/dukung-kesetaraan-gender-kecap-abc-hadirkan-koki-muda-sejati-2020
- Kampanye Kesetaraan Gender, Kecap ABC Hadirkan "Akademi Suami Sejati." Penulis : Dwi Wulandari, 18 Oktober 2018. https://mix.co.id/marcomm/brand-communication/kampanyekan-kesetaraan-gender-kecap-abc-hadirkan-akademi-suami-sejati/
- Get Married! Become a Better Person, Re-thinking Married. Writer : Catherine ApontePsy. D. July 05, 2020. https://www.psychologytoday.com/us/blog/marriage-equals/202007/get-married-become-better-person
- Gambar oleh Pixabay
Btw, saya setuju bgt dgn kalimat ini
BalasHapusMenikah bukan masalah kompromi sekadar mengikuti desakan dari orang lain.
Dan klo udah nikah, ya hayuk pasutri kerjasama, misal bs dgn masak bareng, kyk yg dicontohkan kecap ABC.
Akhirnya, ada teman satu ide. Makasih, Mbak.
HapusHeran sama stigma laki-laki nggak pantes ada di dapur. Padahal masak itu kan salah satu life skill yang penting juga. Minimal kalo kos atau hidup sendirian bisa lah masak-masak buat diri sendiri. Chef juga banyak yang laki-laki.
BalasHapusSeru memang masak bareng suami. Kebetulan suami saya lebih jago masak dibanding saya. Jadi saya biasanya jadi tukang potong-potong dan cuci piring. Hehe..
Saya pernah ada kenal keluarga yang suaminya rajin ke dapur kalau istrinya bekerja. Suaminya jadi omongan tetangga kiri kanan, tapi mereka cuek saja. Sampai sekarang rumah tangga mereka baik-baik saja, kok.
HapusMenurutku, memasak bersama pasangan dapat meningkatkan bonding. Apalagi kalau hasil masakannya enak. Bisa jadi menu andalan sekeluarga.
BalasHapusSetuju, Mbak.
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
HapusAlhamdulillah paksu sering bamtuin masak dirumah jadinya agak ringan pekerjaan rumah. Tapi kadang kasian jg liat suami masak beberes apalagi hendak atau pulang kerja heheh
BalasHapusPaksu kan membantu dengan sukarela, Mbak. Senang banget punya suami yang pengertian.
HapusSalut pada para pejuang mandiri, semoga tetap tegar dan semangat apapun yang dijalani. Biarkan yang nyinyir buang ke laut ajaa:)
BalasHapusBtw, suamiku masak kalau aku lagi ga di rumah. Dulu saat anak-anak kecil bantu di dapur, makin ke sini karena kesibukan dia dan anak-anak juga dah gede ya turun ke dapur kalau aku pergi..anak-anak juga dah bisa bebikinan di dapur sendiri meski masih yang simpel. Tapi keren ini kamapnye suamiistrimasak dari Kecap ABC
Setiap tahun kecap ABC membuat kampanye seperti ini ya, Mbak.
HapusIya bener mbak jangan menikah karena tuntutan orang sekitar, klo asal nikah terus pasangan tidak satu value, kita yang pusing, kita yang sakit kepala.
BalasHapusPas awal nikah, dulu suami yang turun ke dapur karena saya beneran gak bisa masak, masak air pun beneran gosong 😄.
Sekarang suami nyaris gak pernah lagi turun ke dapur, baca artikel ini jadi kangen masak bareng lagi hehe.
Masak air gosok? Wkwkwk. Bagus juga selera humor Mbak ini.
HapusWah kecap favorit keluarga banget ini mah, legen dari zaman dahulu ya kak, cocok di lidah racikan kecapnya
BalasHapusBenar, Kak, sampai sekarang masih hobi masak nasi goreng atau mie goreng pakai kecap ABC.
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusstyle memasakku dengan suami jauh berbeda, begitu juga dengancita rasa masakannya. tapi kata anak-anak, masakan ayahnya enak. wkwk.. aku termasuk yang enggan dibantuin suami karena nambah ribed mba.. mending kolaborasi di bidang lain aja deh.. hehe.. jadi kalau suami lagi pengen di dapur, mendingan aku melipir, lumayan bisa buka laptop atau nonton drakor, hehe
BalasHapusTiap-tiap keluarga memang beda ya, Mbak. Kalau memang lebih nyaman masak sendiri, nggak apa-apalah.
HapusYes sepakat banget. Perihal menikah bukan masalah kompromi kesepakatan musyawarah mufakat. Kalau gini yang ada malah menjadi masalah. Semangat untuk para pejuang mandiri yang mengimpikan memasak bareng di dapur bareng pasangan😊
BalasHapusHahaha, terima kasih, Mbak.
HapusKampanye Kecap ABC ini bagus banget, angkat kesetaraan gender mulai dari dapur. Karena banyak banget semacam stigma, mitos, larangan pria ke dapur. Padahal ya gak apa-apa.
BalasHapusMasalah sudut pandang yang berbeda saja, Mbak, padahal memang nggak apa-apa.
HapusMenikah intinya memang bekerjasama ya. Salam segala hal termasuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Memasak dengan suami dan keluarga lainnya malah makin seru lho sebenarnya
BalasHapusSetuju, Mbak.
Hapusbtw pertahankan prinsip kalau menikah bukan karena asal ada yang mau. Semoga segera dimudahkan jodohnya biar bisa masak bareng suami ya mba
BalasHapusAmin. Terima kasih, Mbak.
HapusKeren Mba cara pandangnya. Tips yang dibagikan pun oke banget buat mengatasi cuitan toxic.
BalasHapusSetiap orang punya waktu dan momennya sendiri dan tidak bisa disama-samakan.
Oh ya, ulasannya lengkap banget. Terharu nih lihat short videonya, maa shaa Allah.
Terima kasih, Mbak.
HapusSebelum ada anak, aku termasuk yang sering banget masak bareng suami. Kita kerja sama gitu di dapur sembari ngobrol. Kalau diingat-ingat kangen juga ya..
BalasHapusSekarang agak susah kalau mau masak bareng. Ada bocil soalnya.
Nanti kalau bocilnya sudah agak besar bisa masak bareng lagi kan, Mbak.
HapusTidak ada salahnya suami masak
BalasHapusTentu akan seru dan menyenangkan jika suami istri masak bersama
Pasti bikin hubungan lebih harmonis
Setuju, Mbak.
HapusBiasanya.. suami masak tuh (kalau dari pengamatanku ya,,) adalah yang kehidupannya terbiasa nge-kost dan jauh dari orangtua. Karena kebiasaan memasak means bisa menghemat pengeluaran juga..
BalasHapusSeru banget Kampanye #SuamiIstriMasak kecap ABC ini ya..
Menambah kebahagiaan, keceriaan keluarga dan yang pasti sama-sama belajar bahwa setiap kehidupan memiliki fase yang harus dilewati untuk menggapai sebuah hasil.
Benar, Mbak, dari masa lajang dia memang sudah biasa hidup mandiri. Umumnya begitu.
HapusInformatif banget tulisan tentang pernikahan ini. Selalu ada hal yang menarik saat masak bersama pasangan
BalasHapusRomantis dan menarik ya, Mbak.
Hapus