- Orang Tua Perlu Berplesir
Hari tua identik dengan masa-masa tenang. Setelah bertahun-tahun sibuk dengan berbagai tanggung-jawab keluarga dan pekerjaan, inilah masanya menikmati usia senja dengan kegiatan bebas.
Ada faktor menarik dari hasil penelitian terhadap 112 wanita berusia antara 65 - 93 tahun yang dilakukan oleh James Sand dari South Coast Institute for Applied Gerontology. Menurut penelitian ini, berplesir pada wanita usia lanjut berhubungan dengan fungsi intelektual.
Ditemukan fakta kalau berlibur merupakan upaya agar fungsi intelektual mereka tetap tajam, seperti ketika masih berusia muda. Berplesir mengajak wanita usia lanjut untuk mengamati setiap tempat-tempat baru yang mereka singgahi. Pengamatan membuat pikiran mereka aktif menganalisis setiap peristiwa yang ditemukan selama perjalanan.
Liburan untuk Kesehatan
Berbeda dengan tinggal di rumah dengan suasana monoton, plesir berarti menemukan suasana yang membuat hati gembira dan bebas dari stres. Konon, hati gembira mampu mencegah lansia dari kepikunan.
Selain bebas dari stres, berplesir mengajak warga senior untuk rajin bergerak. Berjalan kaki dari satu lokasi ke lokasi lain, membuat otot kuat dan tubuh lebih sehat.
Fakta ini didukung oleh penelitian dari New York State yang melansir, jika pria yang mengambil waktu untuk berlibur akan menjadi lebih rileks. Hal ini mempengaruhi kesehatan, yaitu menurunkan resiko serangan jantung sampai 30%.
- Menghapus Mata Rantai Generasi Sandwich
Aktivitas healing warga senior membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Fasilitas kesehatan layak hingga liburan rutin perlu menyediakan dana khusus, tanpa menganggu kebutuhan rumah.
Masalahnya, bagaimana memenuhi anggaran jika sudah pensiun? Bukan masalah kalau ada dana cadangan berupa tabungan atau investasi. Jika tidak memiliki dana cukup, biasanya akan mengandalkan pendapatan anak untuk keperluan mereka. Dari sinilah kemudian muncul istilah generasi sandwich.
Istilah ini pertama kali dicetuskan oleh profesor Dorothy A. Miller, pada tahun 1981 dari Universitas Kentucky, Lexington, Amerika Serikat. Sampai sekarang, kelompok masyarakat tersebut masih jamak terutama di kota-kota besar.
Generasi sandwich berusia sekitar 30 - 55 tahun dan mempunyai tanggungan ganda, yaitu orang tua serta anak-anaknya. Nah, generasi sandwich ibarat isi dari roti. Mereka berada di tengah-tengah, terjepit di antara dua tanggung jawab finansial.
Umumnya, generasi sandwich sering didera keletihan secara fisik, juga kekuatiran pada kemampuan menjadi tulang punggung keluarga. Mereka bekerja keras, tapi tanggungannya berlipat hingga dana yang terkumpul sering tak mencukupi.
Apakah kita mau menjadi generasi sandwich berikutnya dengan menjadi tanggungan anak-anak kita? Jika ingin bebas secara finansial, yuk, rencanakan investasi mulai hari ini.
Inflasi kerap menjadi istilah menyeramkan dalam dunia keuangan. Inflasi merupakan sosok tanpa wujud yang mampu mengurangi nilai mata uang kita. Harga barang meningkat drastis, sementara pendapatan masih betah di posisi nyaman.
Indonesia mencapai tingkat inflasi tertinggi selama 5 tahun terakhir pada Juni 2022, yaitu sekitar 4,35%. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi inflasi di Indonesia, seperti suku bunga dan jumlah uang beredar.
Karena faktor-faktor ini sulit diprediksi, maka mulailah memasang jaring pengaman keuangan dengan konsisten berinvestasi. Daripada bergantung pada sistem yang sulit dikendalikan, bangunlah passive income secara mandiri.
Melihat uraian di atas, apa kita sudah merencanakan kemandirian finansial pada masa tua nanti? Mungkin di tahun 2045, kita masih berada dalam usia produktif. Namun, bagaimana dengan rencana tahun-tahun berikutnya?
Berinvestasi Sejak Usia Muda
Masa muda menjadi kesempatan mengumpulkan dana untuk persiapan hari tua. Kita nggak mau, kan, ketika usia lanjut nanti hanya menjadi beban bagi keluarga. Apalagi jika perlu menjaga kesehatan di tengah daya tahan tubuh yang terus menurun.
Rutin berinvestasi bisa menjadi salah satu cara agar keuangan tetap aman hingga usia senja. Berinvestasi ibarat menanam pohon, perlu waktu untuk melihatnya bertumbuh dan memberi penghasilan layak. Berbeda dengan mental instan, investasi membutuhkan ketekunan untuk memperoleh hasil maksimal.
Mendengar kata 'investasi' mayoritas orang mungkin langsung membayangkan deretan angka nominal yang membuat dahi mengernyit. Angka-angka berat yang sulit dijangkau oleh kalangan awam.
Dulu investasi identik dengan kalangan jetset yang punya uang mengalir seperti aliran sungai. Kalaupun ada yang terjangkau, fasilitas ini diperuntukkan bagi individu yang telah malang melintang di ranah pasar modal. Individu dengan penghasilan terbatas dan minim pengalaman, enggan ikut berinvestasi karena dianggap beresiko tinggi.
Namun, sekarang sudah banyak perubahan dalam dunia investasi.
Saat ini, sudah beragam pilihan investasi yang tersedia di pasaran. Nilai nominalnya ada yang terjangkau semua kalangan, yaitu dimulai dari Rp 100.000,-. Bersifat fixed income, investasi ini relatif aman untuk investor pemula.
Tertarik? Yuk, simak ulasan berikut.
Aman dan Cuan Bersama EBA Ritel melalui PT Sarana Multigriya Finansial Persero
Investasi tidak lagi berkaitan dengan usia mapan. Bukan hanya milenial, orang yang sudah berusia lebih matang tapi belum berpengalaman, cenderung mencari investasi yang lebih mudah dipantau. Investasi beresiko rendah serta tetap cuan, bisa menjadi pilihan bagi kelompok ini.
Sekarang sudah ada EBA Ritel yang dikeluarkan oleh PT Sarana Multigriya Finansial Persero (SMF) dengan modal awal terjangkau. Dengan berinvestasi di EBA Ritel, investor bisa memperoleh fixed income yang minim resiko, cukup dengan modal Rp 100.000.
Bagaimana kriteria investasi ini? Supaya lebih jelas, bisa dilihat pada Instagram SMF berikut :
@inveseries
@ptsmfpersero
EBA merupakan singkatan dari Efek Beragunan Aset atau Asset Backed Security. Sesuai namanya, EBA berupa surat berharga yang bisa diperjual belikan untuk memperoleh keuntungan di pasar modal.
Supaya lebih jelas, kita rangkum dulu perusahaan yang menaungi EBA Ritel ini.
PT Sarana Multigriya Finansial Persero (SMF) merupakan BUMN di bawah pantauan Kementerian Keuangan Republik Indonesia. SMF berfokus pada Pengembangan Pasar Pembiayaan Perumahan di Indonesia melalui berbagai aktivitas, seperti sekuritas dan penyaluran pinjaman kepada bank KPR. Segmen yang dituju adalah masyarakat berpenghasilan rendah.
SMF bukan hanya menyalurkan dana guna menyokong masyarakat memiliki rumah sendiri. Perusahaan juga menghimpun dana dari investor sebagai modal untuk pembiayaan perumahan terjangkau bagi masyarakat.
Nah, perhimpunan dana dari masyarakat dilakukan melalui Efek Beragunan Aset - Surat Partisipasi (EBA - SP) Ritel. Sesuai dengan namanya, yaitu efek atau surat utang, mempunyai dasar penerbitan dari KPR dan diperdagangkan pada pasar modal (sekuritas).
Lebih ringkasnya, begini skema EBA :
Nasabah membeli rumah dengan KPR dan membayar cicilannya melalui bank.
Tagihan KPR yang berpotensi anti macet dipantau dan dikumpulkan.
SMF memilih tagihan KPR terbaik dan premium melalui 32 syarat uji kelayakan. Kemudian, tagihan tersebut diikutsertakan pada proses sekuritisasi.
Sekuritisasi merupakan proses untuk mengubah tagihan KPR menjadi efek (surat utang) yang bisa diperjualbelikan di pasar modal.
Setelah melalui proses sekuritisasi, EBA Ritel siap diperdagangkan pada investor yang berminat.
Pada penerbitan awal 2009, EBA Ritel hanya diperdagangkan pada perusahaan-perusahaan besar. Pada tahun 2018, produk ini mulai diperjualbelikan untuk masyarakat umum.
Selain bernaung pada Kemenkeu RI, SMF berada di bawah pengawasan OJK dengan nomor 23/POJK.4/2014. Jadi, seperti efek atau surat utang lainnya, EBA Ritel merupakan produk legal dan sudah diawasi oleh badan independen yang berwenang.
Mengenai kredibilitas, EBA Ritel mendapat rating idAAA dari Pefindo. Rating terbaik ini berarti EBA Ritel termasuk dalam surat utang yang tidak gagal bayar. Fakta ini dijamin oleh Pefindo yang merupakan lembaga negara yang berwenang mengeluarkan peringkat surat utang.
Keuntungan Berinvestasi di EBA Ritel
Berbeda dengan deposito, EBA Ritel menawarkan bunga yang lebih tinggi, yaitu 8,75% per tahun. Aset ini juga sangat likuid, bisa dicairkan kapan saja tanpa penalti. Asalkan, pencairannya sesuai dengan jam dan hari kerja pasar modal.
Pembelian EBA Ritel cukup mudah, yaitu melalui sekuritas dari bank yang ditunjuk pihak berwenang. Calon investor pun tidak perlu repot antri di kantor sekuritas untuk berinvestasi. Dengan aplikasi Bions yang bisa diunduh di Play Store atau App Store, kita sudah dapat berinvestasi di EBA Ritel.
Soal keamanan pun sudah diprioritaskan. Dana investor tersimpan aman pada Rekening Dana Nasabah (RDN). Jika sekuritas tutup, investor tidak perlu khawatir jerih payahnya menguap. RDN menjamin dana investasi terpisah dari sekuritas.
Harga pokok dan bunga investor dibagikan setiap tiga bulan sekali melalui kupon. Setelah memperoleh kupon, investor bisa me-reinvestasi dana tersebut atau menambah nominal EBA Ritel. Rutin dan konsisten merupakan kunci kesuksesan berinvestasi.
EBA Ritel berkarakter low risk, minim resiko tapi bisa tetap cuan. Jenis investasi ini tidak volatile (bergejolak) dan cenderung stabil. Saat investasi di EBA Ritel, investor tidak perlu rutin mengecek grafik harga. Menawarkan fixed income, investor memperoleh keuntungan yang rutin.
Apakah ada resiko dari EBA Ritel?
Seperti manusia, investasi juga mempunyai celah kekurangan. Gejolak ekonomi bisa mempengaruhi stabilitas perdagangan EBA Ritel. Artinya, pasang surut ekonomi berdampak pada kemampuan nasabah pada pembayaran cicilan KPR.
Namun, problem ini sudah diantisipasi oleh lembaga berwenang. KPR premium yang terpilih sudah melalui seleksi berlapis, hingga kecil kemungkinan nasabah mengalami gagal bayar. Dengan demikian, investor tidak perlu khawatir karena karena dana mereka tetap terjamin.
Mulailah Berinvestasi Sejak Dini
EBA Ritel cocok untuk investor dari berbagai usia, terutama untuk yang belum berpengalaman di bidang pasar modal. Dengan harga terjangkau, minim resiko, dan sesuai untuk investasi jangka panjang, EBA Ritel tepat sebagai passive income masa kini yang #AmanNyamanCuan.
Dengan modal awal cukup Rp 100.000,-, anak-anak muda yang baru bekerja mampu mulai membangun investasi hari tua. Hindari kata 'tunggu dulu' dalam berinvestasi karena kita tidak pernah tahu kebutuhan di masa yang akan datang.
Paparan yang disampaikan Ibu Menteri Keuangan Sri Mulyani di atas, bisa menjadi motivasi generasi muda. Mulailah berinvestasi sedini mungkin, agar di usia lanjut nanti kita mampu mandiri secara finansial.
Bersama EBA Ritel, kita dapat berinvestasi walaupun minim pengalaman. Asalkan rutin dan konsisten, investasi ini sesuai untuk target kesejahteraan jangka panjang. Sambil mengerjakan aktivitas sehari-hari, dana kita bekerja menghasilkan cuan di masa depan.
Yuk, segera siapkan dana dan mulai membeli EBA Ritel dari sekarang.
Referensi :
- Membangun dan mengembangkan Pasar Pembiayaan Sekunder.