Langsung ke konten utama

Kreasikan Konten Game bersama Internet Provider


Internet Provider

Excellent

 

Demikian kata yang kerap didengungkan hape jadul saya, saat berhasil menuntaskan satu seri game menyusun balok.  Jenis game dari masa lampau ini sering dimainkan saat luang.  Ada kesenangan tersendiri ketika berhasil melewati tantangan dan naik tingkat.  Pada tingkat baru, kesulitannya lebih tinggi.  Tantangan lebih tajam dan waktu bermain terus ditambah. Akibatnya kerap tugas rutin jadi terbengkalai. 

 

Inilah salah satu dampak negatif game.  Gambar-gambar mungil pada layar mampu menyihir  penggunanya hingga lupa waktu, bahkan tugas rutin seperti makan dan bersih-bersih.  Kalah dalam satu tingkat, bukannya berhenti dan istirahat dulu.  Namun, semakin penasaran dan terus menambah jam online.  Mata sudah perih urusan nanti, badan pegal nggak terasa lagi selama jari-jari masih bisa menari.

 

Beberapa waktu lalu, media elektronik pernah menayangkan kisah remaja yang terpaksa dibawa ke rumah sakit jiwa karena tidak mampu terlepas dari gadgetnya.  Ada lagi kisah anak yang mengamuk dengan orang tuanya karena tidak dibelikan gawai terbaru.  kemudia muncul cerita anak obesitas karena jarang bergerak dan lebih sering rebahan. Semakin lengkaplah citra negatif dari game online.

 

Anak-anak pun semakin individualis karena lebih suka sendirian ditemani gadget.  Jangan tanya tata cara permainan gobak sodor, mungkin mereka lebih fasih membahas tentang PUBG  Mobile.  Karakter mereka sama seperti paman dan tantenya dulu yang sering mengutak-atik Angry Bird.  Kalau sudah tersentuh jenis game tersebut,  waktu sendirian terasa singkat dan cepat berlalu.

 

Namun, pantaskah kalau gadget dijadikan kambing hitam? Semua tergantung pemakainya. Apalagi seperti halnya manusia, gadget juga memiliki sisi baik dan buruk.  Asal digunakan dengan takaran waktu tepat, gadget pun bisa menjadi konten yang menghasilkan cuan bagi pemiliknya.


Dampak Positif Game dan Konten Cuan 

Game memang membuat penasaran, apalagi kalau pengguna berkali-kali kalah dan kesulitan melanjutkan ke seri berikutnya. Dengan penuh rasa ingin tahu, pengguna berani mencoba memikirkan cara-cara baru untuk meningkatkan kemampuannya.  Belajar lagi dan belajar lagi walaupun tekun hanya untuk membahas game. Karakter yang sebenarnya menjanjikan kalau digunakan untuk pembelajaran lain.

 

Game juga memberi ketangkasan bagi pengguna untuk mengasah tips dan trik dalam mengungguli lawan.  Intinya, gadget mengajak pengguna untuk mempunyai strategi jitu agar memenangkan permainan.  Terlatih dalam mengutak-atik strategi game, pengguna pun mampu menjadi pemecah masalah atau problem solving pada kehidupan nyata.  Mereka mau berpikir taktis untuk mencapai tujuannya.

 

Game juga mampu membuat hati bahagia.  Ingat kata ‘Excellent’ di atas?  Mayoritas orang senang dipuji.  Kalau nggak bisa mendapat pujian di dunia nyata, maka sanjungan dari mesin juga sudah membuat telinga agak melebar.  Hati gembira karena kerja recehan kita ada yang memuji.  Beda dengan dunia nyata.  Boro-boro memuji, kerja keras pun terkadang mendapat kritikan.  Ternyata mesin lebih menghargai upaya kita.  Hihihi.

 

Walaupun demikian, janganlah puas hanya sebagai pengguna game yang mahir.  Mumpung sekarang sudah ada internet provider cepat, yuk membuat konten yang sesuai hobi bertema game.  Kalau di blog, bisa dipilih tulisan ulasan atau pengalaman tentang game tertentu.  Atau bisa membuat konten youtube mengenai game yang sedang tren.  Lumayan kan, selain menyalurkan hobi kita bisa mengundang follower di konten tersebut.  Seiring berjalannya waktu, konten kita bisa semakin dikenal.  Syukur-syukur bisa menjadi narasumber sesuai profesi kita. 

 

Selain menyalurkan hobi, berkonten-ria bisa membawa kita pada komunitas sefrekuensi.  Tidak perlu keluar ongkos tiket dan akomodasi, kita bisa mempunyai teman dari seluruh nusantara hingga luar negeri.  Bersama mereka bisa menambah wawasan, diskusi, hingga teman kopi darat. Hanya melalui internet dan utak-atik konten di dunia maya, sekarang hal ini bukan mustahil.

 


Jangan Tunda Berkonten-ria Bersama IndiHome dari Telkom Indonesia

Sekarang dari rumah dan ujung jari, kita sudah bisa berkarya dan berkreasi.  Kalau hasilnya memuaskan, apalagi out of the box, nama kreatornya pun bisa ikut terangkat.  Kalau dulu hanya orang-orang tertentu yang diliput media.  Sulit bagi orang kebanyakan untuk bisa eksis dan berkreasi. Saat ini, di manapun lokasi kita, semua memungkinkan asalkan tersedia jaringan internet mumpuni.

 

IndiHome dari Telkom Indonesia merupakan internet provider cepat yang jangkauannya sudah mencakup hampir seluruh nusantara.  Pemasangannya juga nggak ribet. Daftar hari ini, besok petugasnya langsung datang. Jaringan internet barupun bisa langsung tancap gas pada hari yang sama.  Kencang anti macet.

 

Jangan kuatir soal biaya per bulan.  Cukup dengan Rp 200.000 perbulan, pengguna sudah memperoleh fasilitas IndiHome dengan kecepatan 30 Mbps.  Artinya dalam satu rumah yang terdiri dari sekitar lima orang, kecepatan internetnya sudah yahud tanpa jeda.  Mau kirim data, email, scroll medsos, pembelajaran jarak jauh, hingga webinar ria sudah bisa dilakukan tanpa hambatan.  Lebih hemat dan terjangkau.

 

Jadi, tunggu apalagi?  Kalau mempunyai hobi atau ketangkasan mengutak-atik game di gadget, mengapa tidak dilanjutkan sebagai kreator di masa depan?  Gawai keluaran terakhir sudah dalam genggaman, internet provider kencang IndiHome telah tersedia. Harga bulanannya cukup terjangkau.  Segeralah ciptakan kreasi dan sebarkan di dunia maya, agar orang-orang bisa melihat dan terhibur oleh talenta kita.


Referensi Gambar : Canva

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Konservasi Hutan untuk Ekonomi Hijau bersama APRIL Group

Gerakan ekonomi hijau atau Green Ekonomy mulai disosialisaikan oleh United Nation Environment Program (UNEP) pada tahun 2008. Konsep ini menitikberatkan pada kegiatan ekonomi untuk kemajuan negara, dengan memperoleh keuntungan bersama antara produsen dan konsumen, tanpa merusak lingkungan. Salah satu lingkungan yang dipantau adalah hutan. Sebagai salah satu pabrik pulp dan kertas terbesar di dunia,  pengalaman APRIL Group , melalui anak perusahaannya PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) di Pangkalan Kerinci, Riau, Indonesia, dapat menjadi referensi untuk pelestarian lingkungan. Perusahaan tetap konsisten mengelola pabrik, tanpa mengabaikan alam, bahkan  melalui program APRIL2030 , ikut meningkatkan  kesejahtearaan masyarakat  dan turut mengurangi emisi karbon . Yuk, kita simak aktivitas ekonomi hijau bersama perusahaan ini. Ekonomi Hijau untuk Menjaga Keanekaragaman Hayati  Sumber : Pixabay  Konservasi Hutan untuk Mencegah Deforestasi Setiap tahun, perusah...

Prioritaskan Kesehatan Mata Sebagai Investasi Seumur Hidup

Kaca mata identik dengan orang tua dan kakek nenek lansia. Penglihatan yang mulai mengabur karena faktor usia ataupun penyakit, membuat para warga senior banyak yang bermata empat. Namun, apa jadinya kalau anak-anak sudah menggunakan kaca mata? Berkaca mata sejak usia 12 tahun, saya paham bagaimana risihnya dulu pertama kali memakai benda bening berbingkai ini. Saat masuk ke kelas, ada beragam tatapan dari teman-teman, mulai dari yang bingung, merasa kasihan, sampai yang meledek.  "Ih, seperti Betet!" Begitu gurauan seorang anak diiringi senyum geli. Hah, Betet? Sejak kapan ada burung Betet yang memakai kaca mata.  Cerita beginian cuma ada di kisah dongeng. Terlalu berlebihan. Candaannya diabaikan saja Waktu itu,  bukan perkara mudah menjadi penderita rabun jauh atau miopia. Apalagi di sekolah saya tidak banyak anak yang memakai kaca mata. Kalau kita beda sendiri, jadi kelihatan aneh.  Padahal, siapa juga yang mau terkena rabun jauh? Walaupun risih, keluhan mat...

Ketika Konten Blog Menggeser Sistem Marketing Jadul

Dahulu kala ketika internet belum semasif sekarang, rumah sering didatangi Mbak-mbak atau Mas-mas  berpenampilan menarik. Dengan senyum menawan, mereka mengulurkan tangan menawarkan produk dari perusahaannya. "Maaf, mengganggu sebentar. Mari lihat dulu sampel produk kami dari perusahaan XYZ." Begitu mereka biasanya memperkenalkan diri. Mayoritas pemilik rumah langsung menggeleng sambil meneruskan aktivitasnya. Sebagian lagi acuh sembari mengalihkan perhatian. Ada juga yang masuk ke rumah dan menutup pintu. Respon para salesman tersebut pun beragam. Beberapa orang dengan sopan berlalu dari rumah, tapi ada pula yang gigih terus mendesak calon konsumen.  Walaupun upayanya nihil karena tetap dicuekin. Saat dulu masih kanak-kanak, saya pernah bertanya pada orang tua. Kenapa tidak membeli produk dari mereka? Kasihan sudah berjalan jauh, terpapar sengatan sinar matahari pula. Mereka pun sering diacuhkan orang, bahkan untuk salesgirl beresiko digodain pria iseng. Jawaban orang tua ...