"Hewan itu bagian dari alam. Hidup, mati, atau berkembang biak, ya, sudah nasibnya. Kita manusia enggak bisa mencampuri. Apa? Hewan disteril? Ah, cuma buang-buang uang!"
Pernah dengar ucapan seperti di atas?
Saya mempunyai dua ekor kucing betina yang sudah disteril sejak mereka berumur setahun. Sebelum steril, rumah pernah ramai dengan anak kucing. Aroma sekitar rumah pun agak terganggu. Belum lagi perawatannya yang tidak murah. Jika menoleh ke belakang, saya sepakat kalau tindakan steril cocok untuk kami.
Tindakan ini memang tidak hanya menguras kantong, tapi juga energi pemiliknya. Selama seminggu masa pemulihan setelah operasi, kesehatan anabul harus dipantau. Bekas sayatan pembedahan dipoles dengan salep anti luka demi mencegah infeksi. Untuk obat makan, mereka mengkonsumsi antibiotik setiap hari.
Masalahnya, kucing saya agak antipati dengan pengobatan. Anehnya, mereka tahu kapan jadwal obat diberikan. Biasanya kalau jadwal tiba, calon korban langsung sembunyi atau berpencar mencari tempat aman. Selama seminggu dalam proses pemulihan, ada adegan kejar-kejaran di rumah. Persis seperti film-film action Hollywood. Lumayan capek, tapi tak apa, yang penting mereka segera sembuh.
Berat di awal, hingga kemudian dampaknya kelihatan untuk seumur hidup. Rumah dan halamannya sekarang tidak lagi bertebaran kotoran anak-anak kucing. Komplain dari tetangga pun mulai berkurang. Pemiliknya juga lebih tenang.
Para indukan aman dari penyakit reproduksi. Dulu sebelum disteril, ada kucing betina saya yang menderita infeksi rahim (pyometra). Saya terlambat mengetahuinya. Dia sempat kesakitan cukup lama. Kematian yang menghentikan penderitaannya.
Jadi, steril baik kesehatan hewan, kesejahteraan pemiliknya, serta kebersihan lingkungan.
Steril Hewan, Letih Sebentar untuk Dampak Seumur Hidup
Memelihara hewan di rumah ibarat mata uang dengan dua sisi. Ada cerita indah tentang tingkah polah mereka yang menggemaskan dan menghibur. Suasana rumah lebih ramai saat mereka lincah bermain. Apalagi kalau sudah akrab, anabul telah dianggap seperti anggota keluarga sendiri.
Namun, memelihara hewan bukan hanya cerita indah tanpa pengorbanan. Pemilik membutuhkan biaya yang tidak sedikit, terutama untuk pakannya. Ini belum termasuk biaya penanganan jika mereka sakit dan memerlukan jasa dokter hewan.
Selain kesehatan, salah satu masalah klasik pada hewan adalah perkembangbiakan yang cepat. Contoh, kucing yang mampu beranak hampir setiap tahun. Hasilnya? Sekali beranak bisa lebih dari 3 ekor. Ribet, kan? Mau dipelihara semua, kayaknya enggak mungkin. Dikasih orang, apalagi sampai dibuang? Waduh, janganlah.
Ada solusi tepat untuk mengendalikan jumlah anabul. Steril (betina) dan kastrasi (jantan), atau dikebiri bisa menjadi pilihan agar jumlah hewan di rumah terkendali. Walaupun menelan biaya yang relatif besar, tindakan ini hanya dilakukan sekali seumur hidup. Berbeda dengan vaksin yang rutin diberikan setiap sekali setahun.
Pro Kontra Steril Hewan
Walaupun kelihatan menjanjikan, tidak sedikit animal lover yang menolak untuk steril hewan peliharaannya. Menurut mereka steril berarti melanggar hak hidup hewan. Bertemu lawan jenis dan berkembang biak merupakan kebutuhan mereka yang tidak boleh dicampuri manusia.
Secara garis besar, ada lagi beberapa alasan pihak-pihak yang kontra pada tindakan steril, yaitu.
¤ Melanggar etika
Orang yang pro steril dianggap seperti tuhan kecil yang mencoba mengatur alam. Hewan merupakan bagian alam dan berada di luar kendali manusia. Dengan steril, berarti manusia akan merusak keseimbangan alam.
Supaya lebih jelas, begini, ambil contoh kucing sebagai pemangsa tikus. Kalau semua kucing disteril, maka jumlah keturunan mereka akan berkurang. Perkembangbiakan tikus tidak terkendali dan mengotori lingkungan. Benarkah demikian? Belum tentu.
Pertama, segencar apapun upaya mensteril kucing tetap ada yang lolos dari radar. Nggak semua, kan, kucing liar bisa ditangkap. Apalagi yang sejak kecil sudah berkeliaran. Mereka lincah melompat ke atap rumah, masuk ke selokan, serta menempuh berbagai cara lain untuk lolos dari cengkeraman manusia.
Kedua, nggak semua kucing doyan tikus. Mayoritas kucing sekarang sudah canggih dan punya selera berkelas. Makanannya kalau enggak cat food, ya, sejenis ikan. Tikus lewat hanya dipandangi tanpa reaksi. Mungkin karena bukan levelnya lagi. Malah ada kucing yang takut sama tikus. Nah!
Mau kediaman bebas tikus? Ayo, bersihkan rumah dari tumpukan barang. Tikus senang dengan tempat kotor. Satu lagi, coba tutup tempat-tempat yang jadi jalur hilir mudik tikus. Diperlukan upaya dari pemilik rumah agar mereka putar haluan.
¤ Keputusan Beresiko
Steril hewan berarti keputusan permanen seumur hidup. Apabila sudah dilakukan, tidak mungkin dikembalikan seperti semula. Pemilik beresiko menyesal setelah steril hewan kesayangannya, apalagi kalau suatu hari nanti ingin memiliki anak dari anabul.
Kalau situasi dibalikkan, gimana? Pemilik menyesal, kok, nggak dari dulu disteril? Hewannya terus beranak dan keturunannya sudah menumpuk di rumah. Membuang, nggak tega. Memelihara, nggak sanggup. Jadi serba salah.
Kalau ingin memelihara lagi, kenapa nggak mengadopsi? Bukan cuma orang, hewanpun ada yang diadopsi. Mereka bisa diambil dari shelter (penampungan) hewan, dipungut dari jalanan, atau dihibahkan kenalan yang ogah memelihara hewan lagi. Dengan berbuat demikian, kita sudah menolong mereka yang tidak diinginkan.
Penampungan (shelter) hewan
¤ Dampak Kesehatan
Baik jantan atau betina, steril berarti pembedahan yang mengandung resiko. Ada kemungkinan terjadi infeksi, komplikasi, atau dampak kesehatan pada masa depan. Animal lover khawatir anabul akan menderita berkepanjangan akibat steril.
Sebenarnya, ada solusi dari kekhawatiran ini. Dokter bisa mengetahui kondisi hewan kesayangan melalui medical check-up. Yap, hewan pun bisa dipantau kesehatannya melalui check-up rutin. Pemilik tinggal menyiapkan biaya tambahan.
Supaya lebih tenang lagi, pilihlah dokter hewan yang reputasi dan pengalamannya sudah oke. Cari informasi dari sumber-sumber terpercaya. Anabul akan aman ditangani oleh profesional.
¤ Perubahan Karakter Hewan
Hewan yang sudah disteril umumnya berkarakter tenang dan kurang agresif. Mereka lebih sering tidur di rumah, jarang keluyuran, karena sudah tidak mencari lawan jenis lagi. Tubuhnya lebih gemuk disebabkan perubahan hormon.
Untuk sebagian pemilik hewan, karakter demikian jadi kurang menarik. Anabul kesayangan sudah malas bergerak dan pasif. Tidak ada lagi pemandangan hewan kejar-kejaran di sekitar rumah. Mungkin bagi mereka agak membosankan.
Apa nggak lebih baik begitu? Hewan yang sering keluyuran justru membahayakan jiwa mereka sendiri. Korban tabrakan, dipukul orang, atau terluka akibat diserang hewan lain, bisa dicegah jika mereka lebih sering di rumah. Resiko terluka mampu diminimalisir.
Situasi lingkungan pun lebih aman dan tenteram. Pernah melihat kucing yang berkelahi pas musim kawin? Suaranya mengalahkan dentuman musik hajatan dangdut. Ribut semalaman. Beda kalau sudah disteril. Rumah pun lebih tenang karena si kaki empat sudah selesai dengan hasratnya.
Alasan-alasan yang dikemukakan di atas sebenarnya cukup masuk akal. Hanya saja, kalau tetap bertahan dan menolak, sudah siapkah dengan resikonya? Mau dikemanakan anak-anak yang terus lahir? Kalau ada yang menampung, baguslah. Kalau tidak, apa nasib mereka akan berakhir di jalanan?
Daripada terus membahas kontranya, yuk, kita bandingkan dengan manfaat steril bagi hewan kesayangan.
Manfaat Steril untuk Hewan dan Pemiliknya
Banyak yang menolak steril hewan karena tindakan ini membutuhkan biaya yang cukup besar. Jika biaya masih memberatkan, coba cari informasi tentang dokter hewan yang bersedia memberikan subsidi.
Biasanya di setiap kota, ada dokter hewan yang berdedikasi pada upaya steril dengan biaya terjangkau. Soal kualitas, mereka nggak diragukan. Saya pernah mendengar dokter hewan dengan reputasi oke, tapi bersedia memberi subsidi steril dengan harga terjangkau. Para animal lover umumnya tahu informasi valid tentang dokter-dokter ini.
Nah, kalau memang memungkinkan, kenapa enggak diupayakan segera mensteril hewan kesayangan? Manfaat steril bukan hanya untuk anabul, tapi juga pemiliknya. Apa saja manfaatnya?
■ Menekan Populasi
Jumlah hewan terlantar yang berkeliaran di jalanan bisa ditekan melalui tindakan steril. Pernah nggak merasa risih, ketika sedang makan di suatu tempat, tiba-tiba melihat kucing-kucing liar menunggu di luar?
Bagi pengunjung yang bukan penyayang hewan, pemandangan tersebut agak mengganggu. Apalagi jika mereka mendekati meja tempat pengunjung bersantap. Kemudian, menunggu pula di bawah dengan sabar. Orang-orang tersebut mungkin merasa agak geli.
Sementara untuk yang iba, nggak mungkin kucing segitu banyak dibawa pulang. Biasanya ada pengunjung yang memberikan sisa makanan. Memberi makan sebenarnya tidak terlalu menolong. Kelak mereka akan beranak-pinak terus dan membawa hewan liar baru.
TNR (Trap, Neuter, and Release) atau tangkap, steril, dan lepaskan, merupakan upaya dari kelompok pencinta hewan untuk mengatasi ledakan populasi terlantar. Biasanya, hewan ini ditangkap di area publik. Setelah disteril di klinik dan lukanya sembuh, mereka akan dikembalikan ke tempat asal.
Kalau organisasi pencinta hewan peduli dan ikut mensteril anabul liar, bagaimana dengan kita yang memiliki peliharaan di rumah?
■ Mencegah Penyakit Reproduksi
Steril pada hewan betina akan mencegah mereka terkena kanker rahim dan kanker ovarium, terutama saat usia lanjut. Steril juga mencegah infeksi rahim. Persis dengan yang dialami kucing saya dulu.
Dengan steril, harapan hidup anabul lebih panjang karena terhindar dari penyakit mematikan. Nyawa memang rahasia Sang Pencipta. Meski demikian, manusia sebaiknya tetap berusaha, termasuk menjaga agar hewan kesayangan agar panjang umur.
■ Hewan Lebih Bersih dan Tidak Agresif
Kenapa hewan peliharaan tampak dekil? Biasanya karena kurang perawatan atau pemiliknya jarang memandikan. Namun, walaupun sering dimandikan, tapi kalau tetap keluyuran hasilnya sama saja. Debu jalanan, lumpur, dan beragam kotoran lain melekat di tubuh mereka.
Beda kalau sudah disteril. Mereka lebih betah di rumah dan tidak keluyuran pada musim kawin. Soal agresif, sebenarnya, hewan disterilpun masih bisa berkelahi kalau jumpa tandingan sejenis kelamin. Hanya saja, kalau lebih sering di dalam rumah, peluang bertemu dengan hewan lain lebih tipis.
■ Rumah Lebih Bersih dan Terawat
Mempunyai anak hewan memang menggemaskan. Posturnya mungil ibarat boneka hidup yang menggeliat jika digendong. Mereka mahluk-mahluk lucu yang membuat rumah lebih meriah.
Walau cuma sebentar.
Begitu mereka sudah agak besar, mahluk-mahluk mungil itu mulai bebas berkeliaran. Bukan hanya bermain, mereka juga sering buang air sembarangan. Kebayang aromanya? Iya kalau cuma di halaman. Gimana jika ada yang sempat masuk ke rumah?
Steril berarti bebas dari anak-anak kaki empat yang terus bertambah. Mencegah dengan steril merupakan cara yang tepat agar anabul dan pemiliknya tetap nyaman dan bersih di rumah. Kalau pemukiman bersih dari kotoran, maka penghuninya lebih sehat karena terhindar dari bakteri.
Walaupun menggemaskan, tapi kalau sudah kebanyakan, anabul rentan membuat pemiliknya puyeng. Mau dipelihara semua, gimana nanti mengurusnya? Belum lagi lirik kicauan tetangga seperti mengiris daun telinga. Jalan terbaik, ya, dicari lokasi baru untuk mereka.
Jika beruntung, ada orang yang bersedia menampung. Jika tidak, biasanya nasib mereka berakhir dalam kardus yang diletakkan di pinggir jalan atau pasar. Kasihan, sudah nyaman tinggal di rumah, sekarang harus berakhir sebagai hewan liar di jalanan.
Menyingkirkan hewan ke jalanan bukan solusi. Di sana mereka dicengkeram hukum rimba, serta berkembang biak secara tidak terkendali. Over populasi tinggal menunggu waktu. Belum lagi ancaman rabies yang menular dan bisa menyebabkan kematian pada manusia.
Steril Hewan untuk Lingkungan yang Lebih Bersih
Hewan dan tingkah lakunya memang menggemaskan. Tidak sedikit orang menjadikan mereka teman di rumah. Bahkan, saya pernah membaca artikel tentang hewan yang bisa menjadi terapi untuk orang berkebutuhan khusus.
Akan tetapi, jika jumlahnya terlalu banyak, mereka pun bisa meresahkan masyarakat. Berkelahi di jalanan, buang air sembarangan, memakan sampah yang berserakan, menjadi pemandangan menjengkelkan.
Steril merupakan pilihan untuk mengendalikan populasi mereka, termasuk yang dipelihara di rumah. Tindakan ini dilakukan bukan karena manusia ingin memusnahkan hewan-hewan tersebut. Pilihan ini dilakukan karena kepedulian agar mereka jangan sampai terlantar. Semakin terkendali populasi, semakin mudah mengurusnya.
Kalaupun ada yang kontra dengan steril hewan, hargai opini tersebut. Mungkin ada alasan tertentu hingga mereka tetap kukuh pada pendirian. Namun, bagi saya steril tetap merupakan solusi terbaik untuk kesejahteraan hewan dan pemiliknya.
Jika program steril hewan berkesinambungan, saya harap kelak tiada lagi mahluk berkaki empat terlantar di jalanan.
Referensi Foto :
Dok. Pribadi, Canva, Pixalab, Pexel
Komentar
Posting Komentar