Langsung ke konten utama

Manfaat Belajar pada Usia Tua

 


Belajar di usia tua? Apa berarti harus ke sekolah lagi, mengerjakan pe-er,  ikut ujian mendadak, serta kena tegur guru gara-gara nilai jelek? Waduh, kayaknya cukuplah waktu muda dulu. Hari tua lebih baik diisi dengan kegiatan yang lebih menyenangkan. 


Mungkin sebagian orang bakalan beropini demikian jika mendengar kata ‘belajar’. Wajarlah jika mengingat pengalaman lampau. Kalau menoleh kembali pada masa sekolah dulu, yang muncul dalam kenangan hanya kesulitan menghadapi pelajaran dan pe-er yang menumpuk. Ini yang mau dihindari. Kalau acara bermain -main sama teman -teman? Itu lain lagi ceritanya. 


Padahal, belajar pada usia tua sebenarnya bisa menjadi kegiatan yang  menyenangkan. Kegiatannya bukan harus di sekolah. Kursus pun bisa menjadi sarana pembelajaran. Kita boleh memilih materi yang mau dibahas, tanpa diatur oleh kurikulum. Tinggal dipilih sesuai dengan minat.


Di rumah pun bisa belajar, apalagi sekarang banyak kelas online. Asal tekun, hasilnya nggak kalah oke dari pelajaran offline. Materinya nggak harus serius-serius amat, seperti ilmu eksakta. Memasak, cara berkebun, hingga membuat kerajinan tangan bisa menjadi materi pembelajaran menarik untuk warga senior.


Apalagi keseruan belajar pada usia tua?  Belajar pada usia lanjut biasanya karena pilihan sendiri, bukan aturan dari pihak luar. Memang ada yang kembali ke sekolah karena tuntutan pekerjaan. Misalnya, untuk kenaikan jenjang karier. Tetapi, ini topik pembahasan lain.


Dulu ke sekolah merupakan kewajiban sesuai usia. Malu kalau usia sekian tahun belum sekolah, apalagi tak paham membaca dan menulis. Di sana kita mengerjakan tugas karena disuruh guru, demikian pula dengan pe-er yang harus diselesaikan di  rumah


Belum lagi pas kuliah. Nggak sedikit yang memilih jurusan karena ikut-ikutan teman, permintaan orang tua, atau kurang informasi tentang jurusan perkuliahan. Akibatnya, ada yang baru tahu salah jurusan ketika jadwal kuliah sudah berlangsung. Mau berganti, sudah tanggung dengan waktu dan biaya.



Nah, umumnya semakin bertambah usia, orang semakin mengenal jati dirinya. Keinginan ada, cuma sulit diwujudkan, apalagi ada pekerjaan dan keluarga yang harus ditanggung. Passion-nya harus  minggir dulu. Soalnya, ada yang lebih diprioritaskan.


Jika suatu hari ada kesempatan mewujudkan impian yang tertunda, meski nggak muda lagi dan harus memulai dari awal, maukah peluang ini diambil? Apalagi ada waktu senggang di sela-sela pekerjaan dan keluarga pun mendukung. Kesempatan belum tentu datang dua kali. Tunggu apa lagi? 


Ini Manfaat untuk Orang-orang yang Tetap Semangat Belajar tanpa Mengenal Usia

Belajar pada usia tua nggak seram-seram amat seperti zaman sekolah dulu. Situasinya sudah berbeda dengan saat muda. Anak-anak usia tertentu masih  perlu dibimbing oleh orang dewasa, makanya nggak heran kalau masa sekolah dikelilingi banyak peraturan. 


Sedangkan aktif belajar di  usia tua umumnya karena kemauan pribadi. Minat  yang belum tuntas dikerjakan pada masa muda, direalisasikan saat umur terus menanjak. Karena usia yang tak jauh berbeda, relasi guru dan muridnya sudah seperti pertemanan. Belum pernah  kan, ada cerita guru menghukum muridnya, seorang nenek berdiri di depan kelas dengan kaki sebelah diangkat, karena tak mengerjakan pe-er?  


Tidak ada yang sia-sia jika terus belajar hingga hari tua, bahkan sampai maut mengetuk pintu. Ilmu yang dipelajari, serta biaya dan waktu yang digunakan, tidak akan berakhir dengan hasil kosong melompong. Ibarat menabur benih, hasilnya kelihatan pada masa mendatang. 


Apa saja manfaatnya? Berikut ada beragam manfaat ketika terus aktif menuntut ilmu sepanjang usia. 


¤ Lebih sehat secara fisik dan mental

Kalau ada rencana yang mau dikerjakan atau dipelajari, biasanya orang lebih semangat bangun pagi. Mereka sudah mempunyai tujuan untuk ditangani dan diselesaikan hari itu. Istilahnya, hidup nggak gitu-gitu aja. Banyak hal baru yang bisa dieksplorasi lebih lanjut.



Belajar hal-hal baru bisa menjadi alasan untuk semangat beraktivitas setiap hari. Daripada bangun tidur dengan tujuan nggak jelas, lebih baik pilah-pilih pengetahuan baru sebagai keahlian tambahan. Waktu pun tidak melintas sia-sia tanpa kesan dan kenangan.


Orang-orang yang mempunyai kegiatan terarah, bukan hanya duduk menunggu nasib, biasanya punya kesehatan fisik dan mental yang lebih baik. Mereka mampu berpikiran lebih jernih dan bisa menemukan solusi dari beragam masalahnya. Belajar di usia tua memungkinkan orang melatih diri untuk senantiasa dinamis dan pro-aktif, bukan pasif dan hanya berharap pada keberuntungan.


¤ Meningkatkan kecerdasan

Siapa bilang orang tua nggak bisa menjadi pembelajar cerdas? Dengan banyak membaca, menulis, serta berdiskusi bersama temannya, orang tua bisa secerdas anak muda. Untuk meningkatkan kecerdasan salah satu upayanya adalah dengan melatih otak melalui belajar tanpa minder mengingat usia.


Belajar hal-hal baru bisa mencegah demensia, alzheimer, atau kepikunan. Penyakit ini identik dengan otak yang hanya melakukan rutinitas yang sama dan berkesinambungan setiap hari. Belajar hal baru merangsang otak untuk bekerja, bukan hanya tidur, serta membuatnya lebih sehat.


Prinsip ini sama dengan tubuh manusia. Orang yang doyan rebahan umumnya kurang sehat, serta mudah mengidap obesitas. Kalau sudah kelebihan bobot, lebih rentan risiko terkena penyakit tertentu. Demikian juga dengan otak. Jika organ tubuh ini dibiarkan 'rebahan' dengan aktivitas yang sama setiap hari, dia lebih mudah terserang kepikunan daripada yang aktif berkarya.


Jadi, jangan ragu atau malu memulai pelajaran baru di usia matang.


¤ Melatih Komunikasi dan Menambah Jejaring Sosial

Proses pembelajaran biasanya lebih seru jika diselenggarakan bersama teman-teman baru. Mereka bisa menjadi rekan berdiskusi saat materi pembahasan mulai membingungkan. Begitu juga dengan pembelajaran usia lanjut, perlu teman bertukar opini. 



Kalau sulit menemukan kelas offline, maka seminar dan kelas-kelas online bisa menjadi pilihan bagi warga senior untuk menambah ilmu. Yang penting ada sarana mumpuni sebagai tempat belajar, termasuk berteman secara online. Tetapi, selalu berhati-hati. Pilihlah sarana yang terpercaya, karena kelas online banyak juga yang abal-abal. Ini belajar dari pengalaman. Wkwkwk.


Dengan mengikuti beragam kegiatan tersebut, semakin terbuka peluang untuk memperluas jejaring sosial dan menambah pertemanan. Diskusi atau sekadar mengobrol dengan orang-orang dari berbagai karakter dan latar belakang, bisa menjadi pengalaman menarik untuk mereka. Kebosanan pun ogah singgah dan langsung pergi mencari objek penderita lain.


¤ Kesempatan Memulai Usaha atau Bisnis Baru

Tak ada kata terlambat untuk memulai kegiatan yang berfaedah, seperti bisnis dan usaha. Untuk orang tua yang baru kelar belajar, supaya hasil terbukti, langsung saja praktikkan ilmunya dengan membuka usaha. Jika baru saja ikut kursus memasak, kenapa tak mencoba membuka bisnis sarapan di depan rumah? 


Begitu juga ketika selesai belajar ilmu pertukangan. Maukah membuktikan keahliannya dengan membuat rak-rak sederhana?Kalau sudah mulai mahir, kenapa tak ditawarkan produknya pada kenalan? Siapa tahu ada yang tertarik. Bisa jadi cuan, kan?


¤ Meningkatkan kualitas hidup

Belajar tidak hanya menambah pengetahuan dan keahlian, tapi memberi identitas karakter baru. Orang yang memiliki kemampuan mumpuni, bisa membantu yang lain dengan pengetahuannya. Orang yang bermanfaat (bukan dimanfaatkan), biasanya lebih mandiri dan percaya diri.


Pernah nggak ketemu orang tua yang merasa lakonnya dalam hidup ini seperti telah berakhir? Mereka merasa sudah tua dan tak berguna lagi. Apalagi kalau ada yang kasih komentar setajam sembilu yang membuat percaya diri semakin menukik.


“Yang sudah tua minggir dulu, beri jalan untuk yang lebih muda.”


Jangankan kakek nenek, kita-kita yang belum tua-tua amat inipun sering dikomentari demikian. Terus, gimana? Tersinggung? Nggaklah. Itu cuma opini mereka secara pribadi. Diamkan saja. Kalau memang masih bersemangat untuk maju, usia bukan patokan untuk berkarya maksimal


¤ Membantu Keluarga atau Masyarakat

Punya usaha atau bisnis yang berhasil, bisa membantu meringankan beban keuangan keluarga. Jadi, orang tua nggak selamanya jadi tanggungan keluarga.



, apalagi melestarikan generasi sandwich seperti sekarang. Justru sebaliknya. Dari ilmunya, orang tua bisa membuka usaha sendiri membantu keuangan keluarga. Keren, kan?



Bukan hanya keluarga, masyarakatpun terbantu dengan orang tua yang produktif. Bisnis atau usaha yang mereka rintis, jika berhasil, akan membuka lapangan kerja baru. Warga senior ini sudah ikut mengurangi angka pengangguran di negara kita. Alih-alih dibantu, mereka malah mengulurkan tangan menolong yang usianya lebih muda.


Banyak juga, ya, manfaat belajar saat berumur lanjut. Usia tua bukan berarti hanya duduk dan berdiam diri  diselingi kebosanan. Pada usia ini, orang tetap bisa kreatif, produktif dan inovatif. Kuncinya, selalu menjaga kesehatan, semangat, juga kemauan untuk terus belajar menambah ilmu dan keahlian.


Ketika Usia Cuma Sekadar Deretan Angka

Sebenarnya, berapa standar usia tua?


Pertanyaan begini menjawabnya agak susah-susah gampang. Nggak bisa sembarangan disimpulkan. Sebelum menjawab, perlu ditelusuri dari berbagai sudut pandang.


Ingat dulu saat mencapai usia 17 tahun? Perasaannya senang sekali. Umur segitu berarti sudah dianggap dewasa, boleh punya KTP, dan bisa masuk bioskop. Tapi, coba tanya dengan orang usia 30-an. Apa usia 17 sudah dewasa?


"Umur 17? Masih anak-anak, tuh. Tau apa umur segitu? Ngertinya cuma main-main,” kata orang muda usia 30-an.


Remaja usia 17-an pun menjawab. "Kami memang masih muda. Om yang sudah tua. Beda-beda tipislah dari umur Papa."


Memang benar usia 30-an sudah tua? Sekarang giliran umur 50-an yang menjawab.


"Usia 30-an belum apa-apa, masih terhitung muda, lho. Kesempatannya mengembangkan karier lebih luas, nggak seperti aku yang sudah ketuaan."


Sekarang kita dengar pendapat kakek usia 80-an tentang umur 50 tahun.


"Usia 50-an masih muda dan banyak peluang yang bisa dia kerjakan. Beda dengan aku yang tinggal menunggu kapan malaikat maut datang. Kalau waktunya tiba, dia pasti segera duduk di samping tempat tidurku."


Nah, masing-masing punya sudut pandang berbeda tentang usia tua. Nggak ada standar pasti. Semua tergantung syarat dan ketentuan yang berlaku bagi pengamatnya. 


Jadi, kapanpun ada orang yang mengatakan kalau kita terlalu tua untuk belajar hal-hal baru, abaikan saja pendapat mereka. Selama masih mampu, mau berusaha, dan nggak meresahkan khalayak ramai, kerjakan saja kegiatan yang menjadi impian. Termasuk belajar di usia tua.


Menjadi pintar, produktif, kreatif, dan inovatif, bukan hanya didominasi oleh kalangan muda. Orang yang sudah tua atau menjelang tua, boleh ikut berkarya tanpa terintimidasi oleh jumlah lilin di atas kue tart.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Konservasi Hutan untuk Ekonomi Hijau bersama APRIL Group

Gerakan ekonomi hijau atau Green Ekonomy mulai disosialisaikan oleh United Nation Environment Program (UNEP) pada tahun 2008. Konsep ini menitikberatkan pada kegiatan ekonomi untuk kemajuan negara, dengan memperoleh keuntungan bersama antara produsen dan konsumen, tanpa merusak lingkungan. Salah satu lingkungan yang dipantau adalah hutan. Sebagai salah satu pabrik pulp dan kertas terbesar di dunia,  pengalaman APRIL Group , melalui anak perusahaannya PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) di Pangkalan Kerinci, Riau, Indonesia, dapat menjadi referensi untuk pelestarian lingkungan. Perusahaan tetap konsisten mengelola pabrik, tanpa mengabaikan alam, bahkan  melalui program APRIL2030 , ikut meningkatkan  kesejahtearaan masyarakat  dan turut mengurangi emisi karbon . Yuk, kita simak aktivitas ekonomi hijau bersama perusahaan ini. Ekonomi Hijau untuk Menjaga Keanekaragaman Hayati  Sumber : Pixabay  Konservasi Hutan untuk Mencegah Deforestasi Setiap tahun, perusah...

Prioritaskan Kesehatan Mata Sebagai Investasi Seumur Hidup

Kaca mata identik dengan orang tua dan kakek nenek lansia. Penglihatan yang mulai mengabur karena faktor usia ataupun penyakit, membuat para warga senior banyak yang bermata empat. Namun, apa jadinya kalau anak-anak sudah menggunakan kaca mata? Berkaca mata sejak usia 12 tahun, saya paham bagaimana risihnya dulu pertama kali memakai benda bening berbingkai ini. Saat masuk ke kelas, ada beragam tatapan dari teman-teman, mulai dari yang bingung, merasa kasihan, sampai yang meledek.  "Ih, seperti Betet!" Begitu gurauan seorang anak diiringi senyum geli. Hah, Betet? Sejak kapan ada burung Betet yang memakai kaca mata.  Cerita beginian cuma ada di kisah dongeng. Terlalu berlebihan. Candaannya diabaikan saja Waktu itu,  bukan perkara mudah menjadi penderita rabun jauh atau miopia. Apalagi di sekolah saya tidak banyak anak yang memakai kaca mata. Kalau kita beda sendiri, jadi kelihatan aneh.  Padahal, siapa juga yang mau terkena rabun jauh? Walaupun risih, keluhan mat...

Ketika Konten Blog Menggeser Sistem Marketing Jadul

Dahulu kala ketika internet belum semasif sekarang, rumah sering didatangi Mbak-mbak atau Mas-mas  berpenampilan menarik. Dengan senyum menawan, mereka mengulurkan tangan menawarkan produk dari perusahaannya. "Maaf, mengganggu sebentar. Mari lihat dulu sampel produk kami dari perusahaan XYZ." Begitu mereka biasanya memperkenalkan diri. Mayoritas pemilik rumah langsung menggeleng sambil meneruskan aktivitasnya. Sebagian lagi acuh sembari mengalihkan perhatian. Ada juga yang masuk ke rumah dan menutup pintu. Respon para salesman tersebut pun beragam. Beberapa orang dengan sopan berlalu dari rumah, tapi ada pula yang gigih terus mendesak calon konsumen.  Walaupun upayanya nihil karena tetap dicuekin. Saat dulu masih kanak-kanak, saya pernah bertanya pada orang tua. Kenapa tidak membeli produk dari mereka? Kasihan sudah berjalan jauh, terpapar sengatan sinar matahari pula. Mereka pun sering diacuhkan orang, bahkan untuk salesgirl beresiko digodain pria iseng. Jawaban orang tua ...