Singgah pada daerah tertentu rasanya kurang lengkap kalau belum mencicipi kuliner khas setempat. Ada beragam hidangan yang mungkin tidak kita temukan di daerah asal. Soal rasa atau selera memang relatif, tapi tak ada salahnya dicoba dahulu.
Kalau ke Sumatera Utara, jangan lupa mencicipi kue khas Batak Toba, seperti ombus-ombus, lapet, hingga pohul-pohul. Kenapa saya sarankan mencobanya? Karena saya suka rasanya dan penjual makanan ini seminggu sekali pasti lewat depan rumah. Iyalah, kita sebaiknya menyarankan makanan yang sering kita temukan. Kalau bukan penduduk setempat, siapa lagi?
Sebelumnya saya juga pernah menulis tentang cemilan makanan khas Sumatera Utara lain, yaitu cimpa dan kue jagung di sini. Kalau jenis ini merupakan makanan khas dari Batak Karo, sub suku yang lain. Suku Batak itu ada beragam ya, bukan hanya satu. Uniknya, karena berasal dari daerah yang sama, maka bentuk dan rasa beragam cemilan di atasnya agak beti-beti, beda tipis.
Tanpa perlu berpanjangan, yuk simak ulasan cemilan khas dari Batak Toba ini.
Kue Pohul-pohul
Pohul-pohul berarti dikepal. Yap, kue ini dibentuk dengan menekan keras adonan kue, seperti mengepal tinju. Mungkin maknanya, supaya wanita-wanita Batak yang sering menghidangkan pohul-pohul pada keluarganya, menjadi kuat dan tangguh menghadapi tantangan hidup. Hmm ....
Adonan pohul-pohul terdiri dari tepung beras putih, serta dibubuhi vanili atau pandan agar aromanya lebih menggugah selera, garam, dan kelapa 1/2 butir. Bahan-bahan di atas mudah diperoleh di pasar-pasar tradisional. Pokoknya, membuat kue begini enggak dibubuhi bumbu ribet.
Semua bahan tersebut dicampur dan diaduk rata, kemudian dikepal. Sekuat tenaga kepal adonannya hingga padat, agar tidak pecah saat dikukus. Setelah matang, baru dihidangkan. Lebih enak disantap saat masih hangat. Dijamin bakalan nagih.
Pohul-pohul terdiri dari dua jenis, pertama dikukus hingga matang dan yang kedua dihidangkan mentah. Dulu waktu pembukaan rumah baru seorang teman, mereka menyajikan pohul-pohul matang dan mentah. Bedanya? Jika yang matang tampilannya kecoklatan, maka yang mentah berwarna putih.
Soal rasa? Waduh, saya agak segan mau mencoba yang mentah. Saya ambil yang matang, kalau yang mentah cukup dipandangi saja. Dihidangkan, tidak berarti harus disantap, kan. Setiap daerah itu unik dan memiliki ciri khas masing-masing, termasuk soal makanan.
Ombus-ombus
Boleh jadi ini kue tradisional paling populer di tanah Batak. Hampir semua orang di Sumatera Utara pernah mencicipi ombus-ombus. Pasar tradisional, warung kopi, hingga pedagang keliling menjual kue berbentuk seperti kerucut ini.
Ombus-ombus terdiri dari dua macam, yaitu campuran gula putih dan merah. Pemilihan jenis gulanya tergantung selera pembuat, walaupun kebanyakan orang lebih suka memakai gula merah. Soal rasa kalau untuk saya, dua-dua sama enak. Asalkan terhidang di depan mata, langsung santap.
Bahan-bahannya pun sederhana dan mudah diperoleh, seperti tepung putih, kelapa, gula merah atau gula putih sesuai keinginan, vanila, pandan, garam, kelapa parut, serta daun pisang sebagai pembungkus.
Untuk ombus-ombus gula merah, ada dua versi kue pembuatannya. Yang pertama, gula dan kelapa diaduk rata dengan semua bahan. Versi kedua, yaitu tepung dan kelapa dicampur, kemudian dibuat seperti inti (campuran gula serta kelapa) di tengah adonan. Mana yang lebih enak, semua tergantung selera.
Adonan tersebut dimasukkan dalam daun pisang yang dibentuk seperti kerucut, kemudian dikukus hingga matang. Hidangkan selagi hangat.
Lapet
Di daerah lain kue ini dikenal sebagai kue Bugis. Bentuk dan bahannya memang mirip. Dengan tampilan segitiga berdimensi, bahan kue ini terdiri dari tepung beras ketan, sedikit tepung beras putih, garam, santan, vanili atau pandan, serta kelapa dan gula merah sebagai inti.
Semua adonan dicampur dan diaduk hingga rata. Kemudian dibentuk pipih dan dimasukkan inti ke tengahnya. Bungkus dengan daun pisang berbentuk segitiga berdimensi, yang sebelumnya sudah dipoles minyak goreng. Kemudian kukus hingga matang. Sajikan.
Ketiga jenis kue di atas sering disajikan jika ada acara, seperti pernikahan, masuk rumah baru, hingga syukuran. Setiap tamu yang datang disuguhi cemilan tersebut dibarengi kopi atau teh.
Namun, enggak perlu menunggu atau mencari pesta untuk mendapatkan kue-kue tradisional di atas. Banyak pedagang kue di berbagai lokasi, mulai dari kota besar hingga pelosok daerah Sumatera Utara, menjual kue-kue ini.
Kalau menurut saya, kue ini melambangkan keakraban keluarga dan kerabat dalam adat-istiadat. Teksturnya yang padat dengan rasa manis mencerminkan kekompakan dan tutur kata penuh kasih untuk orang-orang di sekitar kita.
Nah, begitulah sekelumit cemilan khas tanah Batak Toba. Makanan ini bukan sekadar cemilan, lho, tapi bisa juga untuk sarapan. Campuran gula dan tepung beras cukup mengenyangkan dan memberikan asupan tenaga pagi hari.
Kalau untuk makan siang? Boleh-boleh saja asalkan selera. Kalau ingin praktis, makanan yang beginian memang cocok. Enggak perlu repot lagi meracik bumbu dapur, hingga cuci piring setelah selesai memasak. Penganannya sudah langsung tersaji. Kalau sendirian, mungkin boleh jadi pilihan. Tetapi, kalau ramai-ramai sebaiknya tanyakan dulu sama yang lain. Kapasitas perut seseorang, kan, berbeda-beda.
Jangan lupa mencicipi cemilan di atas jika berkunjung ke Sumatera Utara. Dijamin nagih karena rasanya yang ramah di lidah, yaitu kue berciri khas Indonesia.
Komentar
Posting Komentar