Langsung ke konten utama

Yuk, Berkeliling Kota bersama Becak Siantar



Setiap kota umumnya memiliki ciri khas yang membedakannya dengan tempat lain. Ciri khas atau keunikan itu bisa berupa kuliner, busana, budaya, hingga bahasa. Khusus untuk kota Pem. Siantar, ada ciri khas yang membedakannya dengan kota lain. 


Becak, di kota Pem. Siantar, bukan hanya berfungsi sebagai alat transportasi, tapi menjadi keunikan yang membedakannya dari tempat lain. Kota yang terletak sekitar 3 jam dari Medan ini, miliki becak motor (betor) yang langsung menarik pandangan mata. 



Apa yang membedakannya?



Jika di tempat lain becak menggunakan motor biasa, maka betor Siantar menggunakan motor Birmingham Smalk Arms (BSA) yang dibawa tentara Belanda pada Perang Dunia. Ketika Belanda pergi setelah perang usai, motornya dimodifikasi menjadi betor.



Orang Siantar memang kreatif. Motor zaman perang pun bisa dialihfungsikan menjadi becak. Saking kreatifnya, bukan hanya motornya yang diutak-atik. Istilah BSA pun diplesetkan menjadi Becak Asli Siantar.




Becak Siantar menunggu penumpang



Umumnya, pemilik becak tidak membiarkan tampilan becaknya kosong melompong. Mereka melukis dan menghias bodi kendaraan dengan cat warna-warni yang mencuri perhatian. Kalau zaman saya kecil, becak pun dihias dengan bendera aneka rupa, hingga semakin meriahlah kendaraan ini mengaspal. 



Sejarah Becak Siantar

Sejarah becak Siantar dimulai pada tahun 1937 saat BSA, yaitu perusahaan sekaligus pemasok senjata api untuk Inggris tahun 1861, menyediakan 126.000 unit sepeda motor dengan tipe M20 berkapasitas 350 - 500 CC.



Pada Perang Dunia ke-2, perusahaan ini ikut memproduksi senapan, peluru, dan sepeda motor tahan banting untuk kebutuhan perang. Salah satu produknya adalah motor BSA yang sanggup menjelajah medan yang rumit dan cocok untuk kendaraan perang.



Bukan hanya tampilan motornya yang menarik, bodi betor ini pun unik. Jika becak Medan bagian depannya terbuka, meski sekarang telah ditutup terpal, maka becak Siantar bagian depannya ditutup dengan kerangka besi. Koper pun sanggup ditopang oleh keranjang ini. Bodi becak memang tangguh karena dikelilingi besi-besi kokoh.




Bagian belakang becak Siantar



Becak Siantar pernah menjadi alat transportasi primadona sejak tahun 1970 hingga 1990-an. Namun, unik becak terus menurun dari tahun ke tahun. Sekitar tahun 1990-an banyak terjadi jual beli becak dengan kolektor BSA. Ini boleh jadi karena harganya menggoyahkan para pemilik becak. Hngga tahun 2000 , diperkirakan hanya sekitar 600 becak yang tersisa.



Kalau sekarang? Menurut kabar, hanya tersisa 200 unit lagi di jalanan. Becak Siantar yang menjadi alat transportasi incaran kolektor hingga persaingan dengan kendaraan online, menyebabkan angkanya semakin menurun.



Bukan hanya jumlah, becak dengan gandengan BSA asli versi jadul di Siantar ikut semakin berkurang. Situasi ini dipengaruhi dengan pabrik di Inggris yang berhenti berproduksi.



Perusahaan tersebut goncang karena kemunculan kompetitor baru asal Jepang, yaitu Honda yang lebih irit bahan bakar. Seiring tutupnya perusahaan BSA, maka suku cadangnya tidak dijual lagi di pasaran. 



Sayang, kan, kalau kendaraan unik ini bakalan punah. Namun, tetap ada sisi positif yang bisa diambil dari keadaan ini. Semakin terancam kelangkaan, justru menyebabkan becak Siantar menjadi unik, menarik, dan ditawar dengan harga melangit. Cocok untuk incaran kolektor.



Tetapi, kemudian muncul solusinya. BSA yang sempat bangkrut, kini mampu bangkit kembali. Becak model jadul pun digantikan dengan BSA Gold Star 650. Model terbaru ini memiliki satu silinder berkapasitas 650cc dengan kapasitas mesin yang lebih mumpuni. 


Wah, berarti ada harapan lagi becak Siantar kembali populer seperti dulu?




Becak Siantar sedang parkir



Tetapi, tunggu dulu. Kenyataan di lapangan berbicara berbeda. Mayoritas becak Siantar tidak menggunakan BSA terbaru, tapi motor biasa keluaran zaman now. Mungkin banyak pertimbangan dalam memilih motor gandengan, salah satunya harga terjangkau.



Bayangkan saja berapa biaya yang harus digelontorkan jika membeli motor import? Sementara, keadaan becak pun semakin terhimpit dengan persaingan antar alat transportasi. So, berpikir realistis is the best. 



Meskipun telah dimodifikasi dengan motor terbaru, jumlah becak motor Siantar terus merosot. Tahun 1980 - 1990an, saat becak menjadi primadona, jumlahnya kurang lebih 2000 unit.



Selain menjadi incaran kolektor, ada faktor lain yang menyebabkan kendaraan ini terus menyusut jumlahnya, salah satunya transportasi online. Tahu sendiri, kan, tarif online? 



Jumlah becak Siantar boleh terus menyusut, tapi sebaiknya tetaplah memelihara nilai historisnya. Untuk melestarikan becak Siantar,  maka didirikan Tugu Becak di Jln.  Merdeka. Tugu ini diresmikan pada tanggal 15 Oktober 2016 oleh Gubernur Sumut pada masa itu, Erry Nuradi. 




Tugu becak BSA



Becak Siantar, Dulu dan Sekarang

Karena waktu kecil pernah lama di sini,  becak ini berjasa membawa saya dan keluarga menumpang keliling kota. Waktu itu, sekitar tahun 1980 - 1990 an,  belum ada angkutan online. Kalau mau keluar naik kendaraan umum, warga cuma mengandalkan bis dan becak. 



Dulu saya sering menemani Ibu, yang sekarang sudah mendiang, berbelanja ke pajak (pasar) Perluasan atau pajak Horas. Kedua tempat ini merupakan pusat pasar tradisional terlengkap. Biasanya bersama Ibu, kami pergi menumpang angkot. Baru pulangnya, karena membawa banyak belanjaan, kami memanggil becak. 



Kendaraan kokoh yang bodinya seperti kotak ini, mampu membawa belanjaan yang lumayan banyak. Apalagi kalau habis gajian. Hehehe. Sebagian belanjaan ditaruh di depan bersama penumpang, sebagian lagi di keranjang belakang. Semua bawaan kami pun aman diangkut sampai ke rumah. 



Gimana suasana di atas becak? Lumayan ramai. Mesin becak menggema garang. Grung ... Grung ....  Seru, kan?  Bukan suaranya saja yang kencang, larinya pun melesat menembus lalu lintas kota. Penumpang bergoyang-goyang di dalam.



Saat itu ongkosnya masih sekitar Rp 1.000 - Rp 4.000, tergantung jarak. Waktu itu cukup mahal mengingat tarif angkot sekitar Rp 500. Walaupun lebih mahal dibandingkan angkot, tapi alat transportasi ini menjadi primadona dan ciri khas kota Pem. Siantar.




Becak Siantar di antara angkot



Mahal sesekali tidak apa-apa, yang penting punya pengalaman menumpang becak unik yang belum tentu ada di tempat lain. Terkadang pengalaman itu sulit ditebus dengan uang.



Setiap ada teman atau keluarga dari luar kota yang datang, biasanya selalu mengajak naik kendaraan ini. Barang kali mereka penasaran Gimana enggak? Kendaraan ini cuma ada di Siantar, tidak ada lagi dibelahan dunia manapun. Mumpung sedang berada di Siantar, gunakanlah kesempatan.



Sekarang becak Siantar masih eksis di tengah gempuran transportasi online. Harga boleh bersaing, tapi menumpang becak Siantar bukan hanya masalah tarif. Ada nilai historis yang belum tentu diperoleh dari jenis angkutan lain. Kendaraan sisa perang dunia ke-2, lho.



Jadi, kalau suatu saat berkunjung ke Siantar, jangan lupa menumpang becak sisa zaman perang ini. Selain menambah penghasilan pemiliknya, penumpang bakalan mendapat pengalaman baru. Apalagi kalau dimuat di medsos. Mudah-mudahan ada banyak like dan bisa membawa kenalan yang penasaran ikut berkunjung ke Siantar.




Referensi : 

  • Foto koleksi pribadi
  • Becak Legendaris Siantar, Jejak Perang yang Jadi Ikon. https://karosatuklik.com/beca-legendaris-bsa-siantar-jejak-perang-yang-jadi-ikon/
  • https://www.goodnewsfromindonesia.id/2023/11/10/becak-siantar-transportasi-bersejarah-sejak-perang-dunia
  • Versi Becak Baru Siantar Mengaspal. https://karosatuklik.com/versi-baru-becak-siantar-mengaspal/


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Konservasi Hutan untuk Ekonomi Hijau bersama APRIL Group

Gerakan ekonomi hijau atau Green Ekonomy mulai disosialisaikan oleh United Nation Environment Program (UNEP) pada tahun 2008. Konsep ini menitikberatkan pada kegiatan ekonomi untuk kemajuan negara, dengan memperoleh keuntungan bersama antara produsen dan konsumen, tanpa merusak lingkungan. Salah satu lingkungan yang dipantau adalah hutan. Sebagai salah satu pabrik pulp dan kertas terbesar di dunia,  pengalaman APRIL Group , melalui anak perusahaannya PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) di Pangkalan Kerinci, Riau, Indonesia, dapat menjadi referensi untuk pelestarian lingkungan. Perusahaan tetap konsisten mengelola pabrik, tanpa mengabaikan alam, bahkan  melalui program APRIL2030 , ikut meningkatkan  kesejahtearaan masyarakat  dan turut mengurangi emisi karbon . Yuk, kita simak aktivitas ekonomi hijau bersama perusahaan ini. Ekonomi Hijau untuk Menjaga Keanekaragaman Hayati  Sumber : Pixabay  Konservasi Hutan untuk Mencegah Deforestasi Setiap tahun, perusah...

Prioritaskan Kesehatan Mata Sebagai Investasi Seumur Hidup

Kaca mata identik dengan orang tua dan kakek nenek lansia. Penglihatan yang mulai mengabur karena faktor usia ataupun penyakit, membuat para warga senior banyak yang bermata empat. Namun, apa jadinya kalau anak-anak sudah menggunakan kaca mata? Berkaca mata sejak usia 12 tahun, saya paham bagaimana risihnya dulu pertama kali memakai benda bening berbingkai ini. Saat masuk ke kelas, ada beragam tatapan dari teman-teman, mulai dari yang bingung, merasa kasihan, sampai yang meledek.  "Ih, seperti Betet!" Begitu gurauan seorang anak diiringi senyum geli. Hah, Betet? Sejak kapan ada burung Betet yang memakai kaca mata.  Cerita beginian cuma ada di kisah dongeng. Terlalu berlebihan. Candaannya diabaikan saja Waktu itu,  bukan perkara mudah menjadi penderita rabun jauh atau miopia. Apalagi di sekolah saya tidak banyak anak yang memakai kaca mata. Kalau kita beda sendiri, jadi kelihatan aneh.  Padahal, siapa juga yang mau terkena rabun jauh? Walaupun risih, keluhan mat...

Ketika Konten Blog Menggeser Sistem Marketing Jadul

Dahulu kala ketika internet belum semasif sekarang, rumah sering didatangi Mbak-mbak atau Mas-mas  berpenampilan menarik. Dengan senyum menawan, mereka mengulurkan tangan menawarkan produk dari perusahaannya. "Maaf, mengganggu sebentar. Mari lihat dulu sampel produk kami dari perusahaan XYZ." Begitu mereka biasanya memperkenalkan diri. Mayoritas pemilik rumah langsung menggeleng sambil meneruskan aktivitasnya. Sebagian lagi acuh sembari mengalihkan perhatian. Ada juga yang masuk ke rumah dan menutup pintu. Respon para salesman tersebut pun beragam. Beberapa orang dengan sopan berlalu dari rumah, tapi ada pula yang gigih terus mendesak calon konsumen.  Walaupun upayanya nihil karena tetap dicuekin. Saat dulu masih kanak-kanak, saya pernah bertanya pada orang tua. Kenapa tidak membeli produk dari mereka? Kasihan sudah berjalan jauh, terpapar sengatan sinar matahari pula. Mereka pun sering diacuhkan orang, bahkan untuk salesgirl beresiko digodain pria iseng. Jawaban orang tua ...