Langsung ke konten utama

Sekelumit Cerita dari Pendek Asisten Rumah Tangga

 



Sekarang perlu kesabaran untuk menemukan asisten rumah tangga (ART) yang telaten, rajin, serta dapat dipercaya. Asisten yang tepat berarti mampu bekerja dengan majikannya dalam jangka waktu lama. Jika memiliki yang asisten jujur serta betah bekerja lama, berarti pemilik rumah beruntung. Urusan domestik sudah aman di tangan orang yang tepat.


Dulu ketika kami perlu asisten untuk mengurus rumah, saya agak khawatir menunggu orang yang bakalan datang. Kira-kira, ada nggak yang bisa diandalkan, mengingat banyak berita negatif tentang perseteruan antara majikan dan asistennya. Apalagi melihat pengalaman tetangga yang kurang awet dengan asisten mereka, bertambah khawatirlah saya.


Awalnya, keraguan saya mulai terbukti. Ini mungkin efek pikiran negatif, jadi sebaiknya hati-hati menjaga pikiran sendiri. Asisten pertama yang datang benar-benar menguras emosi. Ada saja kesalahan yang dilakukannya sejak awal bekerja di rumah. Diberitahukan baik-baik, tapi besoknya diulangi lagi. Akhirnya, dia pun cuma seminggu bekerja di rumah. 


Namun, kekhawatiran saya ternyata tidak beralasan.


Calon asisten kedua datang ke rumah beberapa hari kemudian. Kami mengenalnya dari seorang teman. Dari pertemuan awal, penampilan biasa saja tiada yang istimewa. Wanita ini berpostur mungil dengan kulit sawo matang. Yang membuat saya agak geli, dia memakai rok pensil selutut dengan kemeja lengan panjang. Penampilannya persis seperti orang yang mau melamar kerja kantoran. 




Saya sebutlah namanya Klara. Usianya sekitar 30-an. Dia berasal dari sebuah kota kecil di perbatasan Sumut dan Aceh. Dia merantau ke Medan dan bekerja untuk menyekolahkan dua orang anak yang masih usia pra sekolah. Suaminya? Berpisah, tapi tidak cerai. Pendidikan Klara tidak tamat SD, tapi jangan sepelekan pengalamannya. Hidup prihatin sejak kecil mengajarkannya untuk berjuang dalam situasi sepahit apa pun.


Kisahnya dimulai ketika dia masih SD. Klara diajak pamannya yang kaya raya untuk ikut ke Jakarta. Di sana, Klara dijanjikan akan di sekolahkan demi masa depan yang lebih baik. Adakah yang menolak tawaran demikian, apalagi yang menjanjikan keluarga dekat? Kayaknya jarang, ya. Jakarta yang berkilauan memang memukau untuk mewujudkan impian.


Tetapi, kisah hidup Klara selanjutnya tak ubah kisah fiksi yang sering kita kita tonton di televisi. Janji tinggal janji, tiada satu pun yang kau ditepati, begitu kata lirik lagu. Di Jakarta, dia memang hidup layak dengan sandang, pangan, hingga uang saku yang lebih dari cukup. Namun, janji untuk memperoleh pendidikan berkualitas tidak pernah terwujud.


Di rumah pamannya, Klara cuma dijadikan pengasuh untuk sepupunya yang masih kecil dan sakit-sakitan. Begitulah pekerjaannya setiap hari sampai sepupunya dewasa. Klara bekerja sebagai pengasuh yang harus mengikuti kemana pun keluarga pamannya bepergian. Kalau situasi begini, apa sempat lagi sekolah?


Umur terus bertambah. Impian untuk memperoleh pendidikan layak, pupus sudah. Dalam benaknya, Klara khawatir. Bagaimana masa depan tanpa pendidikan? Dia tidak tamat SD serta minim keterampilan. Pengalaman tidak ada karena sepanjang hari hanya berkutat pada pekerjaan rumah. Berulang kali dia mengajukan permintaan untuk sekolah atau kursus keterampilan, tapi ditolak keluarga pamannya.




“Memangnya uang yang kami kasih untukmu kurang?” Begitu selalu ujaran yang terlontar dari mereka.


Mendengar itu, Klara hanya bisa menyesal. Jawaban dari keluarga Paman ada benarnya. Uang yang diberikan memang cukup untuk biaya hidup di Jakarta? Hanya saja, semua uang tersebut dia gunakan secara konsumtif dengan membeli baju, aksesoris, hingga perawatan ke salon. Akibatnya, Klara hampir tidak mempunyai tabungan.


Letih dengan hidup yang seperti jalan di tempat, dia memutuskan untuk kembali ke rumah orang tua di kota kecil perbatasan. Jika ditanya mau kerja apa di sana, itu urusan nanti. Yang penting pulang dulu dan berusaha memperbaiki nasib. Mungkin kedengarannya agak aneh, ya. Orang berlomba mencari rezeki ke Jakarta, Klara justru memilih pulang ke kampungnya.


Namun, pertimbangannya sudah matang. Klara tidak mau lagi menghabiskan usia tanpa tujuan. Dia ingin membangun masa depan dengan kehidupan yang lebih layak. Maka hanya dengan berbekal tiket pulang dan sedikit uang di saku, Klara meninggalkan ibukota. Saat itu usianya sekitar 20-an.


Babak Baru dalam Hidup Klara 

Di kampung, dia bekerja di ladang untuk membantu keluarganya. Walaupun agak terkaget-kaget dengan kehidupan ala kota kecil, tapi dia tetap melakoninya dengan bersyukur. Toh, sekarang dia sudah bisa menentukan pilihan sendiri, tanpa harus ikut kemauan orang lain. Hingga suatu hari, dia bertemu dengan pria yang kemudian menjadi suaminya.




Tetapi, menikah di usia muda, tidak membuat nasibnya berubah. Meski sempat menikmati indahnya awal pernikahan, dia kemudian berpisah dengan suaminya. Klara pun harus mengurus dua orang anak yang masih berusia balita. Singkat cerita, pekerjaan di ladang, tidak mencukupi lagi. Anak-anaknya segera masuk sekolah. Klara pun merantau ke Medan untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih menjanjikan. Kedua bocah ditinggalkan bersama neneknya di kampung.


Di Medan, dia tinggal bersama salah seorang kerabatnya. Untunglah kerabatnya yang sekarang benar-benar baik. Klara sudah dianggap seperti anak sendiri. Dia boleh tinggal di rumah mereka, serta membantu membersihkan setiap hari. Jika pekerjaannya di rumah sudah selesai, Klara berjualan bensin ukuran botol air mineral di pinggiran jalan. Meski demikian, dia tetap mencari sumber penghasilan lain yang lebih layak.


Seorang teman dari kakak saya yang mempertemukan kami dengan Klara. Dia pun datang ke rumah dengan setelan kantor seperti yang saya ceritakan di awal tulisan. Karakternya tampak kalem. Orangnya kelihatan tidak banyak omong, walau kemudian saya terbukti salah. Orangnya hobi banget ngobrol. 


Saya sering mendengar kisah perjuangan hidupnya dari kecil sampai sekarang. Dia termasuk orang yang terbuka menceritakan pengalamannya. Kisah hidupnya justru menjadi pelajaran bagi pendengar. Ada orang yang sudah mengalami pahit getir sejak kanak-kanak, tapi dia tetap semangat melewati hari demi hari.


Meskipun pendidikannya tidak tamat SD, tapi pengetahuan alami dan pengalamannya bisa mengalahkan tamatan perguruan tinggi. Sejak muda hingga menikah, dia sudah merantau ke berbagai daerah. Dia tahu gaya hidup ibukota yang serba wah, hingga kesederhanaan keluarga di perkebunan kelapa sawit pedalaman Sumatera.





Tanya saja cara padanya menanam palawija, beternak ayam, beragam bumbu masakan, hingga berbagai jenis obat tradisional, dia bisa menjawab dengan baik. Kerjanya sigap dan cepat. Meskipun demikian, terkadang Klara agak pelupa dan bekerja sambil melamun. Namun, kalau sudah begini kami menegurnya. Tanpa dijelaskan, kami sudah tahu penyebab dia bersedih.


Klara sering bercerita tentang anak-anaknya di kampung. Sesekali mereka menelepon Ibunya dan menanyakan kapan pulang. Bayangkan saja, anak usia TK dan kelas 1 SD terpisah lama dengan Ibunya. Sedangkan Ayahnya tidak tahu keberadaannya.


“Aku pingin sekali punya uang segera, Kak, supaya bisa membawa mereka ke Medan,” ujarnya.


Kami paham kalau Klara telah menghemat luar biasa agar bisa mengumpulkan uang untuk membawa anak-anaknya. Kami berusaha meringankan bebannya dengan memberitahu tetangga sekitar, siapa tahu ada yang butuh jasa mencuci dan menyetrika pakaian. Pokoknya, apa saja yang berkaitan dengan pekerjaan rumah, Klara siap membantu. 


Karena Klara pulang hari, kami pun memberikan uang tambahan untuk ongkos angkot. Tempat tinggal Klara memang tidak terlalu jauh, tapi harus dua kali berganti angkot. Sayangnya, kelak situasi seperti ini justru menyebabkan gangguan kesehatan padanya. Ternyata, ongkos angkot yang kami berikan tidak dipergunakan sesuai fungsinya. Bukan untuk tujuan negatif, tapi berhemat demi menambah tabungannya.




Seorang tetangga bercerita, dia melihat Klara pulang pergi dengan berjalan kaki. Dari rumah kami, tempat tinggalnya memang tidak terlalu jauh karena ada jalan pintas. Tetapi, kalau dihitung bisa mencapai 4-5 kilometer sekali jalan, bayangkan kalau pulang pergi. Kecuali hari Minggu, dia melakoninya setiap hari. Bagaimana kami mau menegur mengingat tujuannya demi berhemat?


Kami pun membantu semampunya. Jika di rumah ada barang botot (bekas), seperti plastik, barang elektronik rusak, kami selalu memberikan padanya supaya bisa dijual balik. Kalau ada acara di rumah, kami selalu memakai tenaganya untuk membantu dan memberikan uang tambahan. Begitu juga jika tetangga punya acara. Mereka pun menggunakan jasa Klara karena tahu kualitas pekerjaannya di rumah kami.


Kejutan Awal Tahun dari Klara

Menjelang akhir tahun, Klara meminta izin untuk pulang ke kampung. Dia rindu dan ingin merayakan tahun baru dengan anak-anak. Kami mengizinkan dan dia pergi selama seminggu. Dia berjanji akan pulang dan kembali bekerja di rumah kami.


Apa Klara menepat janjinya? Yap, tapi dengan kejutan tahun baru. Kedua anaknya ikut ke Medan. Mereka menangis ketika Ibunya mau pulang ke kota. Bocah-bocah itu meraung dan tidak mengizinkan Klara kembali tanpa membawa mereka. Akhirnya, Neneknya pun angkat tangan mengurus cucu-cucunya. Keduanya pun diboyong ke Medan.


Perjuangan semakin berat. Klara menyewa kontrakan dekat rumah kami, agar bisa menghemat waktu. Dia semakin giat mencari pekerjaan. Klara menerima hampir semua pekerjaan yang ditawarkan ibu-ibu sekitar kompleks. Beberapa rumah tangga di luar kompleks pun menggunakan tangan kokoh Klara.




Kami melihatnya mulai kelelahan karena bekerja terlalu keras. Gimana nggak, anak-anaknya sudah usia sekolah dan membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Belum lagi jika dihitung biaya hidup di kota besar. Dia juga harus berperan sebagai ayah sekaligus ibu bagi keluarga kecil itu.


Ketika semua kelihatan baik-baik saja, mendadak terjadi sesuatu pada Klara. Saat bekerja di rumah, dia sempat mengeluh kurang enak badan. Wajahnya lesu, gerakan tubuhnya lebih lamban dari biasanya. Dia sering terduduk lemah setelah bekerja. Air mukanya seperti menahan kesakitan.


“Kalau aku enggak kerja, nanti anakku makan apa, Kak?” Begitu selalu jawabannya ketika kami tanya, apakah dia masih sanggup bekerja.


Ya, sudahlah, kami biarkan saja selama dia merasa masih sanggup.


Namun, kemudian kenyataan berbicara lain. Suatu hari dia datang ke rumah dalam keadaan lemah. Jalannya sudah sempoyongan. Saya yang kebetulan sedang sendirian di rumah, jadi panik. Saya suruh dia pulang, tapi ditolak. Dia memaksakan diri bekerja dengan tubuh kesakitan. Cuma sebentar, kemudian terduduk lagi. Dengan tegas, saya langsung menyuruhnya pulang dan beristirahat. Jangan memaksakan diri kalau memang tidak sanggup.




Beberapa hari dia cuti. Kami mendengarnya berobat dan harus opname. Dari hasil pemeriksaan dokter, kami tahu kalau Klara kelelahan karena bekerja keras secara fisik, mungkin juga termasuk berjalan kaki ke sana sini. Klara pun menghemat konsumsi pangan demi anak-anak. Namun, akibatnya daya tahan tubuhnya sendiri yang menurun.


Di saat situasi rumit demikian, kami mendengar dia rujuk dengan suaminya. Ternyata selama ini, dia telah kembali berkomunikasi dengan kepala keluarga. Mereka membicarakan kemungkinan bersatu kembali. Syukurlah, sekarang sudah ada yang menjaganya dan anak-anak.


Klara sempat cuti hampir seminggu. Setelah opname, dia beristirahat di rumah. Dokter menyarankannya untuk mengkonsumsi susu dan protein, seperti telur, setiap hari. Klara pun perlu menambah porsi makanannya. Dia tidak punya pantangan dan boleh memakan beragam jenis makanan. Tambah terus gizinya, begitu saran dokter.


Setelah pulih, Klara memang kembali bekerja di rumah. Namun, kekuatan fisiknya sudah tidak seperti dulu lagi. Dia lebih ringkih dan mudah jatuh sakit. Kelelahan dan perjuangan selama dua hingga tiga tahun ini mulai menunjukkan dampaknya.


Karena bolak-balik sakit, Klara akhirnya berhenti bekerja rutin di rumah kami. Berhenti dalam arti tidak datang setiap hari seperti dulu. Tetapi jika ada acara, maka kami selalu menggunakan jasanya. Bukan hanya Klara, suaminya pun terkadang ikut membantu kami.





Suami Klara, sebut saja namanya Bang Henry, punya keahlian yang bermanfaat untuk urusan rumah. Bang Henry pandai bertukang jika ada atap bocor, kran rusak, dan masalah perbaikan rumah lainnya. Hanya itu saja? Oo, tentu tidak.


Bang Henry berkarakter super duper ekstrovert. Temannya banyak dengan beragam profesi, mulai dari perbaikan alat elektronik hingga jasa angkutan. Terkadang bingung melihatnya, bagaimana cara Bang Henry mengumpulkan begitu banyak teman? Menurut cerita rekan-rekannya yang pernah saya tanya, Bang Henry berkarakter supel. Dia mudah membaur dengan lingkungan baru dan pintar membaca situasi. Pokoknya, orang cepat akrab kalo mengobrol bersamanya.


Jadi, jika di rumah ada alat elektronik rusak atau perlu jasa angkutan barang, tinggal panggil Bang Henry. Dia siap sedia kapan saja. Mereka saling bahu membahu memenuhi kebutuhan rumah tangga.


Meskipun Klara sudah tidak bekerja rutin lagi di tempat kami. Namun, dia dan suaminya selalu mendapatkan rezeki dari sumber lain. Setelah keluar dari rumah kami dan beristirahat, ada tawaran pekerjaan dari tetangga. Dia pun mulai bekerja di sana. Kesehatan Klara mulai pulih, walaupun sesekali masih jatuh sakit. Walaupun Ibunya sakit, anak-anaknya bisa memperoleh pendidikan baik, bahkan berprestasi di kelas. Mudah-mudahan suatu hari nanti mereka bisa membanggakan orang tuanya.


Bekerja beberapa tahun dengan Klara, membuat saya paham kalau asisten rumah tangga yang cocok dengan majikannya masih ada. Cuma, memang perlu waktu dan kesabaran untuk menemukannya. Dulu saya pikir bakalan lama menemukan asisten yang pas. Ternyata Klara adalah asisten kedua yang datang ke rumah kami, serta langsung cocok bekerja di rumah.



Asisten yang berkualitas seperti Klara sudah sepatutnya dibantu. Kami hanya membantu semampunya dan Klara meneruskan dengan tekun. Dia memang wanita tangguh yang mau berjuang untuk hidup yang lebih layak. Klara enggan pasrah pada nasib dan mau terus bertahan demi masa depan keluarganya yang lebih baik.


Di luar sana ada banyak Klara lain yang terus berjuang. Pria atau wanita, tua atau muda, yang mau berusaha sudah selayaknya dibantu. Bantuan yang diberikan pun sebaiknya tidak hanya berupa dana, tapi pendampingan dan kemitraan usaha. Tujuannya agar mereka memiliki pengetahuan dan keahlian, hingga kelak mampu mandiri menjalankan usaha sendiri.


Salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk menolong saudara-saudara kita yang kekurangan donasi. Di era digital seperti sekarang, donasi bisa disalurkan secara online melalui yayasan yang sudah berpengalaman hingga puluhan tahun. Donasi ini diberikan pada kaum dhuafa yang lokasinya tersebar hingga seluruh tanah air.


Dompet Dhuafa menjadi pilihan tepat untuk menyalurkan donasi kita pada orang-orang yang membutuhkan


Sekilas tentang Dompet Dhuafa

Masih banyak orang yang membutuhkan uluran tangan agar  mampu menghadapi guncangan ekonomi. Mereka sudah berusaha keras, tapi nasib baik belum berpihak. Jika mempunyai rezeki, sebaiknya ikutlah berbagi donasi untuk meringankan beban mereka. Sekarang menyalurkan donasi untuk saudara-saudara kita dapat dilakukan secara online. Yayasan Dompet Dhuafa Republika bisa menjadi media menyalurkan bantuan bagi mereka yang membutuhkan. 


Dompet Dhaufa dibentuk dari kesepakatan antara para jurnalis di Harian Umum Republika. Berdiri pada tanggal 2 Juli 1993, yayasan ini telah genap berusia 31 tahun. Berawal dari kegelisahan karena banyak saudara yang berkekurangan, mereka berinisiatif untuk mengumpulkan dan menyalurkan bantuan. Memanfaatkan kemajuan teknologi, penggalangan dana dilakukan secara online melalui jaringan internet.




Adapun sumber donasi yang disalurkan oleh Dompet Dhuafa berasal dari dana ZISWAF, yaitu Zakat, Infaq, Shadaqah, Wakaf, serta dana lainnya yang dipastikan halal dan legal, yang bersumber atas perorangan, kelompok, perusahaan atau lembaga. Aliran dana ini merupakan uluran tangan dari kaum yang berkecukupan kepada umat dhuafa.


Selain sistem pengumpulan dana yang berbeda, Dompet Dhuafa pun mengusung program berbeda. Penyaluran bantuan bukan hanya berupa dana, tapi termasuk pendampingan untuk memberdayakan sesama. Tujuannya agar pihak yang dibantu tidak terus bergantung pada bantuan. Mereka lebih berdaya dan mampu mandiri, serta menemukan solusi agar bebas dari kemiskinan. Penerima bantuan dibimbing dengan beragam program untuk meningkatkan keahlian mereka di lapangan.


Dalam pemberdayaan ini, Dompet Dhuafa berperan sebagai mitra masyarakat. Hasilnya telah dibuktikan melalui program kawasan Mandiri Berdaya (MADAYA). Dalam program ini, Dompet Dhuafa berperan sebagai pendampingan manajemen keuangan dan pendampingan lembaga lokal ekonomi.


Salah satu contoh program MADAYA adalah Kopi Solok Sirukam. Kopi yang diproduksi pada desa Kopi Solok Sirukam, di Nagari Sirukam, Sumatera Barat, telah berdiri sejak 2019 atas inisiatif Dompet Dhuafa Singgalang. Dengan produk andalan Greenbeans, masyarakat setempat diberikan bantuan pupuk, penyuluhan serta pendampingan budidaya kopi, hingga membangun komunitas lokal sebagai sarana diskusi antara anggota.


Ini Alasan Ikut Donasi melalui Dompet Dhuafa

Sekarang sudah lebih mudah jika ingin membantu kaum dhuafa. Dengan jaringan internet, kita bisa menyalurkan dana pada orang-orang yang membutuhkan. Beragam yayasan menjadi sarana agar niat baik kita diterima oleh saudara-saudara yang benar-benar membutuhkan. Dompet Dhuafa sesuai sebagai media untuk memberikan donasi.


Berikut alasan donatur menyalurkan bantuan melalui Dompet Dhuafa.




Legal

Setahun setelah didirikan pada, Dompet Dhuafa telah resmi memiliki akta pendirian yayasan yang tercatat melalui akta no. 41 Tanggal 14 September 1994 di hadapan Notaris H. Abdul Yusuf, S.H, yang diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 163/A.YAY.HKM/1996/PNJAKSEL. Setelah sah secara hukum, maka yayasan telah diakui negara untuk memberdayakan kaum dhuafa yang membutuhkan bantuan dan pendampingan.


Mengusung Konsep Mudah dan Berkah

Mudah saja jika ingin berdonasi melalui Dompet Dhuafa. Donatur mengirimkan dana secara online melalui aplikasi Dompet Dhuafa yang dapat di download di AppStore.


Aplikasi Dompet Dhuafa tidak hanya berfungsi sebagai donasi, tapi juga media pembelajaran bagi umat. Mulai dari fitur Tanya Ustad, Jadwal Sholat, Kalkulator Zakat, Aqiqah, hingga tersedia beragam artikel untuk menambah wawasan keagamaan.


Setiap dana yang disalurkan menjadi berkah bagi donatur. Berkah bagi setiap orang memang berbeda-beda. Namun, terutama Allah akan memberikan kesehatan, rezeki, serta kemudahan dan kebutuhan dalam hidup kita. Sebagai umatNya, hendaknya kita senantiasa bersyukur atas setiap anugerahNya.


Tidak Terkendala Waktu dan Jarak

Berdonasi melalui Dompet Dhuafa tidak terkendala oleh jarak dan waktu. Kapan saja selama 24 jam, kita bisa berdonasi melalui aplikasi Dompet Dhuafa. Dengan berdonasi secara online, kita bisa meringankan beban kaum dhuafa di seluruh nusantara. Hanya dengan Rp 10.000,-, kita sudah bisa berdonasi melalui aplikasi Dompet Dhuafa.


Berikut link aplikasi Dompet Dhuafa di PlayStore




Jaringan Kemitraan Luas

Agar program bantuan dan pendampingan bisa terealisasi secara maksimal, Dompet Dhuafa terus memperluas jejaring dan kolaborasinya dengan beragam mitra. Dalam menjalankan misi dan visi untuk mengentaskan kemiskinan di tanah air, telah mendirikan 6 kantor layanan, 31 cabang dalam negeri, 5 cabang luar negeri, 157 layanan pada 32 provinsi, dengan 29 mitra potensial dan strategis di 21 negara.


Setelah 31 tahun melayani masyarakat, Dompet Dhuafa terpercaya untuk menyalurkan dana, bantuan, serta pendampingan bagi kaum dhuafa yang membutuhkan.


Kontak Yayasan dan Medsos

Jika membutuhkan informasi lebih lanjut, silakan hubungi kontak berikut.


Dompet Dhuafa Philanthropy Building

Jl. Warung Jati Barat No. 14 Jakarta Selatan 12540, Indonesia.

Call Center (021) 508 66860

Whatsapp 08111544488


Email customercare@dompetdhuafa.org

X/Twitter : @dompetdhuafaorg

Instagram : @dompetdhuafaorg

Facebook : Dompet Dhuafa

Tiktok : @dompetdhuafaorg


Program Dompet Dhuafa

Dompet Dhuafa berlandaskan kepedulian dan kasih sayang, serta welas asih dalam pelayanan pada masyarakat. Kepedulian pada individu yang membutuhkan uluran tangan ini mengedepankan lima pilar program, yaitu Sosial, Kesehatan, Pendidikan, Ekonomi, serta Dakwah dan Budaya.




Program Sosial

Program ini berfokus pada pelayanan dan konsultasi problem masyarakat melalui pendekatan dakwah. Tujuannya agar individu yang bermasalah tetap terjaga kehormatannya, menemukan sumber problem, serta mampu menerapkan solusinya.


Program Dakwah dan Budaya

Selain untuk ikut merawat dan menjaga keberagaman bangsa, program ini bertujuan untuk menguatkan pemahaman pada ajaran Islam bagi masyarakat. Selain dengan berdakwah, seni dan budaya merupakan media yang tepat untuk menyebarkan nilai-nilai agama.


Program Ekonomi

Program ini berorientasi pada upaya mewujudkan keberdayaan dan kemandirian ekonomi. Masyarakat yang memperoleh bantuan memiliki pengetahuan tentang usaha yang sedang dijalankan, paham dengan resiko bisnis, mampu mengelola modal, melihat peluang pemasaran, serta mengatur arus aset.


Program Pendidikan

Pendidikan berkualitas serta SDM unggul merupakan tujuan dari program ini, demi terwujudnya visi Indonesia maju. Pendidikan dan SDM berkualitas tidak hanya berhenti pada peserta, tapi diharapkan agar individu yang bersangkutan terus menyebarkan kemanfaatan pada lingkungan sekitarnya.


Program Kesehatan

Ada beragam layanan kesehatan dari Dompet Dhuafa untuk masyarakat, seperti Respon Darurat Kesehatan (RDK), Siaga Bencana, Sanitasi Total Berbasis Masyarakat, Program Kesehatan Kawasan, Ambulan Terapung, Kemitraan TBC, Anak Indonesia Sehat, Kesehatan Reproduksi, dan Pos Sehat.


Melalui Dompet Dhuafa, donatur tidak hanya membayar zakat ataupun bersedekah, tapi membantu kaum dhuafa dalam program 30 Hari Jadi Manfaat. Program ini telah diselenggarakan saat bulan Ramadhan kemarin. Meskipun sudah berlalu, sebaiknya semangatnya tetap menyala, agar meringankan beban saudara-saudara kita yang membutuhkan.


Tertarik berdonasi melalui Dompet Dhuafa? Berikut ulasan lengkap cara-cara berdonasi .




Menebar Kebaikan untuk Kemudahan dan Keberkahan

Ada banyak Klara di sekitar kita dan mereka membutuhkan dukungan materi maupun pendampingan dari orang lain. Mungkin kita bukan berasal dari kalangan kaya raya, tapi sedikit bantuan dan dukungan membuat mereka semakin bersemangat. Mereka sebaiknya tidak dibiarkan berjalan sendirian. Bantuan dana dan bimbingan kemitraan dari yayasan, membuktikan masih ada orang yang peduli pada masa depan mereka.


Lantas, bagaimana dengan saudara-saudara kita yang terpisahkan oleh jarak? Kita tidak mengenal mereka, bahkan belum pernah bertemu. Tetapi, perjuangan mereka seperti Klara yang terus berupaya demi masa keluarga yang lebih baik. Semangat mereka tetap menyala untuk terus berusaha. Sudah sepatutnya ada uluran tangan dan pendampingan agar upaya mereka membuahkan hasil.


Dompet Dhuafa yang tahun ini genap berusia 31 tahun, boleh menjadi sarana untuk berbagi demi mereka yang membutuhkan. Dengan menyumbangkan secara online melalui aplikasi Dompet Dhuafa, bersama kita bisa menyebarkan bantuan untuk kaum dhuafa di seluruh tanah air. Mulai zakat, wakaf, sedekah, infaq, dan sumbangan dana lain, disalurkan melalui yayasan ini.


Selain bantuan dana, masyarakat juga mendapat pendampingan dalam mengelola usahanya. Mereka dibimbing untuk mengatur modal, memahami resiko, serta mengendalikan aset agar usaha yang dikelola tetap stabil. Memberi kail bukan sekadar menyodorkan ikan, begitu falsafah untuk membimbing mereka. Dengan memahami seluk beluk usaha, diharapkan kelak mereka bisa mandiri dan lepas dari lingkaran kemiskinan.


Untuk kita yang memiliki niat meringankan beban kaum dhuafa, yuk, ikut berdonasi bagi mereka. Tanpa terkendala jarak dan waktu, donasi dapat disalurkan secara online melalui Dompet Dhuafa. Karena apa yang diperbuat hari ini suatu saat akan kembali kepada pemberi, maka biarlah kelak kemudahan dan keberkahan menjadi bagian kita.


"Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba Blog 31 Tahun Dompet Dhuafa Melayani Masyarakat."



Referensi :


  • Pengalaman pribadi dengan nama-nama tokoh sudah disamarkan.

  • Gambar diedit oleh Canva Free

  • Website resmi Dompet Dhuafa, https://publikasi.dompetdhuafa.org/tentang-kami/


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Konservasi Hutan untuk Ekonomi Hijau bersama APRIL Group

Gerakan ekonomi hijau atau Green Ekonomy mulai disosialisaikan oleh United Nation Environment Program (UNEP) pada tahun 2008. Konsep ini menitikberatkan pada kegiatan ekonomi untuk kemajuan negara, dengan memperoleh keuntungan bersama antara produsen dan konsumen, tanpa merusak lingkungan. Salah satu lingkungan yang dipantau adalah hutan. Sebagai salah satu pabrik pulp dan kertas terbesar di dunia,  pengalaman APRIL Group , melalui anak perusahaannya PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) di Pangkalan Kerinci, Riau, Indonesia, dapat menjadi referensi untuk pelestarian lingkungan. Perusahaan tetap konsisten mengelola pabrik, tanpa mengabaikan alam, bahkan  melalui program APRIL2030 , ikut meningkatkan  kesejahtearaan masyarakat  dan turut mengurangi emisi karbon . Yuk, kita simak aktivitas ekonomi hijau bersama perusahaan ini. Ekonomi Hijau untuk Menjaga Keanekaragaman Hayati  Sumber : Pixabay  Konservasi Hutan untuk Mencegah Deforestasi Setiap tahun, perusah...

Prioritaskan Kesehatan Mata Sebagai Investasi Seumur Hidup

Kaca mata identik dengan orang tua dan kakek nenek lansia. Penglihatan yang mulai mengabur karena faktor usia ataupun penyakit, membuat para warga senior banyak yang bermata empat. Namun, apa jadinya kalau anak-anak sudah menggunakan kaca mata? Berkaca mata sejak usia 12 tahun, saya paham bagaimana risihnya dulu pertama kali memakai benda bening berbingkai ini. Saat masuk ke kelas, ada beragam tatapan dari teman-teman, mulai dari yang bingung, merasa kasihan, sampai yang meledek.  "Ih, seperti Betet!" Begitu gurauan seorang anak diiringi senyum geli. Hah, Betet? Sejak kapan ada burung Betet yang memakai kaca mata.  Cerita beginian cuma ada di kisah dongeng. Terlalu berlebihan. Candaannya diabaikan saja Waktu itu,  bukan perkara mudah menjadi penderita rabun jauh atau miopia. Apalagi di sekolah saya tidak banyak anak yang memakai kaca mata. Kalau kita beda sendiri, jadi kelihatan aneh.  Padahal, siapa juga yang mau terkena rabun jauh? Walaupun risih, keluhan mat...

Ketika Konten Blog Menggeser Sistem Marketing Jadul

Dahulu kala ketika internet belum semasif sekarang, rumah sering didatangi Mbak-mbak atau Mas-mas  berpenampilan menarik. Dengan senyum menawan, mereka mengulurkan tangan menawarkan produk dari perusahaannya. "Maaf, mengganggu sebentar. Mari lihat dulu sampel produk kami dari perusahaan XYZ." Begitu mereka biasanya memperkenalkan diri. Mayoritas pemilik rumah langsung menggeleng sambil meneruskan aktivitasnya. Sebagian lagi acuh sembari mengalihkan perhatian. Ada juga yang masuk ke rumah dan menutup pintu. Respon para salesman tersebut pun beragam. Beberapa orang dengan sopan berlalu dari rumah, tapi ada pula yang gigih terus mendesak calon konsumen.  Walaupun upayanya nihil karena tetap dicuekin. Saat dulu masih kanak-kanak, saya pernah bertanya pada orang tua. Kenapa tidak membeli produk dari mereka? Kasihan sudah berjalan jauh, terpapar sengatan sinar matahari pula. Mereka pun sering diacuhkan orang, bahkan untuk salesgirl beresiko digodain pria iseng. Jawaban orang tua ...