Merawat keluarga yang sakit menjadi rumit, terutama ketika mereka sudah tergantung pada bantuan orang lain. Setiap saat harus ada yang memantau kondisinya. Mereka sudah tidak mampu mandiri. Bukan hanya perawatan di rumah, secara rutin keluarga yang sakit perlu dibawa cek kesehatan dengan dokter.
Kondisi yang sama pernah saya alami saat merawat Ibu yang mengidap hipertensi. Karena sudah mengalami serangan stroke, kondisi Ibu harus terus dipantau. Kami sering mengukur tensinya, rutin memberikan obat anti hipertensi, bahkan mengecek kesehatannya jika beliau terbangun dini hari. Tensi melonjak bisa terjadi kapan saja dan serangan stroke muncul pada saat tak terduga.
Yang paling rumit selama merawat Ibu adalah ketika harus cek kesehatan pada dokter di rumah sakit. Karena sudah tidak mampu berjalan dan hanya berbaring di ranjang, kami harus membopong Ibu. Di sana memang tersedia kursi roda saat kami mengantre di depan ruang konsultasi dokter. Namun, urusan di rumah sakit cukup menyita waktu. Setelah keluar dari ruang dokter, urusan belum selesai karena kami masih harus menebus resep.
Tentu capek untuk keluarga yang mengantar, tapi kami masih sehat dan tenaganya bisa segera pulih. Yang kasihan Ibu karena harus ikut mengantre dalam kondisi kurang lemah. Apalagi kami berkunjung ke rumah sakit milik pemerintah, yang notabene pasiennya datang dari seluruh penjuru provinsi. Waktu antre pun semakin panjang dan lama.
Namun pada era digital, upaya mengantar pasien konsultasi ke dokter bisa menjadi cerita berbeda. Kemajuan teknologi yang dikoneksikan dengan internet mungkinkan pasien dan keluarga berkonsultasi jarak jauh dengan dokter.
Konsultasi di sini bukan hanya berkomunikasi melalui gawai, tapi bisa langsung mendiagnosis kondisi real time pasien melalui Rekam Medis Elektronik (RME) dan pemantauan pasien jarak jauh (Remote Patient Monitoring/RPM).
Dikenal sebagai Electronic Medical Record (EMR) dalam bahasa Inggris, sistem digital RME mencatat dan menyimpan data medis pasien. Data yang disimpan mencakup riwayat kesehatan, resep obat, hasil tes laboratorium, hingga diagnosa dokter.
Catatan medis yang dulu dicatat di atas kertas, sekarang sudah dikumpulkan dalam bentuk digital dengan bantuan AI. Selain hasilnya lebih akurat, dokter dan tenaga medis lebih cepat dan mudah menemukan riwayat informasi medis pasien.
Kolaborasi AI dengan sistem RME dan RPM menjadi terobosan bagi fasilitas kesehatan. Bagaimana prosedurnya? Yuk, simak penjelasan selengkapnya.
Kolaborasi AI, RME, dan RPM untuk Pasien Jarak Jauh
Dulu cerita para medis menangani pasien jarak jauh seperti kisah fiksi, nyaris mustahil terjadi pada dunia nyata. Pada kenyataan, pasien dan keluarga tetap harus bertatap muka dengan dokter untuk memperoleh hasil diagnosis.
Jika diperlukan, tenaga kesehatan harus melakukan pengecekan darah untuk mengetahui kondisi pasien terkini. Semua prosedur medus dilakukan pada fasilitas kesehatan setempat. Jadi, meskipun jauh perjalanan tetap ditempuh demi kerabat yang sakit.
Tetapi, ketika jaringan internet mulai berkembang, hal mustahil bisa menjadi kenyataan. Bersama AI, jarak bukan lagi kendala untuk pasien berkomunikasi dengan dokter, sekaligus konsultasi. Seperti yang sudah dijelaskan pada awal tulisan, salah satu bukti kontribusi AI dalam bidang kesehatan adalah RPM.
Kolaborasi AI dan RPM memungkinkan pasien berkonsultasi dengan dokter melalui jaringan internet. AI membantu RPM menjadi mesin cerdas yang memantau kesehatan pasien jarak jauh, seperti persis seperti pemeriksaan dokter secara manual. Sistem RPM pun mampu mendeteksi dan menganalisis data kesehatan lebih cepat dan cermat.
RPM cocok untuk pasien yang perlu penanganan berkelanjutan, seperti diabetes, hipertensi, atau riwayat serangan jantung. Naik turunnya gula darah atau tekanan darah, bisa dideteksi oleh RPM. Sistem RPM mampu memprediksi gangguan atau kelainan pada tubuh pasien.
Sistem ini bukan hanya menampilkan angka-angka akurat, tapi memberikan diagnosa lengkap jika terjadi gejala tertentu pada pasien. Misalnya, setelah menghitung detak jantung, RPM mendeteksi ada potensi gejala gangguan jantung pada pasien. Gejala ini bisa segera ditangani dokter sebelum akut.
Data pasien dikumpulkan secara digital
Untuk memperoleh data lebih akurat, AI tidak hanya mengandalkan data real time dari RPM. AI membutuhkan riwayat medis sebelumnya yang disimpan dalam RME. Sama seperti konsultasi kesehatan pada dokter, sistem AI yang berkolaborasi dengan RME dan RPM perlu melewati beberapa tahap, yaitu
Mengumpulkan Data
Cara kerja AI dan RPM sederhana. Pada tubuh pasien, disematkan peralatan medis yang berbentuk seperti gelang atau smartwatch di tangan. Peralatan tipe lain bisa berbentuk seperti koin logam yang ditempelkan pada kulit pasien. Peralatan ini yang mendeteksi, memantau, atau merekam kondisi pasien secara real time.
Mengirim Data
Data pasien yang terekam melalui peralatan tadi, dikirim secara otomatis melalui jaringan internet kepada layanan kesehatan. Jadi, ada perlengkapan yang sudah disediakan untuk menyimpan data real time pasien
Analisis Data
Dokter yang menerima data real time yang dikirim, segera menganalisis kondisi pasien. Dari data yang diterima, dokter sudah bisa menyimpulkan kondisi pasien secara aktual.
Menyesuaikan Data dengan RME
Data aktual ini kemudian disesuaikan dengan riwayat kesehatan sebelumnya yang disimpan pada RME. Melalui gabungan data real time dan RME, barulah dokter bisa menyimpulkan kondisi sekarang, serta penanganan pasien selanjutnya.
Penanganan Pasien
Setelah mengetahui kondisi pasien sekarang, dokter segera menentukan tindak lanjut penanganan pasien, termasuk memilih obat-obat yang dibutuhkan.
Bukan hanya sampai pengobatan. Setelah memperoleh data lengkap dan akurat, dokter bisa menentukan apakah pasien harus rawat inap atau meresepkan obat untuk di rumah.
Jadi, keluarga pasien hanya menunggu informasi yang diberikan dokter. Informasi disampaikan melalui alat komunikasi, tanpa perlu bolak-balik lagi ke rumah sakit.
Pasien pun tetap beristirahat nyaman di rumah. Jadi, tidak perlu lagi antre lama di rumah sakit yang justru bisa menyebabkan pasien kelelahan. Hasil diagnosanya pun lebih akurat karena gabungan dari analisis kecerdasan buatan, serta dokter berpengalaman.
Manfaat Kolaborasi AI, RME, dan RPM
Sederhana kan, cara kerja antara AI, RME, dan RPM. Asalkan tersedia jejaring internet serta perlengkapan teknologi, sistem bisa berfungsi tanpa terkendala jarak dan waktu. Kolaborasi ini terbukti mampu memberikan beragam manfaat, seperti
Hemat Waktu dan Biaya
Dengan adanya sistem AI, RME, dan RPM, pasien dan keluarga tidak perlu keluar rumah untuk pemeriksaan. Mereka menghemat biaya dan waktu yang digunakan untuk perjalanan ke rumah sakit. Biaya dan waktu tersebut bisa dialokasikan untuk keperluan lain.
Penanganan Secara Personal
Setiap orang mempunyai kondisi kesehatan yang berbeda-beda. Ada yang alergi pada obat tertentu, ada pula yang memiliki riwayat komplikasi. Pasien memang sebaiknya ditangani secara personal, bukan digeneralisasi. Sistem AI mampu memproses sistem RME dan RPM agar memberikan hasil diagnosis tepat dan akurat kondisi pasien secara personal.
Pencegahan Dini terhadap Penyakit
Ada penyakit tertentu yang tidak menunjukkan gejala serius. Perkembangannya senyap, tanpa menunjukkan tanda-tanda gangguan kesehatan. Penderita mengetahuinya setelah mencapai tahap lanjut, misalnya kanker dan serangan jantung. Terkadang hasil pemeriksaan biasa tidak menemukan indikasi positif penyakit tersebut.
AI melalui sistem RPM bukan hanya mencatat kondisi pasien real time, tapi mampu mendeteksi jika muncul gejala penyakit tertentu pada tubuh pasien. Jika ada kelainan atau gejala gangguan dalam tubuh, sistem segera memberitahu. Dokter bisa lekas menangani penderita. Semakin cepat ditangani, semakin besar kemungkinan untuk sembuh.
Pemantauan yang Berkelanjutan
RPM tidak hanya mencatat data real time, tapi mampu membaca riwayat kesehatan sebelumnya melalui RME. Dengan membandingkan data lama dan sekarang, AI dapat menganalisis jika muncul gejala kelainan pada pasien. Pencegahan pun bisa segera dilakukan oleh dokter.
Namun, RPM bukan tanpa kekurangan. Penanganan kesehatan sebaiknya jangan hanya mengandalkan sistem digital. Sesekali pasien perlu berkonsultasi langsung dengan dokter. Analisis mesin tentu berbeda dengan diagnosa dokter, karena sudut pandang manusia tetap lebih unik daripada mesin.
Sesekali perlu cek kesehatan secara tatap muka dengan dokter
RPM juga terkendala dengan keterbatasan teknologi. Ketersediaan jaringan internet bisa menghambat perkembangan fasilitas ini. Kesenjangan pengetahuan digital menyebabkan petugas sulit untuk menganalisis data.
Belum lagi maraknya serangan siber yang menyebarkan data pasien menyebar ke area publik. Kejadian seperti ini tentu mengkhawatirkan. Sesuai kode etik kedokteran, kondisi pasien adalah data pribadi yang dilindungi.
Meskipun demikian, kolaborasi teknologi ini masih terus dikembangkan. Ke depan, kolaborasi AI, RME, dan RPM diharapkan semakin baik, hingga pasien dan keluarganya aman dan nyaman menggunakan sistem ini. Wajar kalau penggunaan teknologi baru pada awalnya bermasalah.
Teknologi pun perlu beradaptasi Namun, melalui penanganan dan perbaikan yang berkesinambungan, teknologi dapat menjadi asisten yang mempermudah pekerjaan manusia.
Platform eHealth dan RME Berbasis AI
Sistem RPM berbasis AI mempermudah pasien dan keluarga memperoleh layanan jarak jauh. Data real time pasien yang dikirim secara digital memungkinkan dokter menganalisis kesehatan pasiennya. Tetapi, data RPM belum cukup untuk diagnosis lengkap. AI membutuhkan data pasien sebelumnya yang tersimpan dalam RME.
Dengan platform eHealth, para medis bisa up date data pasien tanpa kendal
Nah, gabungan data RPM dan RME akan dianalisis AI untuk menyimpulkan kondisi pasien sekarang. Berdasarkan hasil akhir analisis ini baru dokter bisa memutuskan penanganan yang akurat dan tepat.
RME berbasis AI menjadi data penting pada fasilitas kesehatan era digital. Oleh sebab itu, sebaiknya pilih RME berbasis AI yang aman, terintegrasi pada beragam sistem operasional, serta ringkas dan mudah digunakan.
RME berbasis AI dari eHealth direkomendasikan sebagai platform kesehatan terkemuka yang efisien, berkualitas, serta akurat dalam pelayanan medis. Berkat perpaduan teknologi canggih AI dan RME, tenaga medis dapat memberikan pelayanan terbaik pada pasien.
Manfaat RME eHealth Berbasis AI untuk fasilitas kesehatan
AI telah menjadi asisten pada beragam aktivitas manusia, termasuk kesehatan seperti RME. AI pada RME eHealth.co.id merupakan fasilitas user-friendly untuk dokter dan rekan medis. Tenaga kesehatan dapat mengisi rekam medis kapan saja dan mana saja, bahkan cuma menggunakan ponsel.
Selain platform yang ringkas dan tepat, ada beberapa manfaat menggunakan RME eHealth, yaitu.
Mudah dan Cepat
Sistem ini bisa langsung digunakan dalam hitungan hari, bahkan jam setelah instalasi. Prosesnya cepat tanpa prosedur berbelit-belit.
Keamanan Data
Teknologi canggih kerap menimbulkan berita meresahkan tentang pencurian data. Era digital yang serba cepat dan praktis, dibayangi dengan aksi kejahatan siber yang mampu mencuri informasi penting. Untuk mengatasi ancaman ini, RME eHealth telah teruji aman karena sudah terdaftar di PSE (Penyelenggara Sistem Elektronik).
Sistem Terintegrasi
RME eHealth mencakup beragam sistem operasional internal seperti administrasi, rekam medis, apotik, kasir, keuangan dan logistik, laboratorium, hemodialis, rawat inap, rawat jalan, dan fasilitas kesehatan lainnya.
Selain operasional internal, RME eHealth terintegrasi dengan beberapa lembaga kesehatan pemerintah, seperti SATUSEHAT, Kemkes, Dinkes, hingga BPJS. Sistem berjalan secara otomatis tanpa perlu double input.
Terjangkau
Sistem administrasi konvensional membutuhkan biaya ekstra untuk persediaan kertas dan alat-alat tulis. Dengan pencatatan medis melalui RME eHealth, pengguna menghemat biaya administrasi karena mengurangi pembiayaan pencatatan konvensional.
Layanan Pelanggan
Setelah instalasi platform RME eHealth, pengguna baru memperoleh pendampingan privat. Pendampingan ini mencakup 3 kali pelatihan online gratis, serta pemantauan melalui WhatsApp Group. Saat platform sudah berfungsi, pengguna RME eHealth tetap dapat menghubungi tim kerja kapan pun terjadi kendala.
Diagnosa Pasien Jarak Jauh
Banyak kendala muncul saat merawat pasien, salah satunya adalah jarak. Domisili pasien mungkin berjauhan dengan praktik dokter, atau dokter keluarga sedang bepergian ke luar kota. Konsultasi dengan dokter pengganti terkadang diagnosanya bisa berbeda dengan dokter langganan. Banyak terjadi kasus seperti ini.
Kolaborasi AI, RME, dan RPM, merupakan solusi untuk mengatasi kendala jarak antara dokter dan pasien. Dengan peralatan lengkap dan teknologi canggih ini, maka kondisi aktual pasien dapat segera didiagnosa meskipun dokter berada di lokasi berbeda. Dari diagnosa AI, dokter bisa segera menyimpulkan penanganan selanjutnya.
Banyak manfaat yang diperoleh dari platform eHealth bagi layanan kesehatan. Jika fasilitas kesehatan tertarik menggunakan platform, segera hubungi kontak berikut.
Website : eHealth.co.id
WA only : (021) - 50858844
Atau cek informasi lengkap pada Instagram eHealth.
Bukti Kasih untuk Keluarga
Kolaborasi AI, RME, dan RPM cocok banget untuk kondisi hipertensi Ibu saya dulu. Tekanan darahnya yang kurang stabil, kapan saja dapat menimbulkan ancaman serangan stroke. Selain tekanan darah, sebagai pengidap hipertensi kondisi jantung Ibu pun kerap menjadi pemantauan dokter.
Dengan kolaborasi teknologi ini, keluarga bisa tetap merawat Ibu dari rumah, walaupun sesekali tetap konsultasi langsung dengan dokter. Jadi, dengan pemantauan dari rumah, keluarga tidak perlu lagi membopong Ibu ke rumah sakit. Beliau tetap bisa beristirahat dari rumah dengan kesehatan terpantau.
Ibu memang sudah mendiang, akan tetapi pengalaman ini semoga bisa menjadi pertimbangan untuk orang lain. Siapa tahu, ada keluarga yang menghadapi problem yang sama. Pemantauan pasien jarak jauh bersama AI, bisa menjadi pilihan untuk aman dan nyaman merawat keluarga.
Bagaimana menunjukkan kasih sayang pada keluarga? Saat yang tepat membuktikannya adalah ketika ada anggota keluarga dalam keadaan sakit, apalagi ketika mereka sudah tidak mampu mandiri. Kesigapan anggota keluarga lain untuk tetap merawat dengan telaten, merupakan bukti untuk menunjukkan kasih sayang tanpa syarat.
Kalau dalam keadaan sehat dan berkumpul sambil tertawa ria, mudah saja mengatakan kita sayang keluarga. Tetapi, bagaimana ketika ada yang jatuh sakit dan perlu perawatan ekstra? Masih mampukah kita menunjukkan perhatian dan kasih sayang yang sama seperti ketika mereka masih segar bugar?
Sabar merawat, menyediakan makanan bergizi, serta rutin membawa mereka konsultasi ke dokter, merupakan bukti kalau anggota keluarga lain tetap menyayangi mereka. Apapun kondisinya.
Merawat keluarga yang sakit tentu tidak mudah. Kalau nggak bijak menjaga kesehatan sendiri, maka keluarga yang merawat pun bisa ikut jatuh sakit. Mau keluarga kembali sehat, justru ada yang ikutan sakit.
Di era teknologi yang semakin canggih, kolaborasi antara AI, RPM, serta RME bisa menjadi solusi untuk merawat anggota keluarga yang sakit parah. Dengan teknologi ini, dokter bisa memantau pasien dari rumah. Keluarga pun bisa menghemat waktu, tenaga dan biaya selama merawat kerabatnya. Semua jadi cukup istirahat. Keluarga tenang, pasien pun nyaman.
Kolaborasi teknologi ini bukan tanpa kendala. Fasilitas, peralatan menyimpan data, jejaring internet, kesenjangan pengetahuan tenaga medis, hingga ancaman serangan siber, masih menjadi tantangan untuk layanan kesehatan ini. Seiring waktu, semoga kendala ini mampu diatasi untuk menciptakan masyarakat sehat dan sejahtera.
Referensi :
Instagram eHealth
Remote Patient Monitoring dalam Pelayanan Kesehatan, oleh dr. Drg. Paulus Januar S., MS, https://www.alomedika.com/remote-patient-monitoring-dalam-pelayanan-kesehatan
Pemantauan Pasien Jarak Jauh, oleh Colton Hood, MD, https://psnet.ahrq.gov/perspective/remote-patient-monitoring
Sistem Pemantauan Pasien Jarak Jauh (RPM) dan Alarm Real-Time untuk Penyakit Gaya Hidup Tidak Menular, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC10681793/
Gambar diambil dari Pixabay
Ilustrasi dari Canva Free
Komentar
Posting Komentar