Walaupun di sini sepi, tapi aku tidak pernah merasa sendirian. Lorong-lorong ruangan perpustakaan konvensional memang sunyi. Namun, dari balik rak-rak buku, ada sekumpulan sosok yang terus memperhatikan. Mereka menatapku tajam tanpa berkedip.
Jangan salah, mereka bukan pengunjung perpustakaan yang memilah-milih buku. Sosok-sosok itu juga bukan pustakawan yang sibuk melayani orang yang datang silih berganti. Mereka luput dari perhatian para pengunjung. Mau tahu siapa yang kumaksud?
Makhluk-makhluk tak kasat mata itu adalah tokoh-tokoh imajinatif dalam buku fiksi. Tanpa kita sadari, diam-diam mereka kerap keluar dari buku dan mengintip pengunjung yang berseliweran atau duduk membaca di meja terdekat. Sambil mengamati, sosok-sosok itu saling berbisik dengan teman yang berada di sampingnya.
“Selesai melihat-lihat buku di tangannya, bacaan apa lagi yang akan dia ambil?” tanya tokoh fiksi itu penasaran.
“Kira-kira aku bakalan dipinjamnya atau enggak, ya? Soalnya bosan tinggal di sini terus. Aku ingin merasakan menginap di rumah orang lain.” Temannya justru menjawab dengan wajah memelas.
“Aku dululah dipinjam. Kamu sudah dibawa orang minggu lalu. Kita bergantianlah.” Tokoh fiksi lain ikut menimpali.
Ups! Lamunan tentang sosok-sosok khayalan itu mendadak menguap seperti embun, karena dua orang pengunjung menggeser kursi di sampingku. Obrolan mereka membawaku kembali ke alam nyata. Percakapan imajinasi dari tokoh-tokoh buku langsung lenyap dari pikiran. Ah, ternyata cuma fantasi.
Sambil menunduk pura-pura tekun membaca, aku tersenyum. Inilah salah satu dampak dari sering membaca buku fiksi. Imajinasiku sering melayang ke alam khayalan. Makhluk-makhluk unik ciptaan sendiri yang hanya ada dalam pikiran, seperti bisa berseliweran di depan mata.
Sebenarnya, bukan buku fiksi saja yang membuat khayalan melayang. Buku non-fiksi dengan tokoh-tokoh nyata, juga mampu mengajak imajinasi berkelana. Dengan membaca buku yang memotivasi, biasanya langsung muncul ide. Gimana ya, caranya agar aku bisa menjadi tokoh hebat seperti kisah yang baru selesai dibaca?
Orang lain mungkin menganggap aneh. Tetapi menurutku, ini upaya berkreativitas. Bukan masalah serius, asalkan masih dalam batas wajar. Artinya, jangan kebablasan menciptakan khayalan hingga mengabaikan dunia nyata, apalagi sampai mengobrol sendirian. Nanti dipikir orang ada jari miring di atas dahi. Gawat, kan.
Nah, cerita singkat di atas cuma sekelumit contoh dari manfaat membaca buku di perpustakaan konvensional. Membolak-balikkan lembaran fiksi maupun non fiksi dapat mengajak pembaca bertualang bersama imajinasi, seperti cerita di awal tulisan. Untung saja ada orang yang menggeser kursi di sampingku. Kalau tidak, fantasiku mungkin sudah melayang melewati samudera.
Berkunjung ke perpustakaan konvensional memang seru. Di sini kita menemukan banyak orang dengan hobi yang sama. Pengunjung yang tidak terlalu ramai menyebabkan suasananya pun lebih tenang. Orang kekinian umumnya lebih suka melihat gawai daripada ke perpustakaan. Bahkan pada era ebook seperti sekarang, para kutu buku pun lebih memilih membaca dari gawai di rumah.
Tetapi, tahu enggak kalau membaca di perpustakaan konvensional memberi beragam manfaat. Apa saja itu?
Manfaat Mengunjungi Perpustakaan Konvensional
Berikut adalah beberapa manfaat menyambangi perpustakaan konvensional yang sayang kalau dilewatkan.
Mata Lebih Sehat
Sudah rahasia umum kalau gawai memancarkan sinar radiasi biru. Paparannya yang berlebihan dapat menyebabkan mata lelah. Untuk jangka panjang, melihat layar gawai terlalu lama dapat merusak retina.
Dengan membaca buku cetak di perpustakaan konvensional, mata lebih sehat dan ilmu bertambah. Sampai hari ini, belum pernah terdengar ada halaman buku memancarkan sinar biru. Hanya saja, membaca buku terlalu lama juga bisa menyebabkan mata kelelahan. Jadi, sesuatu yang berlebihan, tetap kurang baik. Beraktivitaslah sewajarnya.
Menemukan Beragam Judul Buku
Jika membaca ebook unduhan atau buku dari eperpus, maka hanya judul yang muncul di galeri atau beranda platform yang kita lihat. Hal ini berbeda jika berkunjung ke perpustakaan.
Pada rak-rak yang berjejer rapi, petugas menyusun beragam judul buku yang mungkin belum pernah kita pantau. Jadi, menyusuri rak membawa keseruan karena ada kejutan di antara susunan buku. Bisa saja kita menemukan bacaan dengan tema menarik yang jarang dipromosikan oleh media.
Akses pada Beragam Informasi
Tidak semua majalah, jurnal, bahkan buku sudah diunduh secara online. Masih banyak bahan bacaan bermutu yang hanya dicetak dan tersedia secara fisik. Perpustakaan konvensional merupakan tempat yang sesuai untuk menemukan sumber bacaan tersebut.
Suasana Lebih Tenang tanpa Gangguan
Jangan mencoba memancing keributan di perpustakaan. Jika tetap nekat, maka seluruh mata pengunjung akan tertuju pada pembuat keonaran. Perpustakaan dikenal sebagai tempat yang sunyi senyap, bahkan sebagian pengunjung berbisik jika berdiskusi dengan temannya. Suasana di sana tenang karena setiap orang fokus pada bukunya.
Kalau perlu suasana tenang demi konsentrasi mengerjakan tugas, perpustakaan dapat menjadi pilihan tepat sebagai ruang belajar. Jika di rumah sering muncul suara bising, maka lokasi ini bisa difungsikan tempat pelarian sementara (jangan selamanya!). Yang penting, tugas mampu diselesaikan dengan baik.
Komunitas untuk Orang yang Sefrekuensi
Menurut data dari Program of International Student Assesment (PISA) tahun 2019, Indonesia menempati peringkat ke 62 dari 70 negara dalam hal minat baca. Sedangkan UNESCO mengumumkan kalau minat baca masyarakat Indonesia sangat rendah, yaitu 0,001%. Artinya dari 1.000 orang penduduk, hanya 1 orang yang hobi membaca.
Jika ada yang merasa masuk dalam kelompok 1 orang tersebut dan sulit menemukan rekan sefrekuensi, perpustakaan dapat menjadi alternatif berkumpul dengan orang yang berminat sama. Di tempat ini, kita bisa bersosialisasi dengan banyak pengunjung yang juga hobi membaca.
Bukan hanya berhenti sampai bersosialisasi, perpustakaan pun kerap menyelenggarakan diskusi buku, lokakarya, serta pameran. Acara seperti ini dapat menjadi kesempatan untuk memperluas jejaring pertemanan, sekaligus menambah wawasan.
Akses Digital
Jangan menganggap perpustakaan konvensional tetap mempertahankan konsep lama. Walaupun menyediakan sumber bacaan cetak, tapi lembaga ini ikut memanfaatkan teknologi canggih zaman sekarang. Jika berkunjung ke sana, di dalam sudah tersedia jejaring wifi untuk berselancar di alam internet.
Jadi, meskipun menyediakan banyak buku cetak, pengunjung tetap terhubung ke dunia maya. Cuma, sebaiknya jangan sering-sering melirik gawai. Apa gunanya ke perpustakaan kalau masih sibuk dengan gawai? Lebih baik di rumah saja jika terus menerus memantau medsos.
Olahraga Otak
Ingin menjaga kesehatan otak agar ingatan tetap tajam hingga usia senja? Gampang. Seringlah membaca buku. Menurut Maryanne Wolf, EeD, direktur UCLA Center for Dyslexia, Diverse Learner, and Social Justice, membaca membuat orang memiliki lebih banyak waktu untuk berpikir.
Berpikir merupakan salah satu upaya melatih otot otak agar tetap aktif. Seperti tubuh, otak perlu diajak bergerak supaya senantiasa sehat. Jika tubuh dianjurkan berolahraga, maka otak disarankan banyak membaca supaya ingatan tetap tajam. Tekun menelaah isi buku, berarti membantu orang untuk berpikir, mengasah, serta memperbaiki fungsi otak.
Yuk, Berkunjung ke Perpustakaan Konvensional
Nah, ternyata ada beragam manfaat yang diperoleh jika mengunjungi perpustakaan konvensional. Meskipun sekarang era digital, tempat ini masih menarik minat penggemar buku. Hampir di setiap kota tersedia perpustakaan yang nyaman, rapi, bersih, dan sejuk karena berpendingin ruangan. Koleksi bukunya lumayan banyak.
Perpustakaan memang lebih dari sekadar tempat untuk membaca dan meminjam buku. Di sana, pengunjung menemukan ketenangan, inspirasi, dan wawasan baru. Jauh dari hiruk pikuk era digital, perpustakaan menawarkan pengalaman membaca yang lebih tajam dan bermakna.
Bayangkan saja, di ruangan itu kita dikelilingi oleh ratusan hingga ribuan buku, diajak menjelajahi dunia, hingga bertemu dengan tokoh-tokoh yang menginspirasi maupun imajinatif.
Membaca buku di perpustakaan enggak kalah asyik dengan men-scroll ebook. Di sana tersedia banyak bacaan menarik, keajaiban pengetahuan, dan pengalaman seru. Coba saja.
Tertarik membaca buku cetak? Yuk, segera berkunjung ke perpustakaan terdekat dan temukan beragam manfaat dari membaca. Umumnya, pendaftaran gratis, cepat, dan mudah. Calon anggota hanya perlu menyediakan kartu identitas yang masih berlaku. Nah, tunggu apa lagi?
Selamat membaca!
Lokasi : Perpustakaan Umum Sintong Bingei Pem. Siantar (Sumut)
Artikel ini adalah bagian dari latihan komunitas LFI supported by BRI.
Komentar
Posting Komentar