Langsung ke konten utama

Taman Hewan Pem. Siantar, Dongeng Fabel dalam Dunia Nyata

 


Saat masih kanak-kanak, dongeng fabel atau kisah tentang hewan, adalah jenis bacaan terakhir yang saya pilih. Alasannya simpel, rasanya aneh membaca cerita  binatang yang bisa berbicara dan bertingkah laku persis manusia. Seperti anak perempuan lain, saya lebih suka menyimak kisah puteri-puterian atau petualangan seru.


Namun, sudut pandang saya berubah setelah sering dibawa orang tua ke taman hewan setiap akhir pekan. Para binatang itu mungkin aneh kalau dilihat dalam buku cerita, tapi ternyata lucu di alam nyata. Hewan yang bertingkah sesuai kodratnya lebih menggemaskan, daripada hanya membaca kisah mereka pada buku-buku.


Bertahun-tahun kemudian, saya kembali ke tempat yang sama, yaitu Taman Hewan Pem. Siantar (Sumut). Kalau dulu cuma seorang anak kecil yang dituntun orang tua, sekarang tentu sudah dewasa. Banyak yang  berubah dari tempat ini setelah beribu-ribu purnama berlalu. Jika pada masa lampau situasinya sederhana, saat ini lokasinya nyaman sebagai tempat wisata. Seperti apa situasinya? Yuk, kita simak bersama.



Selamat datang di Taman Hewan Pem. Siantar

Sejarah Singkat Taman Hewan Pem. Siantar 

Jangan berpikir tempat ini terletak di pinggiran kota yang terpencil, serta jauh dari keramaian. Taman Hewan Pem. Siantar beralamat di Jl. Gunung Simanuk-manuk no. 2 Pem. Siantar. Lokasinya berada di pusat kota, berdekatan dengan kantor-kantor, pusat perbelanjaan, sekolah, hingga stasiun kereta api menuju Medan. Akses transportasi mudah untuk kendaraan pribadi maupun umum (angkot).


Harga tiket bervariasi tergantung hari. Pada hari biasa, pengunjung cukup merogoh kantong Rp 35.000 per orang. Untuk akhir pekan dan hari libur kita lebih dalam lagi membuka dompet sampai Rp 45.000. Dengan uang sedemikian, pengunjung puas menjelajahi taman hewan seluas 4,5 ha. Di atas lahannya, hiduplah sekitar 800 hewan dari 200 spesies, menurut data dari @siantarzoo.official.


Didirikan oleh seorang pencinta binatang asal Belanda, yaitu Dr. Conrad tahun 1936, taman hewan kemudian dibuka untuk umum pada 27 November 1936. Tempat ini termasuk taman hewan ke-4 tertua di Indonesia setelah Kebun Binatang Surabaya, Taman Margasatwa dan Budaya Kinantan di Bukittinggi, serta Kebun Binatang Bandung.


Banyak bangau hidup di Taman Hewan Pem. Siantar. Bayangkanlah mereka sebagai warga Kerajaan Bangau.

Bangau Mahkota sebagai Ratu Kerajaan Bangau. Mereka sudah cocok, kan, menjadi tokoh-tokoh dongeng fabel?


Sebelum tahun 1990, saya ingat kondisi dan situasi tempat ini berkualitas standar untuk pemukiman binatang. Kandang dan temboknya banyak yang berlumut. Hewan-hewannya cukup terawat, tapi masih sering meminta makanan dari pengunjung. Mereka menyantap makanan yang kita beri dengan lahap.


Perubahan terjadi ketika 1 September 1996, seorang pengusaha sekaligus pencinta lingkungan hidup asal Medan, Rahmat Shah, mengambil alih tempat ini. Sekarang lokasi ini menjadi salah satu dari 10  taman hewan terbaik di Indonesia versi Tripadvisor, panduan wisata digital terkemuka. Suasana taman ini memang rapi, asri, dan terawat, baik penghuninya maupun fasilitas untuk pengunjung.


Hewan-hewan sehat, tidak kurus tapi bukan obesitas. Mereka rebahan di kandang masing-masing dengan sisa makanan yang masih segar di kandangnya. Para binatang tidak gelisah meminta makan, seperti gejala yang biasa diperlihatkan oleh hewan kelaparan. Petugas-petugas pun berseliweran memantau peliharaannya.


Dulu saat masih anak-anak dan sering diajak orang tua kemari, seperti yang sudah saya tulis di atas, rusa-rusa sering memakan kacang rebus yang kami berikan. Karena tahu kebiasaan hewan memamah biak tersebut, kami sering membeli banyak kacang rebus untuk dibagikan pada rusa-rusa tersebut. Kasihan melihat mereka begitu bersemangat melahap kacang yang kami tawarkan.


Pengunjung diabaikan oleh rusa zaman now. Berbeda dengan rusa dulu yang selalu menunggu orang memberikan kacang rebus

Sekarang situasi demikian tak berlaku lagi. Pengunjung dicuekin para rusa karena rerumputan sudah mencukupi untuk mengisi perut, bahkan berlebihan dan tergeletak di bak makan. Mereka adem duduk di kandang. Pengunjung pun dilarang memberikan makan. Ya, mereka juga enggak mau lagi disuguhi camilan. Senang melihat hewan di sini bisa hidup layak, berbeda dengan cerita dari sebagian taman hewan tanah air.


Beragam Jenis Hewan, Animal Show, dan Wahana Permainan Anak

Menyusuri Taman Hewan Pem. Siantar, saya takjub dengan beragam jenis binatang yang hidup di sana. Sebagian adalah hewan yang biasa kita lihat di media, tapi ada juga jenis yang unik. Saya melihat harimau putih, kakak tua hitam, serta merak putih. Hanya black swan alias angsa hitam yang belum ada. Padahal, hewan ini sempat menjadi pembicaraan. Mudah-mudahan, suatu hari nanti muncul di sini.


Berikut hewan-hewan yang sempat saya abadikan dalam foto.


Merak putih, seputih hatimu


Kakaktua putih dan hitam. Kelihatan yang hitam di sebelah kiri?

Tak perlu ke padang pasir untuk melihat unta


Di sini unta dan burung unta punya roommate, namanya kalkun.


Kandang singa dan harimau.


Harimau putih, sepupu kucing, sedang tersenyum-senyum saat difoto.


Begitu datang, langsung disambut pekikan sepasang berang-berang ceriwis.


Ada yang melamun saat siang bolong.


Jangan tertipu dengan namanya.


Pada akhir pekan atau liburan, ada animal show di tempat ini. Untuk hari biasa, pertunjukan ditiadakan. Pengunjung boleh menonton gratis, karena itu harga tiket masuk akhir pekan dan liburan agak mahal.


Beragam wahana permainan tersedia di Taman Hewan Pem. Siantar


Museum satwa

Taman Hewan, Dongeng Fabel Tiada Usai

Saya sengaja memilih hari biasa saat datang Taman Hewan Pem. Siantar, bukan akhir pekan atau liburan. Kenapa? Selain tiketnya lebih murah (hehehe), saya pikir hari biasa pasti pengunjung sepi. Jadi, nyaman berseliweran di antara kandang-kandang hewan. Saya tidak perlu berdesak-desakan dengan pengunjung lain.


Ternyata, dugaannya salah. Meskipun tidak terlalu ramai, tapi bukan berarti pengunjung kosong melompong. Saat tiba di sana, terlihat sekelompok anak sekolah berseragam sedang meliput untuk tugas sekolah. Ada pula sekumpulan ibu dengan motif baju yang sama. Mungkin mereka berasal dari organisasi tertentu. 


Anak-anak dengan orang tuanya tak mau ketinggalan mengunjungi taman ini. Boleh jadi sepulang sekolah, para bocah segera bertukar seragam dan langsung kemari. Memang di sini luas dan nyaman untuk bermain dan berlarian, selain melihat hewan. Kemudian, Ibu dan Bapak setengah baya pun ikut menyusuri lorong taman.


Hutan mini di tengah kota


Sejuk sekali menghirup udara segar di sini. Jarang ada tempat asri berlokasi di tengah kota. Di dalam taman hewan, terdapat sungai kecil (atau selokan besar?) mengalirkan suara gemercik air yang menenangkan. Dengan suasana demikian, asyik duduk-duduk sambil memandangi orang berseliweran. Jangan lupa membawa camilan. Tetapi, kalaupun lupa tak perlu khawatir. Di dalam ada beragam penjual yang menyediakan makanan dengan harga terjangkau.


Gemercik air yang menyenangkan


Oya, selain hewan, ada beberapa hal menarik dari tempat wisata ini. Di dalam taman tersedia banyak wastafel lengkap dengan hand soap untuk membasuh tangan. Dari kran, air lancar mengalir dengan jernih. Jadi kalau mau makan setelah lelah berkeliling, pengunjung bisa membilas tangan dulu supaya tidak terjangkit diare.


Toiletnya pun cukup bersih untuk ukuran umum. Dinding bangunan ditutupi dengan marmer, seperti toilet yang biasa kita lihat di mal. Soal kebersihannya, tergantung cara penggunaan dari pengunjung. Mereka rajin menyiram atau tidak, sesuai karakter masing-masing. Iya, kan? Fasilitasnya sudah oke, gratis pula. Sebaiknya, jagalah kebersihan bersama. Jarang ada tempat wisata dengan toilet bagus dan bebas pembayaran.


Untuk pengunjung bersantai, di sini tersedia banyak bangku besi dan beton yang masih terawat. Ada pula gazebo untuk duduk beramai-ramai sambil piknik. Tempatnya bersih dan bebas sampah. Cuma, foto-fotonya tidak tersedia. Saking asyiknya mengamati hewan, saya sampai lupa memotret fasilitas-fasilitas di atas. Tetapi, saya masih sempat mengabadikan pemandangan dari gazebo di atas bukit.


Dari ketinggian gazebo saya menatap kolam ikan dan kandang lembu


Jika ada waktu luang, ayo berkunjung ke Taman Hewan Pem. Siantar. Tempat ini cocok untuk bercengkerama bersama kerabat atau teman-teman. Suasananya sejuk dan asri walaupun berada di tengah kota. Hewan-hewan di kandang hidup sehat, pengunjung pun puas melihat mereka. Perawatan para binatang di sini sebaiknya menjadi contoh bagi taman hewan lain.  Hewan pun perlu hidup layak seperti kita.


Pulang dulu, ya. Lain kali singgah lagi

Taman Hewan Pem. Siantar memang seperti dongeng fabel yang menjelma dalam dunia nyata. Para penghuninya hidup terawat dan bahagia ibarat tokoh-tokoh negeri fantasi. Pemandangannya indah, sejuk, serta asri, persis ilustrasi buku dongeng masa kanak-kanak. Sarana di dalam taman bersih dan nyaman, cocok untuk piknik atau sekadar bersantai. Semoga kisahnya terus berlanjut.


Referensi :

  • Foto milik pribadi.
  • Siantar Zoo, Lokasi, Jam Buka, Harga Tiket Masuk, dan Fasilitas. www.detiksumut.com. Penulis Felicia Gisela Sihite

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Prioritaskan Kesehatan Mata Sebagai Investasi Seumur Hidup

Kaca mata identik dengan orang tua dan kakek nenek lansia. Penglihatan yang mulai mengabur karena faktor usia ataupun penyakit, membuat para warga senior banyak yang bermata empat. Namun, apa jadinya kalau anak-anak sudah menggunakan kaca mata? Berkaca mata sejak usia 12 tahun, saya paham bagaimana risihnya dulu pertama kali memakai benda bening berbingkai ini. Saat masuk ke kelas, ada beragam tatapan dari teman-teman, mulai dari yang bingung, merasa kasihan, sampai yang meledek.  "Ih, seperti Betet!" Begitu gurauan seorang anak diiringi senyum geli. Hah, Betet? Sejak kapan ada burung Betet yang memakai kaca mata.  Cerita beginian cuma ada di kisah dongeng. Terlalu berlebihan. Candaannya diabaikan saja Waktu itu,  bukan perkara mudah menjadi penderita rabun jauh atau miopia. Apalagi di sekolah saya tidak banyak anak yang memakai kaca mata. Kalau kita beda sendiri, jadi kelihatan aneh.  Padahal, siapa juga yang mau terkena rabun jauh? Walaupun risih, keluhan mata tidak boleh

Konservasi Hutan untuk Ekonomi Hijau bersama APRIL Group

Gerakan ekonomi hijau atau Green Ekonomy mulai disosialisaikan oleh United Nation Environment Program (UNEP) pada tahun 2008. Konsep ini menitikberatkan pada kegiatan ekonomi untuk kemajuan negara, dengan memperoleh keuntungan bersama antara produsen dan konsumen, tanpa merusak lingkungan. Salah satu lingkungan yang dipantau adalah hutan. Sebagai salah satu pabrik pulp dan kertas terbesar di dunia,  pengalaman APRIL Group , melalui anak perusahaannya PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) di Pangkalan Kerinci, Riau, Indonesia, dapat menjadi referensi untuk pelestarian lingkungan. Perusahaan tetap konsisten mengelola pabrik, tanpa mengabaikan alam, bahkan  melalui program APRIL2030 , ikut meningkatkan  kesejahtearaan masyarakat  dan turut mengurangi emisi karbon . Yuk, kita simak aktivitas ekonomi hijau bersama perusahaan ini. Ekonomi Hijau untuk Menjaga Keanekaragaman Hayati  Sumber : Pixabay  Konservasi Hutan untuk Mencegah Deforestasi Setiap tahun, perusahaan mampu memproduksi 2,8 jut

Ketika Konten Blog Menggeser Sistem Marketing Jadul

Dahulu kala ketika internet belum semasif sekarang, rumah sering didatangi Mbak-mbak atau Mas-mas  berpenampilan menarik. Dengan senyum menawan, mereka mengulurkan tangan menawarkan produk dari perusahaannya. "Maaf, mengganggu sebentar. Mari lihat dulu sampel produk kami dari perusahaan XYZ." Begitu mereka biasanya memperkenalkan diri. Mayoritas pemilik rumah langsung menggeleng sambil meneruskan aktivitasnya. Sebagian lagi acuh sembari mengalihkan perhatian. Ada juga yang masuk ke rumah dan menutup pintu. Respon para salesman tersebut pun beragam. Beberapa orang dengan sopan berlalu dari rumah, tapi ada pula yang gigih terus mendesak calon konsumen.  Walaupun upayanya nihil karena tetap dicuekin. Saat dulu masih kanak-kanak, saya pernah bertanya pada orang tua. Kenapa tidak membeli produk dari mereka? Kasihan sudah berjalan jauh, terpapar sengatan sinar matahari pula. Mereka pun sering diacuhkan orang, bahkan untuk salesgirl beresiko digodain pria iseng. Jawaban orang tua