Kedatangan ke Vihara Avalokitesvara dan Patung Dewi Kwan Im di Pem. Siantar (Sumut), mengingatkan saya pada kunjungan ke salah satu vihara di Medan berpuluh tahun silam. Saat itu, saya dan teman-teman yang masih SMP, mendapat tugas menulis tentang benda-benda di rumah ibadah. Syaratnya sederhana, bukan rumah ibadah dari agama yang kami anut.
Karena mayoritas beragama Islam dan Kristen, maka kami memutuskan berkunjung ke vihara, tempat beribadah umat Budha. Kebetulan, ada vihara terdekat yang belum pernah kami kunjungi. Lokasinya hanya sekitar lima menit berjalan kaki dari sekolah. Dekat, kan, sekalian olahraga. Maka berangkatlah kami beramai-ramai ke lokasi ibadah itu.
Sesampai di sana, kami melihat interior vihara yang menakjubkan. Patung-patung keemasan Sang Budha berjejer rapi di sekeliling ruangan. Kilauannya benar-benar memukau, terutama bagi kami yang baru pertama kali masuk ke tempat ibadah umat Budha tersebut.
Kami disambut oleh seorang Biksu yang ramah. Beliau sabar menjawab pertanyaan dari sekumpulan remaja SMP ceriwis. Bukan hanya sabar, Pak Biksu pun mengantar berkelilingi gedung vihara. Kami benar-benar terpaku melihat beragam patung dan ornamen yang terpajang indah.
Selain patung, di vihara terdapat kolam yang di atasnya tampak beragam bunga segar dalam nampan. Bunga nampan itu mengapung di atas air. Tampilannya berkilauan diterpa cahaya lampu ruangan. Selain bunga, di sekeliling ruangan juga ada dupa yang telah dibakar. Semerbak aroma dupa menyeruak memenuhi udara.
Seorang teman bertanya, apa makna bunga-bunga tersebut? Jawaban dari Pak Biksu masih saya ingat sampai sekarang.
"Hidup manusia itu seperti bunga-bunga. Hari ini mekar indah, tapi besok sudah layu dan mati. Kita juga begitu. Apa yang hari ini kita banggakan? Kekayaan, penampilan, jabatan, atau kepopuleran? Suatu saat kita akan meninggal dan melepaskan semua atribut duniawi. Jadi, bunga-bunga itu mengingatkan manusia agar tidak sombong. Toh, semuanya akan kita tinggalkan.” Begitu penjelasan beliau.
Jawaban yang relevan sampai sekarang, kan?
Sayangnya, kami lupa menanyakan identitas Pak Biksu. Pas mau pulang, kami ingin mengucapkan terima kasih pada beliau yang berkenan menyediakan waktu. Tetapi, Pak Biksu sudah pergi tanpa sempat mengenalkan identitasnya. Menurut salah seorang petugas vihara, beliau berasal dari Nusa Tenggara Barat (NTB). Jauh, ya.
Keindahan vihara itu masih terekam jelas sampai sekarang dalam benak saya, meski kejadiannya sudah berlangsung berpuluh tahun yang lampau. Jadi, ketika mengunjungi Vihara Avalokitesvara dan patung Dewi Kwan Im, kenangan tersebut seperti berputar kembali.
Yuk, Berkunjung ke Wisata Religi Pem. Siantar, Vihara Avalokitesvara dan Patung Dewi Kwan Im
Patung Dewi Kwan Im terletak berdampingan dengan Vihara Avalokitesvara. Berlokasi di Jl. Pusuk Buhit No. 1, Pem. Siantar, Sumut, tempat ini menjadi salah satu tujuan wisata religi. Vihara sebenarnya telah lama berdiri, yaitu sejak 1913. Bukan hanya di Pem. Siantar, Vihara Avalokitesvara juga terdapat di beberapa Banten, Graha Tanjung Pinang Riau, serta Medan.
Jadi, apa yang membuat Vihara Avalokitesvara di Pem. Siantar berbeda? Tentu Patung Dewi Kwan Im yang berdiri menjulang dalam kompleks. Pembangunan patung dikerjakan secara detail. Bahan diimpor langsung dari China dan pembuatannya memakan waktu hampir 3 tahun.
Patung Dewi Kwan Im akhirnya diresmikan tanggal 15 November 2005. Dengan berat hingga 1500 ton dan ketinggian sekitar 22,8 meter, tahun 2008 MURI menobatkannya sebagai patung Dewi Kwan Im tertinggi di Asia Tenggara.
Menurut kepercayaan agama Budha, Dewi Kwan Im adalah sosok wanita jelita yang penuh cinta dan kasih sayang. Sang Dewi merupakan bodhisattva atau calon budha yang hampir mencapai tahap kesucian dan kesempurnaan. Beliau menjadi sosok panutan untuk penganut agama Budha. Berdoa di depan Patung Dewi Kwan Im memberikan ketenangan bagi umatnya.
Patung ini terletak pada lantai kedua bangunan. Pada lantai pertama gedung terdapat ornamen dan tulisan aksara Mandarin. Tentu saja saya tidak paham maknanya. Lokasi bangunan dikelilingi oleh kolam dan beragam patung berukuran lebih kecil. Di kolam ada taman dengan pepohonan yang meneduhkan.
Beragam patung berukuran lebih kecil di taman
Meskipun menakjubkan, saya agak kecewa karena tidak diperbolehkan melihat patung dari dekat. Sekarang pengunjung sudah dilarang naik tangga ke lantai dua menuju pelataran patung. Sosok Dewi Kwan Im cuma bisa dipandang dari lapangan di depan patung. Sayang sekali. Padahal saya lihat di Youtube ada genta atau lonceng di pelataran lantai kedua. Pengunjung pun boleh menyentuh kaki patung.
Prasasti dengan aksara Mandarin. Ada yang paham artinya?
Karena ada tanda larangan, saya pun hanya bisa memantau dari kejauhan. Namun, segala sesuatu tentu ada alasannya. Pihak pengelola boleh jadi menemukan gangguan pada fasilitas sekitar patung, sehingga membatasi akses pengunjung ke sana.
Ya, sudahlah. Saya pun melihat-lihat yang ada di sekitar lapangan. Supaya kunjungannya tetap berkesan, saya berjalan-jalan berkeliling. Di sebelah kanan lapangan ada 12 patung shio, yaitu tikus, kerbau, harimau, kelinci, naga, ular, kuda, kambing, monyet, ayam, anjing dan babi.
Patung 12 shio
Di sebelah kiri dan kanan sisi tangga patung Dewi Kwan Im, berdiri patung catur mahadewa-raja, atau patung malaikat pencatat kebaikan dan keburukan. Dari artikel yang pernah saya baca, di belakangnya pun ada dua lagi patung. Sayang, keduanya tidak terlihat dari depan.
Patung dua malaikat pencatat kebaikan dan kejahatan di sebelah kiri dan kanan Dewi Kwan Im
Lokasi yang sebenarnya menarik ini agak terganggu dengan sekian banyak papan larangan. Belum lagi pagar pembatas antara lapangan dan bangunan patung. Tetapi, papan larangan tidak mungkin muncul tanpa alasan tertentu. Namanya ruang publik, ada saja kemungkinan gangguan baik yang disengaja ataupun tidak.
Pengunjung yang kurang disiplin menjaga kebersihan dan agak jahil, bisa menjadi penyebab beragam papan larangan yang berbaris di depan patung. Akibat ulah segelintir orang tidak bertanggung-jawab, bangunan tempat berdirinya patung ditutup untuk umum. Sayang sekali. Padahal saya dengar informasi, kalau dari lantai dua pemandangan kota Pem. Siantar bisa dipantau luas.
Puas bolak-balik di halaman depan patung, saya berjalan menuju Vihara Avalokitesvara Sempat juga saya mengintip-intip Pak Satpam, siapa tahu dilarang lagi. Eh, ternyata Pak Satpam adem ayem saja. Lanjutlah!
Ada miniatur pagoda menuju Vihara Avalokitesvara
Di vihara sedang ramai orang sembayang. Rencananya, saya ingin masuk dan melihat suasana di dalam gedung, sekalian mengingat kenangan masa SMP dulu. Tetapi, niat itu kemudian diurungkan, mengingat banyak orang beribadah. Segan juga, kan. Mereka berdoa, kok, saya malah mondar-mandir.
Akhirnya, saya cuma memantau sepintas dari luar. Pengunjung sebenarnya tidak dilarang melihat-lihat, cuma mengertilah mengingat ini tempat beribadah umat beragama. Pengunjung sebaiknya jangan sembarangan berseliweran. Suasananya tentu berbeda dengan tempat wisata lain.
Akhir Kunjungan
Puas berkeliling-keliling, saya pun pulang dari tempat wisata religi tersebut. Karena ada larangan naik ke lantai dua tempat patung berdiri, rasanya ada yang kurang saat berkunjung ke mari.
Dari rumah tadi saya sudah membayangkan melihat lonceng-lonceng yang diletakkan dekat patung, atau berjalan santai di pelataran. Adegannya persis seperti yang saya tonton di Youtube. Namun sesampai di lokasi, buyar semua rencana. Belum rezeki, mungkin lain kesempatan.
Mudah-mudahan lain kali bisa naik ke lantai dua
Kalau mau berkunjung ke sini dan kurang suka suasana ramai, sebaiknya jangan datang pada hari libur, terutama Imlek. Dalam waktu demikian, pengunjung ramai sekali. Satu lagi, kenakanlah busana yang sopan saat mampir ke mari. Ini adalah tempat ibadah, bukan lokasi wisata biasa apalagi mal.
Dan yang terpenting, jagalah kebersihan lokasi dan taati peraturan yang berlaku. Meskipun menganut agama yang berbeda, sebaiknya pengunjung ikut menjaga fasilitas tempat ibadah ini. Jangan lupa kalimat sakti berikut : Anda sopan, kami segan.
Referensi :
• Kunjungan langsung ke Vihara Avalokitesvara dan Patung Dewi Kwan Im.
• Melirik Pesona Patung Dewi Kwan Im Sebagai Lambang Dewi Welas Asih,
https://m.gosumut.com/berita/baca/2017/11/05/melirik-pesona-patung-dewi-kwan-im-sebagai-lambang-dewi-welas-asih
• Dikerjakan Tiga Tahun, Berketinggian 22,8 M, Ini Istimewanya Patung Dewi Kwan Im di Pematang Siantar, Penulis
https://www.tribunnews.com/travel/2015/08/21/dikerjakan-tiga-tahun-berketinggian-228-m-ini-istimewanya-patung-dewi-kwan-im-di-pematang-siantar
Komentar
Posting Komentar