Langsung ke konten utama

Roti Sandwich

 


Ada yang dulu hobi membaca serial Lima Sekawan?


Sebagai anak-anak era 80 – 90an, buku karya Enid Blyton, penulis  asal Inggris ini, menjadi kegemaran saya mengisi waktu luang. Petualangan George dan sepupu-sepupunya, Julian, Dick, Anne, bersama seekor anjing cerdas Timmy, benar-benar berkesan. Mereka berhasil memecahkan beragam misteri, serta membantu pihak berwajib meringkus pelaku kriminal.


Alur ceritanya sesuai untuk pembaca usia anak-anak dan remaja. Generasi sekarang pun masih bisa menikmati buku yang pertama kali terbit tahun 1942. Kemarin saat jalan-jalan ke perpustakaan umum, saya melihat buku Lima Sekawan versi terbaru. Saya memang belum sempat membacanya lagi. Tetapi, serial ini membuka kembali cerita hobi masa lampau.


Namun, bukan kisah petualangan seru yang akan saya bahas, melainkan roti sandwich atau roti lapis. Hah, kok sandwich? Dalam buku dikisahkan kalau George beserta sepupu-sepupunya, sering dibekali sandwich jika hendak bepergian. Penganan itu dikemas dalam keranjang piknik. Saat letih, mereka beristirahat sejenak sambil menyantap roti khas tersebut. Hampir pada semua isi buku, ‘tokoh’ sandwich pasti muncul.

Sandwich ala Inggris

Sumber : Canva

Karena termasuk anak-anak yang hobi ngemil, saya penasaran dengan sandwich. Namun, sulit mencari informasi tentang roti lapis ini. Saat itu, fasilitas internet belum menyebar. Jumlah supermarket bisa dihitung jari. Minimarket jangan ditanya, idenya masih diawang-awang. Jadi, saya mendapatkan referensi roti lapis hanya dari buku. Menurut buku, sandwich itu terdiri dari setangkup roti yang diisi oleh sayuran dan daging.


Kesimpulannya, cemilan ini identik dengan roti isi. Pokoknya, asal ada isi bisa dikategorikan sebagai sandwich. Makanan ini pun sebenarnya masih berkaitan dengan budaya lokal. Roti lapis pada buku Lima Sekawan adalah versi Inggris. Berbeda lagi kalau membahas menu ala tanah air. Dulu saya pikir, sandwich versi kita susah diperoleh. Padahal, Ibu saya sebenarnya sering membuat salah satu versinya di rumah.


Bahan-bahan roti lapis lokal  memang masih berasal dari budaya impor,  tapi sudah awam digunakan oleh masyarakat kita. Apa saja jenis sandwich nusantara tersebut?


Sandwich Nusantara, Murah, Meriah, Mantap

Ini dia jenis sandwich nusantara yang sering muncul di sekitar kita.


Roti Isi Mentega dan Gula

Nah, sandwich jenis ini yang sering jadi camilan di rumah. Ibu saya sering menyajikan dan cara membuatnya sederhana. Cukup oleskan roti tawar dengan mentega, kemudian ditaburi gula putih. Manisnya minta ampun, tapi kalau dihidangkan langsung habis.

Roti lapis isi mentega dan gula

Sumber : Canva

Roti Serikaya

Tekstur untuk olesan rotinya, lembut seperti selai dan berwarna keemasan. Bahan-bahan serikaya terdiri dari gula merah, gula putih, dan santan. Sandwich jenis ini pernah menjadi oleh-oleh khas dari kota saya. Namun, sekarang sudah banyak tiruannya di tempat lain. Walaupun imitasi ramai beredar, serikaya yang berkualitas itu tetap berbeda, kok. Kalau biasa menyantapnya, lidah pasti tahu  yang benar-benar enak.

Roti serikaya dengan selai keemasan

Sumber : Canva

Roti Selai

Kalau roti ini banyak macamnya, mulai dari blueberry, kacang, mocca, dan seterusnya. Jika ingin menyantapnya, tinggal mampir ke toko terdekat dan pilih sesuai selera serta kantong. Memang banyak tukang roti rumahan yang menjualnya dengan harga terjangkau. Tetapi, kalau mau puas dengan olesan selai yang tebal, mending dibuat sendiri.


Roti selai strawberri
Sumber : Canva

Roti Mentega Putih dan Coklat Messe

Saya selera banget melihat roti jenis ini, apalagi kalau messes dicampur lagi dengan taburan keju. Wuih! Kadar lemaknya memang meronta-ronta, tapi sesekali enggak apa-apa, kok. Asal tidak terlalu sering sampai lupa jenis makanan lain.

Roti isi mentega putih dan coklat messes

Sumber : Dok. Pribadi

Roti Panggang

Saya mengenal roti lapis ini dari lingkungan sekolah, bukan di rumah. Soalnya, kami tidak mempunyai pemanggang roti. Dulu pun belum ada kuali anti lengket. Jadi, kalau mau roti panggang, belilah di luar. Dulu hampir semua isinya coklat. Sekarang ada beragam selai hingga keju yang menambah kenikmatannya. Menurut saya, roti ini enak karena garing dan krenyes-krenyes pas dikunyah.

Roti panggang

Sumber : Canva

Burger

Roti lapis ini yang paling mirip dengan sandwich ala Lima Sekawan. Isinya pun persis, yaitu sayuran, tomat, dan daging. Bentuknya saja yang agak berbeda. Kalau sandwich dari seberang berbentuk segitiga. Sedangkan burger tanah air berbentuk bulat, tapi tetap enak. Saking enaknya, zaman sekolah dulu saya rela berhemat uang jajan beberapa hari, demi bisa membelinya sesekali.

Burger lokal

Sumber : Canva

Kebab

Meskipun termasuk jenis roti impor dari negeri seberang, makanan ini memiliki banyak peminat di tanah air. Kudapan renyah yang ikut terdaftar sebagai sandwich memuat beragam isi, seperti sayuran dan daging. Miriplah dengan burger, tapi kebab berbentuk silinder seperti kain digulung.


Roti kebab
Sumber : Canva

Buku Petualangan dan Kearifan Lokal

Saya pernah ikut pelatihan menulis cerita anak dan diberi tugas menuturkan tentang kearifan lokal. Saat itu, saya bingung. Memangnya anak-anak sudah mengerti kearifan lokal? Apa mereka paham makna kebudayaan? Kemudian, saya teringat pengalaman sendiri dengan serial Lima Sekawan. Meskipun berasal dari negeri seberang, kisahnya justru membantu saya mengenal budaya sendiri.


Ketika membaca tentang kearifan lokal, anak-anak mungkin belum mengerti. Mereka hanya membaca walaupun tidak sepenuhnya memahami. Tetapi, rasa ingin tahu, sekaligus memori mereka, merekam setiap informasi. Ada masanya, mereka mencari tentang fakta unik yang mereka peroleh dari sumber bacaan.


Daya ingat anak lebih awet hingga usia bertambah, seperti cerita sandwich yang berkesan bagi saya sampai dewasa. Menyampaikan informasi secara story teller melalui fiksi memang menarik karena tidak berkesan menggurui. Contoh, seperti sandwich Lima Sekawan yang berasal dari Inggris, justru menambah wawasan saya tentang roti berlapis ala nusantara. 

Buku sebagai media story teller untuk anak

Sumber : Canva

Cuma, kalau mau menyantap sandwich versi lokal, sebaiknya jangan terlalu banyak. Soalnya, dulu gigi saya sering berlubang karena menyantap beragam kudapan manis. Wkwkwk. Enaknya sekarang, dampaknya belakangan. Sesuatu yang berlebihan itu tidak pernah baik.


Jadi, selamat berburu dan menyantap sandwich nusantara.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Konservasi Hutan untuk Ekonomi Hijau bersama APRIL Group

Gerakan ekonomi hijau atau Green Ekonomy mulai disosialisaikan oleh United Nation Environment Program (UNEP) pada tahun 2008. Konsep ini menitikberatkan pada kegiatan ekonomi untuk kemajuan negara, dengan memperoleh keuntungan bersama antara produsen dan konsumen, tanpa merusak lingkungan. Salah satu lingkungan yang dipantau adalah hutan. Sebagai salah satu pabrik pulp dan kertas terbesar di dunia,  pengalaman APRIL Group , melalui anak perusahaannya PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) di Pangkalan Kerinci, Riau, Indonesia, dapat menjadi referensi untuk pelestarian lingkungan. Perusahaan tetap konsisten mengelola pabrik, tanpa mengabaikan alam, bahkan  melalui program APRIL2030 , ikut meningkatkan  kesejahtearaan masyarakat  dan turut mengurangi emisi karbon . Yuk, kita simak aktivitas ekonomi hijau bersama perusahaan ini. Ekonomi Hijau untuk Menjaga Keanekaragaman Hayati  Sumber : Pixabay  Konservasi Hutan untuk Mencegah Deforestasi Setiap tahun, perusah...

Prioritaskan Kesehatan Mata Sebagai Investasi Seumur Hidup

Kaca mata identik dengan orang tua dan kakek nenek lansia. Penglihatan yang mulai mengabur karena faktor usia ataupun penyakit, membuat para warga senior banyak yang bermata empat. Namun, apa jadinya kalau anak-anak sudah menggunakan kaca mata? Berkaca mata sejak usia 12 tahun, saya paham bagaimana risihnya dulu pertama kali memakai benda bening berbingkai ini. Saat masuk ke kelas, ada beragam tatapan dari teman-teman, mulai dari yang bingung, merasa kasihan, sampai yang meledek.  "Ih, seperti Betet!" Begitu gurauan seorang anak diiringi senyum geli. Hah, Betet? Sejak kapan ada burung Betet yang memakai kaca mata.  Cerita beginian cuma ada di kisah dongeng. Terlalu berlebihan. Candaannya diabaikan saja Waktu itu,  bukan perkara mudah menjadi penderita rabun jauh atau miopia. Apalagi di sekolah saya tidak banyak anak yang memakai kaca mata. Kalau kita beda sendiri, jadi kelihatan aneh.  Padahal, siapa juga yang mau terkena rabun jauh? Walaupun risih, keluhan mat...

Ketika Konten Blog Menggeser Sistem Marketing Jadul

Dahulu kala ketika internet belum semasif sekarang, rumah sering didatangi Mbak-mbak atau Mas-mas  berpenampilan menarik. Dengan senyum menawan, mereka mengulurkan tangan menawarkan produk dari perusahaannya. "Maaf, mengganggu sebentar. Mari lihat dulu sampel produk kami dari perusahaan XYZ." Begitu mereka biasanya memperkenalkan diri. Mayoritas pemilik rumah langsung menggeleng sambil meneruskan aktivitasnya. Sebagian lagi acuh sembari mengalihkan perhatian. Ada juga yang masuk ke rumah dan menutup pintu. Respon para salesman tersebut pun beragam. Beberapa orang dengan sopan berlalu dari rumah, tapi ada pula yang gigih terus mendesak calon konsumen.  Walaupun upayanya nihil karena tetap dicuekin. Saat dulu masih kanak-kanak, saya pernah bertanya pada orang tua. Kenapa tidak membeli produk dari mereka? Kasihan sudah berjalan jauh, terpapar sengatan sinar matahari pula. Mereka pun sering diacuhkan orang, bahkan untuk salesgirl beresiko digodain pria iseng. Jawaban orang tua ...