Langsung ke konten utama

Postingan

Kumpul Berfaedah ala Reuni Sekolah

  “Ayo, Nak, jangan malas berangkat sekolah. Kalau hari ini kamu enggak mau sekolah, suatu hari nanti kamu enggak bisa ikut reuni.” Percakapan di atas pernah dikirim salah seorang teman ke grup WA alumni. Walaupun mengundang senyum, tapi ada benarnya juga, kan. Sekolah bukan hanya sarana menuntut ilmu, tapi juga tempat mengumpulkan teman-teman untuk diajak reuni beberapa tahun yang akan datang. Minimal mereka mau bergabung di grup WA almamater, seperti sekarang.  Meskipun demikian, enggak semua alumni mau diajak bergabung dalam grup almamater. Saya sendiri ikut beberapa grup alumni sekolah, sementara ada teman lain yang menolak ikutan. Sebagian lagi hanya bertahan sebentar dalam grup. Mereka keluar dan menolak diajak kembali bergabung. Alasannya beragam.  Menurut mereka yang keluar, enggak penting amat acara kumpul-kumpul begitu. Toh, alumni cuma teman-teman lalu yang sudah lewat masanya. Ada lagi yang mengatakan kalau obrolan di grup enggak menyambung, alias pola pikirnya sudah berbed

Memantau Masa Lampau melalui Museum Simalungun

  Hari gini masih mau ke museum? Kenapa enggak? Museum ibarat cermin untuk melihat masa lampau, setelah terus menerus melihat hiruk pikuk kehidupan modern. Semakin menarik lagi, kalau tampilan museum unik karena berbentuk rumah adat. Lokasinya pun berada di tengah kota yang notabene dikelilingi gedung kekinian.  Ilustrasi ini persis Museum Simalungun yang mau dibahas. Lokasinya tepat berada di pusat kota Pem. Siantar. Tempatnya beralamat di Jl. Sudirman no. 20  Kel. Proklamasi, Kec. Siantar Barat, Kodya Pem. Siantar, Sumut. Bangunan ini dikelilingi kantor dan bangunan modern, seperti kantor pos, markas Polda, Kejaksaan Negeri, hingga gereja.  Kebayangkan, di pusat kota ada museum yang menyimpan benda-benda bersejarah? Tampilan museum pun langsung mencuri perhatian karena berbentuk Rumah Bolon, yaitu rumah adat khas Simalungun. Usia museum pun lebih tua dari usia negara ini. Sebentar lagi kita bahas sejarah museum ini.  Kenapa perlu berkunjung ke museum? Dengan melihat peninggalan sejar

Manfaat Pajak untuk Pendidikan di Daerah Tertinggal

  Beberapa tahun yang lalu, beredar buku fenomenal yang bertutur tentang pendidikan di daerah tertinggal. Buku yang diambil dari kisah nyata ini, menceritakan tentang kegigihan seorang Ibu Guru beserta sepuluh orang anak didiknya di salah satu pulau Sumatra. Kisahnya telah menginspirasi banyak orang tentang pentingnya pendidikan untuk masa depan. Pada akhir cerita, dikisahkan kalau salah seorang dari anak-anak itu berhasil meraih beasiswa dari universitas terkemuka di luar negeri. Kisah ini memaparkan tentang perjuangan anak-anak di daerah tertinggal, agar memperoleh pendidikan yang setara dengan teman-temannya di kota. Perjuangan mereka tidak mudah, apalagi sarana dan pra sarana serba terbatas. Sampai hari ini, kesenjangan pendidikan antara daerah terpencil dan perkotaan masih menjadi pekerjaan rumah bagi negeri ini .  Menurut data yang dilansir dari  BPS, pada tahun 2021 terdapat 15.246 daerah tertinggal yang tersebar di seluruh pulau Indonesia. Adapun kriteria daerah tertinggal